Pandemic, Anxiety & Feeling Better

| on
April 04, 2020

Halo!

Bagaimana kabarnya teman-teman mama setelah masuk hitungan puluhan hari #dirumahaja? (last post nanya kabar, sekarang nanya kabar lagi?) Nanya kabar terus karena saya menyadari, dan mungkin kita semua menyadari basa basi ini feel better di tengah kondisi pandemi yang masih melanda. Semoga teman-teman mama semua sehat selalu ya :) Kalaupun ada yang sedang kurang sehat, semoga lekas fit lagi badannya :) Aamiin

ALSO READ: THIS TOO SHALL PASS, INSYALLAH...

Sebenarnya saya ingin sharing ini di instagram story, tapi entah kenapa IG story saya error, dan saya putuskan untuk menulisnya di blog post agar tidak keburu lupa. Sebenarnya masih tentang pandemi covid-19. Kemarin saya sempat mengobrol dengan suami saya. 

"Aku lega, aku habis unfollow beberapa portal berita di instagram" kata saya waktu itu. 
"Lho kenapa?" tanya suami saya. 
"Ga apa-apa, aku suka baca komen dan komennya negatif semua. Terus jadinya aku kebawa emosi" kata saya. 
"Oh kamu tipe yang mudah terpengaruh ya?" kata suami saya. 
"Engga sih sebenarnya. Hanya itu seperti masuk ke dalam bawah sadar dan membawa energi negatif ke aku. Aku percaya kalau kita suka liat/baca yang negatif, pikiran kita pasti negatif. Ya kan?" kata saya lagi.
"Hmmmm" suami saya hanya menjawab itu (sebenarnya ada sedikit debat diantara kami, karena kami beda persepsi soal ini. Tapi it's oke. Kami bisa saling menerima persepsi masing-masing dan tidak saling memaksakan satu sama lain.

Saya sendiri tidak tahu apakah langkah yang saya lakukan sudah tepat atau belum. Apakah termasuk denial atau tidak. Tetapi, soal pandemi ini memang sudah cukup banyak menguras tenaga dan pikiran kita kan? Di blog post sebelumnya saya sempat menulis hal positif atau hikmah dibalik pandemi ini. Bukan untuk denial, tapi memang sejatinya selalu ada kebaikan dari apa-apa yang Allah SWT kehendaki untuk kita semua. Saya sendiri memutuskan untuk mengurangi mengonsumsi berita tentang pandemi covid-19 karena yah selain memang kadang saya gabut dan secara tidak sadar suka baca-baca komen tidak jelas, saya punya kenderungan mudah gelisah atas sesuatu. Kemudian berujung cemas dan sulit tidur. Walaupun kalau dipikir atau ditanya apa yang membuat saya cemas dan gelisah, pasti jawabannya tidak tahu. Dan i feel so much better setelah me-unfollow beberapa portal berita tersebut. Saya memutuskan untuk akan mencari informasi saat saya merasa siap dan perlu, dalam kondisi emosi dan perasaan yang jauh lebih baik dengan intensitas yang mungkin hanya sesekali saja. Sisanya, saya melakukan semaksimal mungkin yang saya bisa untuk membantu pemerintah, para dokter dan orang sekitar saya dengan tetap diam di rumah dan tetap menjaga kesehatan dan kebersihan.

Kita semua punya cara masing-masing dalam menghadapi dan menyikapi pandemi ini. Ada yang merasa sangat berat karena Qadarullah merasakan langsung kondisi terjangkit atau sanak keluarga ada yang terjangkit. Ada yang mungkin masih biasa-biasa saja karena belum merasakan, Naudzubillah. Saya sangat mengerti hal ini, karena hal ini membawa saya kepada kejadian 6-8 tahun yang lalu disaat kami sekeluarga berjuang menemani rahimahullah adik melawan kankernya. Sampai pada akhirnya Allah berkehendak lain, dan adik berpulang. Sejak itu saya menjadi tau bagaimana sakitnya perasaan seseorang yang kehilangan. Sejak itu pula saya menjadi mudah cemas dan gelisah. Aliyah sakit sedikit, pikiran saya sudah bercabang kemana-mana. Dan rasanya sangat tidak enak. Kita memang tidak pernah tau bagaimana rasanya mengalami satu  kejadian yang tidak enak sampai kita benar-benar mengalaminya sendiri.

