#WETHEHEALTH DAN PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL DI TENGAH PANDEMI

| on
June 28, 2020

Halo!

Apa kabarnya teman-teman mama? Omong-omong weekend kemarin sibuk apa nih di rumah? Semoga selalu seru ya meski masih #dirumahaja :) Selama pandemi ini, rasanya ada saja yang bisa kita lakukan untuk berkegiatan di rumah dan tetap produktif :) Selain menjalankan tugas wajib "ibu rumah tangga" banyak sekali pilihan kegiatan yang dapat kita lakukan untuk mengisi waktu di rumah. Salah satu yang lagi happening sekali adalah dengan mengikuti kelas, seminar sampai konferensi yang diselenggarakan secara online. Saya sendiri sangat suka mengikut kegiatan yang sejenis, karena tentunya bisa menambah ilmu dan wawasan kita, yang untuk saya pribadi kelak menjadi bekal saya untuk menjadi lebih baik lagi secara personal dan juga bekal untuk menemani Aliyah bertumbuh, InsyaAllah :)


Nah, Sabtu kemarin, Alhamdulillah saya berkesempatan untuk ikutan We The Health, Konferensi Kesehatan Digital Pertama di Indonesia. Wow!  Jadi, We The Health ini terselanggara atas kolaborasi jovee.id @jovee.id, sebuah aplikasi personalisasi vitamin dan suplemen bersama lifepack.id @lifepack.id, aplikasi yang memudahkan kita untuk menebus resep obat dari dokter :) Bagi saya, We The Health yang dihelat secara digital kemarin benar-benar dikemas dengan profesional karena melibatkan para expert di bidangnya masing-masing sebagai narasumber yang mengisi sesi webinar. Belum lagi fasilitas free entry bagi kita yang ingin mengikuti setiap sesinya, rasanya kesempatan seperti ini sangat jarang terjadi, iya ga sih? FREE ENTRY untuk bisa ikutan sesi dari para expert! (mulai nyesel nih buat yang ketinggalan infonya dan belum sempat ikutan We The Health :P)

Memang apa saja sih yang dibahas di We The Health?

We The Health berlangsung selama satu hari saja, pada Sabtu, 27 Juni 2020 dimulai dari pukul 09.00 - 16.00. Berhubung namanya juga konferensi, jadi memang diadakan dengan rundown yang cukup padat namun sangat bermartabat. Teman-teman mama bisa lihat gambar di bawah untuk contekan rundownnya :)



Nah saya sendiri sempat mengikuti sesi special tracks, dengan topik Peran Swasta dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Sektor Kesehatan di Daerah, plus dari Lifepack Track yang memang sudah menjadi incaran saya sedari awal, yaitu sesi webinar dengan Topik Kesehatan Mental: Pentingnya Mengelola Stress Saat Pandemi oleh mas Ade Binarko, founder dari @sehatmental.id. Saya sangat menyadari selama pandemi yang sudah berjalan lebih dari 3 bulan ini sangat rentan dengan stress dan gangguan kesehatan mental. Saya sendiri juga mengalaminya, namun belum tau pasti bagaimana harus mengatasinya. Dari sesi webinar We The Health kemarin, banyak sekali insight yang saya dapat dari sharing mas Ade dan saya ingin mencoba membaginya dengan teman-teman mama melalui blog post ini :)

Kesehatan Mental: Pentingnya Mengelola Stress Saat Pandemi


Mas Ade Binarko @elmology.id adalah founder @sehatmental.id yang juga seorang penyintas masalah gangguan kesehatan mental. Menurut saya, We The Health memilih narasumber yang sangat tempat untuk topik ini karena benar-benar dapat berbagi pengalamannya langsung yang notabene sangat related dengan apa yang saya rasakan, yang mungkin juga dirasakan sama oleh beberapa teman-teman mama yang lain. Menurut mas Ade, ada banyak gejala awal yang dirasakan saat kita mengalami gangguan kesehatan mental, terutama ke fisik kita seperti rasa leher yang tercekik, gangguan sesak nafas, jantung yang berdebar, gangguan pencernaan (ini pengalaman saya). Banyak dari kita yang masih suka denial akan hal tersebut, dan menganggapnya hal biasa dan ah ya sudah lah, lalu memutuskan untuk membiarkan yang ternyata akan menjadi semakin berlarut dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi bom waktu di kemudian hari. 

Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut? Pertama, kita perlu belajar untuk menerima dan mencintai diri kita apa adanya, termasuk segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Self Accpetance dan Self Love is a key. Tentang ini, saya merasa mendapatkan jalan keluar atas apa yang saya rasakan belakangan. Saya yang kadang terlalu memaksa diri sendiri untuk menjadi 'lebih baik' dengan cepat yang kadang membuat diri saya menjadi abai atas alarm dari dalam diri yang meminta  saya untuk pelan-pelan karena semua butuh proses dan butuh waktu. Dari sini saya mulai belajar untuk bisa menerima diri saya, apa adanya dengan tanpa menyakiti :) 


Pelajaran lain dari sharing mas Ade, bahwa jika kita merasa mengalami gangguan kesehatan mental, maka berani berbicara bisa jadi salah satu jalan untuk kesembuhan. Kita perlu menyuarakan apa yang kita rasakan, tentunya dengan cara-cara yang baik, agar orang lain pun dapat menerima kita dengan baik. Keluarga yang menjadi kerabat terdekat pun terkadang tidak dapat langsung memahami apa yang kita alami dan rasakan, oleh karenanya kita juga perlu mengerti bahwa mereka butuh waktu untuk menerima kita sama halnya dengan diri kita yang juga butuh waktu untuk itu. @sehatmental.id adalah contoh bentuk suara dari mas Ade. Selain itu, jika memang kita perlu berbagi dengan orang lain, selain dengan orang terdekat, ada baiknya kita menghubungi ahli di bidang kesehatan mental seperti psikolog ataupun psikiater untuk berbagi tentang apa yang kita rasakan. Dan ternyata saat ini sudah banyak puskesmas yang menyediakan konsultasi dengan psikolog bagi kita yang bingung harus menghubungi siapa dan kemana. 

Menjalani hidup di tengah pandemi memang menjadi tantangan tersendiri bagi kita semua. Masalah kecil satu persatu mulai bermunculan, terutama yang berkaitan dengan kondisi ekonomi. Pesan dari mas Ade, penting bagi kita untuk menyelesaikan masalah ekonomi namun, kita juga tidak boleh melupakan kesehatan mental kita. Dikala keduanya datang secara beriringan, masalah ekonomi dan masalah kesehatan mental, maka ada baiknya kita coba untuk menyelesaikan keduanya karena ekonomi tidak bisa pulih dengan cepat jika kita mengalami gangguan kesehatan mental. Keduanya sama pentingnya. Saya sendiri percaya dengan apa yang disampaikan oleh mas Ade. Bagaimana bisa kita berpikir dengan jernih kalau kita sendiri mengalami gangguan dengan kesehatan mental kita. Versi saya, meluaskan sabar dan syukur bisa menjadi salah satu obat untuk mengurangi rasa stress atau gangguan pada mental kita. Diiringi dengan doa dan usaha InsyaAllah semua akan baik-baik saja :)


Tidak hanya tentang kesehatan mental untuk kita para orang dewasa di tengah pandemi, mas Ade juga berbagi tentang bagaimana menjaga kesehatan bagi anak-anak di tengah pandemi. Lagi-lagi hal ini sangat related dengan saya dan Aliyah. Aliyah mulai 'rungsing' karena terlalu lama di rumah saja. Sharing dari mas Ade, untuk anak-anak kita dapat memulai dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan yang menjadi kesukaan mereka. Nantinya, kegiatan tersebut yang dapat kita lakukan bersama dengan anak di rumah, atau kalaupun mereka butuh untuk bersosialisasi dan bermain di luar, menurut mas Ade rasanya masih cukup aman untuk bermain di luar rumah yang notabene masih di dalam kompleks, namun tetap dengan menjaga keamanan diri anak, seperti tetap menggunakan APD dan mencuci tangan setelah bermain. Pada intinya, bermain diluar rumah dapat dilakukan namun tetap di dalam koridor protokol kesehatan yang berlaku :)

Pada intinya kesehatan mental kita di tengah pandemi menjadi penting untuk kita jaga agar kita tidak mudah merasa stress yang akhirnya psikis dan fisik bagi tubuh kita :) Caranya, ya dengan melakukan hal-hal yang di share oleh mas Ade diatas :) Gimana teman-teman mama? Lumayan sekali kan hasil ikut sesi webinar dari We The Health? Saya sendiri berharap semoga akan ada event We The Health kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya yang diselenggarakan oleh jovee.id dan lifepack.id, karena saya agak sedih sih belum sempat ikut sesi yang lainnya, padahal rangkaian sesinya sangat seru dan benar-benar bermanfaat :(

Nah, supaya tidak ketinggalan next eventnya, teman-teman mama dapat mengikuti akun sosial media We The Health di instagram @wethehealth dan twitter @wethehealth serta sosial media Jovee @jovee.id dan Lifepack @lifepack.id di instagram :)

Semoga bermanfaat , dan sehat selalu ya :)



Tips Menumbuhkan Minat Baca Anak dan Membuatnya Menjadi Lebih Menyenangkan Bersama Let's Read

| on
June 17, 2020

Halo!