Pengalaman kita di masa lalu membuat masing-masing dari kita punya cara tersendiri menyikapi pandemi ini. Mungkin yang sedikit bercanda belum tentu benar-benar bermaksud untuk bercanda. Bisa jadi itu adalah bentuk pertahanannya melawan kegelisahan. Yang memposting hal lain yang menyenangkan belum tentu tidak peduli. Yang ingin merasa lari dari rumah, belum tentu 'suasana' rumahnya  sama nyamannya dengan yang lain. Tidak semua bisa leluasa berbelanja online. Ada yang masih ketar-ketir harus pergi ke pasar setiap hari. Yang mulai merasa bosan di rumah, belum tentu benar-benar bosan, karena kalau di swicth harus keluar rumah terus tanpa henti, pasti juga belum tentu siap kan? Kalau sebelum pandemi, bermain media sosial semakin menantang dan membuat kita harus benar-benar bijak menyaring setiap informasi yang kita terima, selama pandemi ini menjadi lebih semakin menantang lagi karena kita benar-benar harus jaauhhh lebih bijak menyerap informasi dan menyesuaikannya dengan keadaan dan kondisi kita in real life.

Kita tidak harus mengikuti gaya influencer how they spent #dirumahaja kalau memang kita punya kondisi #dirumahaaja yang sedikit berbeda. Kita tidak harus ikutan bikin mainan anak-anak kalau memang kita tidak ada passion ke sana, karena setiap ibu juga unik dan punya bakatnya masing-masing. Selalu ada cara versi kita sendiri untuk menemani anak-anak main di rumah :) Kalau terbiasa dengan yang ribet, go.. keep it ribet kalau kita bahagia dengan itu (ada ya orang suka ribet? ada, adik perempuan saya buktinya hehehe). Then keep it simple kalau kita tidak suka yang ribet-ribet. The point is, di tengah pandemi seperti sekarang ini, dimana semua rasanya serba sulit, kita punya hak untuk memilih mana yang saja yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kita sekarang dan paling tidak membuat kita merasa sedikit lebih baik (meski merasa cemas dan gelisah luar dalam). 

Sebagian dari kita sangat aware terhadap pandemi ini. Namun, di sisi lain, ternyata sebagaian lagi mulai ada yang berani hanging out kumpul-kumpul sampai harus diamankan polisi atau orang-orang di daerah kecamatan saya misalnya, dengan masih cueknya berjualan makanan tanpa masker dan mengambil makanan dengan tangan telanjang, tangan yang habis digunakan memegang uang kertas. It's hard. Saya tidak membela pemerintah yang bagaimana-bagaimana tapi memang tidak mudah mengatur 200 juta lebih kepala dengan pola pikirnya masing-masing. Memang langkah yang diambil tidak boleh lempeng, tapi apapun itu semoga membawa dampak yang baik untuk kita semua. 

Overall, saya percaya kita semua bisa melalui ini sesulit apapun kondisinya saat ini. Mengingat pengalaman sulit dimasa yang lalu (walaupun sebenarnya perlu berbesar hati untuk mencoba mengingatnya) yang berhasil dilewati ternyata cukup membantu untuk menguatkan di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini.



Oh iya, untuk teman-teman mama yang terkadang merasa anxiety seperti saya, ternyata ada doanya untuk membantu kita merasa lebih baik:) Saya sempat baca di IG @yaqeeninstitute sebuah doa dari Al-Hadist, Abu Dawud. Doa nya bisa dibaca sebanyak 7 kali saat sedang merasa cemas dan gelisah.

InsyaAllah kita senantiasa disabarkan dan dikuatkan ya :)

Allah Maha Baik 💙










THIS TOO SHALL PASS, INSYAALLAH...

| on
March 23, 2020

Halo!

Bagaimana kabarnya teman-teman mama setelah seminggu #dirumahaja? Semoga sehat dan selalu dalam lindunganNya ya, Aamiin. Setelah seminggu #dirumahaja, saya, suami dan Aliyah jadi banyak sekali belajar tentang berbagai hal. Iya, memang benar kalau segala sesuatu yang terjadi pasti ada hikmahnya, kan? Tidak hanya belajar dari hikmah di rumah saja selama satu minggu  ini tapi juga sangat sangat belajar dari wabah Covid-19 ini. Dan, mungkin tidak hanya kami, tapi teman-teman mama juga pasti merasakan banyak hal yang dapat dipetik dari kejadian ini berdasarkan preferensi masing-masing.

Mungkin ada yang awalnya sedikit mengentengkan wabah ini, termasuk saya, sampai sempat menganggap pemerintah juga santai-santai saja, lalu semakin kesini semakin sadar bawah wabah ini seserius itu dan pemerintah juga bekerja dengan susah payah semaksimal mungkin  untuk menjaga kita semua. Saya juga sempat menonton tayangan podcast Dedy Corbuzier bersama Bapak Achmad Yurianto, selaku juru bicara Presiden dalam penanganan Covid-19.

Setelah menonton tayangan tersebut, saya dan suami akhirnya menyadari bahwa kita harus benar-benar seserius itu dalam menghadapi Covid-19. Tidak juga menjadi panik ataupun paranoid, tapi paling tidak kami jadi mengikuti semua anjuran untuk menjaga kesehatan, kebersihan, melakukan social distancing, tidak berpergian, dan anjuran lainnya demi kesehatan dan keselamatan bersama. Kami pun menjadi sangat-sangat menghargai segala upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah. Apapun itu, kami percaya, semua yang dilakukan pemerintah saat ini adalah keputusan yang terbaik.
Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan mengujinya (HR At-Tirmidzi & Abu Dawud )
Kembali lagi kepada segala sesuatu yang terjadi pasti ada hikmahnya, dan Allah SWT tidak akan menurunkan sesuatu melainkan karena Allah SWT sangat sayang kepada kita semua. Banyak sekali hikmah yang bisa dipetik dari wabah Covid-19 ini. Dulu, kita yang sembarangan makan dan minum, sekarang jadi lebih memperhatikan apa yang masuk ke dalam tubuh kita. Kita yang dulu dzalim terhadap tubuh ini, mulai jadi berbenah diri. Lebih banyak makan makanan sehat, minum-minuman rempah dan rimpang, yang sebenarnya dan seharusnya kita lakukan sehari-hari jauuh sebelum wabah Covid-19 melanda, Dulu, masih suka malas melangkahkan kaki ke masjid untuk sholat berjamaah, sekarang jadi sangat rindu untuk ke masjid tapi keadaan yang belum memungkinkan karena sedang dalam masa social distancing. 

Dulu, mau menyapa tetangga dan bercengkrama menjalin silaturahmi masih suka menunda-nunda. Sekarang, mau ngobrol sebentar saja sudah was-was, dan harus menjaga jarak 1-2 meter. Dulu sewaktu lagi senggang, masih belum menyempatkan waktu untuk main ke rumah orangtua. Sekarang jadi kangen karena memang belum bisa bertemu dulu. Yang tadinya setiap pagi malas-malasan di dalam kamar, sekarang jadi rajin keluar menyapa matahari pagi 

Ada istri yang jadi benar-benar lebih menghargai kehadiran suaminya. Ada suami yang menjadi lebih menghargai istri karena sebegitunya menjaga kesehatan dan kebersihan keluarga. Ada ibu yang menjadi lebih menghargai waktu bermain bersama anak karena mungkin sebelumnya sibuk bekerja ataupun terlalu sibuk dengan berbagai pekerjaan rumah tangga.

Ada orangtua murid yang menjadi lebih menghargai peran guru-guru di sekolah. Ada anak yang menjadi lebih sering menelepon kedua orangtuanya. Ada kajian yang menjadi lebih ramai dari biasanya meski dilakukan secara online. Ada sholat yang lebih khusyuk dari biasanya. Ada bibir yang lebih sering beristighfar dari biasanya. Ada sepupu atau keponakan yang menjadi lebih perhatian menanyakan kabar kepada sepupu atau tante dan om nya. Ada yang meski tidak saling kenal, tapi saling menjaga dengan soscial distancing. Ada rumah yang tidak lagi sekedar untuk numpang tidur, tapi menjadi lebih diperhatikan pemiliknya, menjadi lebih dirawat dan dibersihkan. Meski rumah adalah benda mati, tapi percaya deh, rumah  juga punya aura bahagia kalau dirawat dengan baik. 

Dan ternyata, ada satu negara yang katanya negara kesatuan, membuktikan bahwa ia memang negara kesatuan, karena semua warga negaranya bergerak, bekerja sama, saling mendukung, membantu satu sama lain di tengah wabah ini. Semua mengambil peran. Dokter dan para petugas medis yang rela segenap jiwa dan raga berjuang, pemerintah yang terus berupaya tidak kenal lelah, para tokoh yang bergerak untuk berdonasi, para ibu yang saling berbagi tips agar tidak mudah bosan di rumah, para guru yang tidak putus mendukung sekolah dari rumah, perusahaan yang rela para pekerjanya bekerja dari rumah, dan masiih banyak lagi yang membuat saya menyadari bahwa ternyata, kita di Indonesia bisa sesolid itu. Yang tadinya saya pikir orang-orang sudah seegois itu, tapi ternyata tidak. Semua bekerja sama, saling menjaga.