"Mama, tolong bacain buku ini ya"

Ibu mana yang tidak senang hatinya saat mendengar pinta itu, pinta yang keluar dari bibir kecil dan disampaikan dengan mata berbinar dan rasa ingin tahu yang besar.  Tentu, hal ini tidak terjadi begitu saja. Layaknya orang yang sedang jatuh cinta dan ingin saling mengenal lebih dekat, menumbuhkan rasa ingin tahu dengan membaca buku juga diawali dengan berkenalan, lalu sering bertemu dan bercerita, yang lama-kelamaan membuat jatuh cinta pada kegiatan membaca buku.

"I Love You, Honey Bunny" adalah judul buku pertama milik Aliyah. Buku ini dibeli dengan rasa obsesi saya untuk mengenalkan buku kepada Aliyah kecil, yang saat itu berusia 1 tahun. Rasa obsesi itu tumbuh setelah saya membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa kegiatan membaca buku untuk anak di usia 1 tahun adalah salah satu stimulasi yang dapat dilakukan untuk merangsang kecerdasan otak anak, sekaligus mengembangkan daya imajinasi dan kemampuan berpikirnya. "I Love You, Honey Bunny" , buku dengan ornamen telinga kelinci dipilih dengan harapan Aliyah tertarik dengan telinga kelinci dan gambar berwarna di dalamnya. Paling tidak, meski kala itu Aliyah belum dapat membaca (ya iya, kan masih 1 tahun hehe) Aliyah sudah dapat mengenal bentuk dari sebuah buku. Buku, benda yang kelak menjadi jendelanya untuk melihat dunia lebih dekat.

Buku Pertama Aliyah

Bersama buku tentang petani sapi (yang setiap bagiannya sudah habis disobek oleh Aliyah) "I Love You, Honey Bunny" menjadi alat perekat bonding saya dengan Aliyah kecil. Rasanya, waktu itu menjadi sangat berharga dan selalu terkenang hingga sekarang. Sampai sekarang "I Love You Bunny" masih tersimpan dengan baik dengan kucel sedikit serta warna yang tak lagi cemerlang, namun Aliyah masih sangat sayang. Sesekali kami masih membukanya, memegang telinganya yang mulai usang, dan saling bercerita tentang isi bukunya yang sangat manis.

Aliyah saat berusia 1 tahun

Di suatu malam, masih di saat Aliyah berusia 1 tahun lebih, secara random saya mengajak Aliyah ke sebuah toko buku di kota kami. Suami saya sampai tidak habis pikir mengapa saya mengajak Aliyah kecil ke toko buku, malam hari pula. Tapi, keinginan untuk memberi Aliyah bahan bacaan baru tak terbendung, karena di rumah Aliyah sudah mulai suka membolak-balik lembaran buku yang tipis yang sebenarnya belum sesuai untuk usianya.

Aliyah saat membaca buku di toko buku

Malam itu Aliyah kecil yang sudah berpiyama sangat bersemangat meski belum begitu mengerti tempat yang dikunjunginya. Ia duduk di sebuah kursi kuning kecil sambil membuka lembar demi lembar buku warna warni pilihannya. Masih dalam obsesi saya untuk mengenalkan buku kepada Aliyah, kami mulai melihat-lihat buku yang pas untuknya. "Aku bisa bilang, Masya Allah" menjadi pilihan kami waktu itu, sebuah board book berwarna orange dengan gambar kartun gadis kecil bernama Naura yang menjadi covernya.

Di sebuah artikel yang saya baca tentang buku untuk anak memang menuliskan bahwa untuk anak yang berusia 1 tahun, buku berwarna dengan halaman yang lebih tebal atau buku kain dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat agar buku tidak mudah rusak. Sebuah studi yang dilakukan oleh sekelompok psikolog di Florida, Amerika Serikat terhadap balita usia dibawah 1 tahun sampai dengan usia 1 tahun menunjukan bahwa balita yang dibacakan buku dengan karakter tertentu akan lebih mudah fokus dan mengingat cerita yang dibacakan kepadanya. Dengan membacakan cerita dari buku "Aku bisa bilang, Masya Allah" kami berharap Aliyah dapat mulai belajar mengenal penciptaNya dan mengingat bahwa setiap melihat keindahan akan sekitarnya, ia tidak lupa untuk mengucap Masya Allah sama seperti Naura, karakter gadis kecil di dalam buku tersebut. Sampai sekarang, buku "Aku bisa bilang, Masya Allah" masih tersimpan rapi dengan kondisi yang sangat baik.