Semoga kita senantiasa dikuatkan dan diberi kesabaran seluas-luasnya untuk melalui semua ini. Semoga para dokter dan tenaga medis selalu dalam lindungan Allah SWT, semoga yang sakit segera diberi kesembuhan, dan semoga yang sehat selalu saling menjaga. This too shall pass InsyaAllah.

#staysafe
#stayhome
#dirumahaja







Homemade Nasi Hijau

| on
March 18, 2020

Halo!

Rasanya saya sudah lama tidak posting tulisan resep masakan, hehee. Nah kebetulan kemarin Aliyah minta dibuatkan nasi hijau gara-gara Aliyah lihat iklan nasi hijau di televisi 😅

Akhirnya saya bikin deh, nasi hijau. Setelah jadi, hasilnya malah beraroma pisang Ijo khas Makassar yang sungguh nikmat itu 😂 ya wis laah ya, Alhamdulillah di approved sama Aliyah :)

Pasangan Nasi Hijau nya cuma pakai tumisan sayur, karena nasinya sendiri sudah cukup tasty dan Saya sebenarnya menghayal mau bikin ayam goreng laos, tapi apa daya mager melanda :P

Dulu, sewaktu jaman Aliyah MPASI tidak pernah kepikiran bikin nasi warna warni, paling mentok saya biki  nasi kuning/uduk. Kalau nasi hijau mungkin akan lebih eye catching buat anak bayi, terus jadi semangat makan deh :)) 

Resep Homemade Nasi Hijau:

Bahan-bahan:

3/4 cup beras
100 ml air santan (mama pakai kelapa parutnya -/+ 3-4 sdm)
50 ml sari daun pandan
(6 lembar daun pandan kecil / 2 lembar daun pandan besar)
200-250 ml air
2 lembar daun salam
garam secukupnya

Cara membuat:

Masak beras bersama santan, sari pandan, daun salam, dan 200 ml air. Sesekali diaduk ya berasnya supaya merata warnanya :)
Setelah matang beri sedikit garam :)

Jadi deh Nasi Hijau  :)

Oh iya, takaran airnya sesuai selera teman-teman mama saja :) Untuk anak bayi, bisa ditambah lagi airnya. Santannya saya pakai yang tidak terlalu kental karena saya penginnyacuma sekedar rasa aja, karena biasanya kalau agak kental malah menggumpal :)

Semoga bermanfaat ya :)

#makanyukyaya
#nasihijau


QRIS (QUICK RESPONSE INDONESIA STANDAR) MEMBUAT TRANSAKSI DIGITAL MENJADI LEBIH PRAKTIS

| on
March 13, 2020
-JAMAN MBIYEN-
(JAMAN DULU)

"Yuk, ngelak aku. Tuku ngombe yuk"
(Mbak, saya haus. Ayo beli minum)
"Yo wis ayuk"
(Ya sudah, ayo)
"Jus semangkanya satu ya mbak"
"Eh, sek sek. Astaghfirullah, Dompetku keri."
(Eh, sebentar sebentar. Astagfirullah. Dompet saya ketinggalan)
"Pean nggowo duwit ga?"
(Kamu bawa uang tidak?)
"Loh aku yo durung njupuk duwit."
(Loh saya juga belum ambil uang)
"Ya wis lah, ga sido tuku jus iki berarti."
(Ya sudah lah, tidak jadi beli jus ini berarti)
"Mbak, maaf ya ga jadi."
"Yo wis ayuk mulih. Ngombe nang omah ae."
(Ya sudah, ayo pulang. Minum di rumah saja)

---------------------------------------------------------

-JAMAN SAIKI -
(JAMAN SEKARANG)

"Yuk, ngelak aku. Tuku ngombe yuk"
(Mbak, saya haus. Ayo beli minum)
"Yo wis ayuk."
(Ya sudah, ayo)
"Jus semangkanya satu ya mbak"
"Eh, sek sek. Astaghfirullah, Dompetku keri."
(Eh, sebentar sebentar. Astagfirullah. Dompet saya ketinggalan)
"Pean nggowo duwit ga?"
(Kamu bawa uang tidak?)
"Loh aku yo durung njupuk duwit."
(Loh saya juga belum ambil uang)
"Oh sek, sek. Ta ndelok i nang hapeku"
(oh sebentar-sebentar. Saya lihatkan di handphone)
"Alhamdulillah ono saldo gopey aku."
(Alhamdulillah, saya ada saldo gopey)
"Mbak, bayarnya pakai QRIS ya!"
"Hah? Opoo iku?"
(Hah? Apa itu)
"Wis ta lah, ngko ta ceritani. Pokoke praktis toh. Ga masalah lek ga nggowo duit cash. Kare nge scan QRIS wis mari"
(Sudahlah, nanti saya cerita. Yang penting praktis kan. Tidak masalah kalau tidak bawa uang cash, tinggal scan QRIS sudah selesai)

Halo!

Siapa nih teman-teman mama yang sangat related dengan kejadian diatas? Dompet pernah tertinggal ketika mau membeli sesuatu, dan berujung tidak jadi? Itu sih jaman dulu ya. Kalau jaman sekarang dompet tertinggal, tinggal cek di aplikasi dompet digital, terus bayar deh pakai QRIS (baca: kris). Eh, QRIS? Apa tuh?

Oke, sebelum saya cerita detail tentang QRIS, rasanya kita perlu berterimakasih kepada teknologi yang semakin hari semakin canggih dan membuat hidup kita, (khususnya hidup saya sebagai ibu-ibu RT yang sukanya rise aka riweuh sendiri :')) menjadi jauh lebih mudah dan praktis. Sekarang apa-apa bisa dilakukan melaui smartphone. Mau simpan uang, ada aplikasinya. Lapar tapi mager, ada caranya. Mau atur keuangan, ada aplikasinya. Cari-cari barang atau belanja keperluan tinggal pencet. Anak minta beli jajan, tinggal order. Cara melakukan transaksinya pun mudah, biasanya bisa pakai cash atau transfer bank, atau yang paling praktis, pakai saldo di dompet digital.

Mau Jajan Roti Pakai QR :)
source: dok. pribadi
Di era digital seperti sekarang ini, dompet digital dengan segala kecanggihannya mulai membentuk masyarakat menjadi cashless society atau masyarakat tanpa tunai. Sebagian besar dari kita pasti punya e-wallet atau dompet digital, aplikasi elektronik yang biasa kita gunakan untuk membayar transaksi secara online, tanpa perlu uang tunai ataupun kartu ATM.  Di Indonesia, ada beberapa contoh aplikasi e-wallet atau dompet digital, sebut saja Gopay, OVO, DANA, Link Aja, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Keberadaan aplikasi e-wallet atau dompet digital di Indonesia tersebut merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cashless society di Indonesia.  Dengan dompet digital, kita bisa melakukan transaksi secara cashless dan jauh lebih aman karena tidak perlu membawa uang cash berlebih serta dilindungi dengan nomor PIN yang hanya bisa diakses oleh kita sendiri.

Input PIN
source: dok. pribadi

Bertransaksi dengan menggunakan dompet digital menjadi semakin menarik karena aplikasi dompet digital menawarkan berbagai promo cashback setiap kita bertransaksi di setiap merchant. Pastinya familiar dong dengan promo cashback yang terpampang nyata di gerai toko kopi favorit, restoran nasi goreng kesukaan anak, bahkan store brand pakaian andalan. Cara bertransaksi nya pun sangat praktis, kita cukup masuk ke aplikasi dompet digital, scan QR Code yang tersedia di kasir, masukkan nomor PIN, beres! :)

Apa sih QR Code itu?

Teman-teman mama sebagian besar pasti sudah hafal banget dengan wujud si QR Code. Atau ada yang belum nih? Nah untuk yang belum seberapa ngeh, QR Code atau Quick Response Code adalah barcode dua dimensi dengan kombinasi titik hitam dan putih. QR Code sendiri awalnya ditemukan oleh Denso Wave di tahun 1994 dengan tujuan untuk mempercepat proses pemindaian komponen otomotif pada bagian perakitan dan pergudangan.
Konon, QR Code mempunyai kemampuan membaca sampai 10 kali lebih cepat dari kode-kode lainya. Wow!


Seiring berjalannya waktu, QR Code semakin berkembang dan digunakan dengan berbagai tujuan, termasuk dalam transaksi pembayaran yang dikenal sebagai QR Payments. QR Payments atau Quick Response Payment inilah yang kita gunakan pada saat bertransaksi menggunakan dompet digital. Kalau teman-teman mama cukup sering bertransaksi dengan QR Payment, pasti pernah deh melakukan dua cara scanning yang berbeda.

Scanning QR Code
source: dok.pribadi
QR Payment memang terbagi di dalam dua tipe yatu Statis QR Payment dan Dinamis QR Payment. Lalu apa beda keduanya? Yuk lah kita cekidot...
  • Statis QR Payment: Kita tinggal scan QR Code yang ada di merchant, lalu input jumlah transaksi beserta nomor PIN. Saldo dompet digital kita akan langsung berkurang sesuai dengan jumlah transaksi yang kita input tadi. Statis QR Payment ini sesuai untuk merchant dengan level usaha kecil dan mikro dengan omzet Rp 300 JT - Rp 2,5 M per tahun.
Dinamis QR Payment
Source: dok. pribadi

  • Dinamis QR Payment
    : Merchant akan menginput jumlah transaksi kita lalu mencetak QR Code sesuai dengan nominal transaksi kita. Nantinya print out QR Code tersebut tinggal kita scan dengan aplikasi dompet digital, masukkan PIN dan selesai. Dinamis QR Payment ini sesuai untuk merchant dengan level usaha mengenah dan besar dengan omzet Rp 2,5 M - Rp 50 M per tahun.
Transaction Done :)
source: dok pribadi

Bervariasi nya aplikasi dompet digital di Indonesia, membuat merchant perlu menyediakan beberapa QR Payment. Sering kan kita melihat merchant dengan papan yang berjejer rapi di kasirnya? Kalau merchant bekerja sama dengan 3 aplikasi dompet digital, maka ada 3 papan QR Payment berjejer rapi di kasir. Bagaimana kalau 4 atau 5? Bisa dibayangkan kasirnya akan penuh dengan papan QR Payment :')

QR Payment di Indonesia

Tren penggunaan QR Payment di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup masif dari tahun ke tahun. Sepanjang semester tahun 2019, Bank Indonesia mencatat transaksi uang elektronik senilai lebih dari Rp 69 Triliun, dengan volume traksaksi sampai 2,7 miliar. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan dengan transaksi uang elektronik tahun 2018 sebesar Rp 47 Triliun, dengan volume transaksi 2,9 miliar sepanjang tahun dan tahun 2017 yang hanya Rp 12 Triliun dengan volume transaksi 943,3 juta. Wow!


Sebenarnya alasan utama meningkatnya transaksi elektronik di Indonesia adalah keterkaitan antara angka kepemilikan smartphone yang meningkat serta ketersediaan dompet digital untuk mendukung transaksi dengan menggunakan smartphone.
Dari data di tahun 2017, kepemilikan smartphone penduduk Indonesia mencapai angka 64,8% sedangkan penduduk yang mempunyai rekening bank hanya sebesar 48,9%. 
Aplikasi dompet digital dan penggunaan QR Payment menjadi jawaban untuk masyarakat dalam melakukan transaksi secara cashless dengan mudah meski tidak memiliki rekening bank.

Fenomena penggunaan QR Payment yang semakin marak ini membuat Bank Indonesia (BI) sebagai pemangku kebijakan keuangan di Indonesia merancang dan menetapkan standarisasi sistem pembayaran berbasis QR di Indonesia. Upaya ini juga sekaligus sebagai wujud sosialisasi kepada semua kalangan masyarakat mengenai sistem pembayaran yang menggunakan QR. Jadi, penggunaan QR Payment di Indonesia ada standarnya, yang disebut dengan QRIS atau Quick Response Indonesia Standar.

QRIS



QRIS (Quick Response Indonesia Standar) dirancang oleh Bank Indonesia untuk memudahkan kita, sebagai konsumen maupun merchant dalam melakukan transaksi dengan menggunakan QR Payment. Seperti yang sudah saya tulis diatas, sebelum adanya QRIS, setiap aplikasi dompet digital mempunyaki QR Code nya masing-masing atau dapat dikatakan QR Code yang bersifat ekslusif yang hanya dapat terbaca oleh penerbitnya. Nah, dengan QRIS, QR Code tersebut menjadi bersifat inklusif. Cukup dengan satu QR Code saja, dapat terbaca oleh semua aplikasi dompet digital. Semakin mudah dan praktis kan? :)

Sebagai pedoman implementasi QRIS di Indonesia, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG) No.21/18/PADG/2019 tentang Implementasi Standar Nasional Quick Response Code untuk Pembayaran pada tanggal 16 Agustus 2019 yang lalu. Adanya peraturan ini bertujuan untuk memastikan layanan pembayaran yang menggunakan QRIS di Indonesia dapat berjalan dengan baik. Sedangkan untuk implementasi QRIS sendiri mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2020 yang lalu. Kalau untuk ATM ada GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) sebagai standarnya, maka untuk QR Payment ada QRIS (Quick Response Indonesia Standar) :)

Tagline QRIS

Peluncuran QRIS ini juga merupakan salah satu implementasi dari Visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 yang telah dicanangkan sejak Mei 2019 yang lalu oleh Bank Indonesia sebagai dukungan terhadap integrasi ekonomi keuangan digital nasional dan digitalisasi perbankan.

Nah, bagaimana teman-teman mama sudah mulai dapat wangsit gambaran kan tentang QRIS? :)

Apa saja sih manfaat yang bisa didapatkan dengan menggunakan QRIS dalam bertransaksi?

Sejak adanya aplikasi dompet digital, saya pun tidak ketinggalan untuk menggunakannya, baik untuk berbelanja ataupun membeli makanan saat sedang berjalan-jalan bersama suami dan anak kebetulan memang saya hobi jajan sih :P


Contoh EDC dengan QRIS
source: dok. pribadi

Sepertinya, sejak adanya QRIS saya akan lebih sering menggunakan QR Payment untuk berbelanja ataupun membeli makanan dan kebutuhan lainnya, tentu saja karena segudang manfaat yang bisa saya dapatkan saat menggunakan QRIS, seperti:
  • QRIS sangat praktis. Bertransaksi dengan menggunakan QRIS jelas jauh lebih praktis karena cukup dengan scanning satu QR Code untuk semua aplikasi dompet digital, lalu masukkan nominal transaksi dan PIN selesai deh. Meski hanya punya satu aplikasi dompet digital, tetap bisa menggunakan QRIS.
  • Sangat aman. QRIS hanyalah alat yang digunakan untuk bertukar informasi. Setiap data yang ditransfer melalui QR Code dienkripsi sehingga proses bertransaksi pun menjadi sangat aman. Selain itu, kita tidak lagi perlu membawa uang tunai secara berlebihan saat akan keluar rumah, apalagi saya yang sering bepergian dengan kendaraan umum. Bye-bye lah tengak tengok kiri kanan sepanjang jalan karena takut jadi korban kriminal di jalanan. Naudzubillah...
  • Banyaaak Promo. Naluri ibu-ibu memang tidak bisa dibohongi apalagi soal promo, hehehe. Aplikasi dompet digital saling berlomba-lomba memberi promo cashback, buy 1 get 1, ataupun promo lainnya kepada para penggunanya. Eits, meski kadang cashbacknya 10%-20% padahal ngarepnya 50% :P kalau dikumpul-kumpul lumayan sekali loh, bisa buat jajan lagi atau beli pulsa. Jatuhnya juga menjadi jauh lebih hemat saat bertransaksi dengan QRIS.
  • Membantu mengatur anggaran rumah tangga. Masih soal naluri ibu-ibu, dengan QRIS saya jadi bisa mengontrol anggaran pengeluaran rumah tangga. Misalnya nih, untuk jajan-jajan di mall, tinggal top up saldo dompet digital sesuai dengan budget saat itu. Tapi, kalau sudah habis, tetap harus disiplin dong, jangan diisi lagi, nanti malah overbudget dan berujung boncos alias rugi.. yaah... Selain itu, transaksi yang tercatat pada histori pembayaran dengan QRIS dapat memudahkan kita untuk mengontrol pengeluaran. Kita tidak perlu lagi repot-repot mencatat pengeluaran dengan cara konvensional. Dari histori tersebut bisa ketahuan deh pengeluaran yang paling besar dimana, sehingga bisa dikontrol untuk kedepannya :)
  • Bisa top saldo dimana saja. Top up saldo dompet digital dapat kita lakukan dimana saja, bisa melalui rekening bank, ATM, supermarket, minimarket bahkan di driver taksi online juga bisa :))
  • Bisa digunakan oleh semua kalangan. Seperti yang saya tulis diatas, transaksi dengan QRIS dapat dilakukan oleh siapa saja meski tidak mempunyai rekening bank sekalipun. Cukup dengan smartphone, aplikasi digital dan sinyal internet juga saldo yang terisi transaksi dengan QRIS dapat dilakukan dengan ringkas dalam waktu yang singkat :)
  • Menjadi penolong saat lupa membawa uang cash. Ilustrasi singkat saya diatas adalah contoh nyata kalau QRIS bisa menjadi penolong disaat kita lupa membawa uang cash apalagi jika keperluannya sangat mendesak. Coba dibayangkan, pas ada keperluan mendesak, ternyata lupa bawa uang cash, terus masih harus muter-muter lagi cari mesin ATM untuk cari uang cash. Dengan QRIS, ceritanya akan jadi beda, tinggal mengeluarkan smartphone, scanning QRIS, masukkan nominal dan PIN, selesai.
  • Lebih aman untuk menjaga kebersihan tangan. Di musim virus seperti sekarang ini, pilihan bertransaksi dengan QRIS menjadi salah satu pilihan tepat untuk mengurangi resiko tangan kita terkontaminasi bakteri dari uang cash. Punya uang cash tetap penting, tetapi mengurangi frekuensi penggunaannya untuk saat ini adalah salah satu keputusan yang tepat demi menjaga kesehatan bersama :)
Cukup banyak kan manfaat yang bisa kita dapatkan dengan bertransaksi menggunakan QRIS? :)

Salah satu papan QRIS di merchant Wisata Rasa Sidoarjo
source: dok. pribadi

Selain manfaat untuk kita sebagai konsumen, QRIS juga punya segudang manfaat bagi merchant yang menggunakannya loh. Lalu, apa saja sih manfaat QRIS bagi merchant?

Manfaat QRIS bagi merchant:
  • Mengikuti tren pembayaran secara non-tunai-digital dan potensi cakupan penjualan semakin luas karena tersedia alternatif pembayaran selain kas.
  • Meningkatkan penjualan karena cakupan yang semakin luas.
  • Mengurangi kebutuhan akan uang tunai, seperti tidak lagi memerlukan uang kembalian.
  • Mempermudah dalam memonitor uang hasil penjualan karena uang hasil penjualan dari QRIS langsung tersimpan di rekening bank dan bisa dilihat setiap saat.
  • Mengurangi resiko uang hilang/dicuri.
  • Menguragi resiko kerugian karena menerima pembayaran dengan uang palsu.
  • Transaksi tercatat secara otomatis dengan histori transaksi yang dapat dilihat sewaktu-waktu.
  • Membangun credit profile bagi bank sehingga peluang untuk mendapatkan modal kerja menjadi lebih besar.
  • Memudahkan dalam melakukan pembayaran tagihan, retribusi ataupun pembelian barang secara non tunai tanpa meninggalkan toko.
  • Sebagai wujud keiikutsertaan dalam program pemerinta (Bank Indonesia, kementrian dan Pemda).
Semakin yakin ya kalau QRIS punya berjuta manfaat untuk kita :) Berdasarkan pengalaman saya sejauh ini, dengan QRIS transaksi digital menjadi jauuh lebih praktis. Kalau pun ada yang perlu diperbaiki hanyalah sosialisasi yang perlu dilakukan secara menyeluruh ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga karyawan merchant yang langsung terlibat di dalam proses bertransaksi dengan konsumen, sebab beberapa dari mereka sepertinya belum begitu mengerti tentang manfaat QRIS :) Serta pencatuman logo aplikasi dompet digital pada papan QRIS yang sepertinya tidak lagi perlu, karena hanya dengan satu QRIS bisa digunakan untuk semua aplikasi dompet digital :)

After all, segala kemudahan dan kepraktisan QRIS tentu harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tidak juga menjadi berlebihan namun tetap di dalam kontrol dan kedisiplinan dengan harapan kita menjadi cashless society yang cerdas secara financial dan digital :)


Nah, dalam rangka sosialisasi QRIS, Bank Indonesia secara serentak menyelenggarakan Pekan QRIS Nasional di seluruh Indonesia mulai dari tanggal 9 Maret - 15 Maret 2020. Untuk teman-teman mama di daerah Surabaya dan sekitarnya, puncak acara Pekan QRIS Nasional akan diadakan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Surabaya Jalan Pahlawan no.105 Surabaya pada tanggal 15 Maret 2020 mulai dari pukul 06.00 - 11.00 WIB. Yuk, podo-podo ngerameni Pekan QRIS Nasional :)

Nah, untuk teman-teman mama diluar Surabaya, silakan bisa cek ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah teman-teman mama ya :)

Semoga bermanfaat ya :)

#ArtikelNggaweQRISRek #PekanQRISNasional

Bank Indonesia
Twitter: @bank_indonesia | Instagram: @bank_indonesia | Website: www.bi.go.id


Referensi:
Foto dan Infografis: Ajeng Natassia
www.bi.go.id