Buku Ketiga Aliyah

Sewaktu Aliyah menginjak usia 2 tahun, Aliyah terindikasi mengalami sedikit keterlambatan dalam kemampuan berbicaranya. Loh kok bisa, padahal kan sudah dikenalkan dengan buku sejak usia 1 tahun? Iya betul, ternyata sebelumnya saya suka mengenalkan buku kepada Aliyah, namun dalam praktik membacakan bukunya belum saya lakukan dengan intens. Atas saran dari terapis dari sebuah klinik tumbuh kembang anak di kota kami, tempat kami berkonsultasi mengenai kemampuan berbicara Aliyah, saya mencoba untuk lebih sering membacakan buku cerita untuk Aliyah di waktu siang hari ataupun menjelang tidur di malam hari. Saya sendiri bukan tipikal orang yang senang bercerita atau mengobrol. Oleh karena itu, membacakan Aliyah sebuah buku menjadi alat bagi saya dan Aliyah untuk saling bercerita sekaligus memberi stimulasi kepadanya agar kemampuan berbicaranya dapat berkembang sesuai dengan yang kami harapkan.

Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya banyak momen-momen penting di keluarga kami yang melibatkan momen membaca buku selain untuk sekedar mengenalkan buku ataupun mengkhususkan untuk memberi stimulasi pada Aliyah. Diantaranya adalah ketika saya akan menyapih Aliyah di saat usianya 2 tahun lebih 2 bulan. Membacakan Aliyah sebuah buku menjadi salah satu cara untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak minta menyusu di malam hari. Alhamdulillah cara tersebut berhasil. Sampai sekarang, saya masih sangat ingat momen bergadang selama seminggu dalam rangka menyapih itu.

Membaca buku di dalam kereta api

Membaca buku juga menjadi penyelamat Aliyah dari rasa bosan di setiap perjalanan kami keluar kota. Berhubung kami suka bepergian dengan menggunakan moda transportasi kereta api, maka membaca buku menjadi hal yang menyenangkan untuk dilakukan di dalam kereta. Biasanya kami membawa 2 sampai 3 bahan bacaan atau kadang sampai satu tas berukuran sedang karena Aliyah ingin membawa lebih banyak :D. Buku-buku yang dibawa adalah buku-buku yang sedang menjadi favorit Aliyah waktu itu. Kebiasaan membawa buku saat bepergian terus berlanjut sampai sekarang.

Mencari buku di bazar

Seiring bertumbuhnya Aliyah, jenis buku yang kami kenalkan kepadanya pun semakin bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan usianya saat itu. Suatu kali, di kota kami sedang dibuka bazar buku terbesar di Indonesia. Tentu saja, saya dan Aliyah tidak ingin ketinggalan. Dengan budget yang sudah dipersiapkan dari rumah kami berangkat ke bazar tersebut. Waktu itu budget kami tidak banyak karena kami juga perlu menyisihkan untuk keperluan lainnya. Pikir saya, ah tidak apalah, yang penting bisa dapat satu atau dua buku yang bagus untuk Aliyah sudah Alhamdulillah. Beberapa list jenis buku yang akan dibeli juga sudah dibuat. List tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan Aliyah di usianya saat itu, agar sampai di bazar kami tidak kalap dan tidak bingung mencari bukunya. Diantara list tersebut tentu saja ada list kosong, yang bisa diisi oleh Aliyah dengan buku pilihannya sendiri.


Menurut kami, melibatkan anak dalam memilih bahan bacaannya juga salah yang penting untuk membuatnya cinta membaca. Salah satu yang berkesan dari bazar buku ini, adalah karena bazar yang diadakan setiap satu tahun sekali, setiap itu pula saya dan Aliyah turut serta, namun tiap tahunnya kami selalu membawa pulang buku-buku yang berbeda :)). Misalnya tahun ini kami membawa buku stiker yang dilengkapi dengan cerita untuk menstimulasi motorik Aliyah. Tahun berikutnya kami bisa membawa pulang buku pop-up yang bercerita tentang anak yang berulang tahun sambil belajar mengenal angka dan berhitung sederhana.

Koleksi buku Aliyah di rumah sebenarnya tidak begitu banyak. Yah itu tadi, rata-rata adalah buku yang dibeli dari toko buku atau bazaar (yang dibeli dengan budget tertentu) ataupun yang dibeli saat kami sedang berjalan-jalan santai di car free day. Harga buku yang dibeli juga rata-rata masih cukup terjangkau oleh kami. Pernah kami membeli buku cerita dengan diskon lumayan di sebuah supermarket. Waktu itu bukunya dibanderol dengan harga 6 ribu rupiah saja, hehehe. Majalah anak-anak terbitan lama namun masih dalam kemasan plastik dengan harga 10 ribu rupiah dapat 3 juga selalu menjadi incaran kami saat sedang berjalan santai di car free day. Kesemuanya tentu saja dibeli atas kesepakatan saya dan Aliyah dalam memilih bersama. Saya percaya, buku yang dipilih oleh Aliyah akan membuat Aliyah selalu bersemangat menunggu saat saya membaca buku pilihannya.

Beberapa buku yang dipinjam secara online

Lalu, apakah bahan bacaan untuk Aliyah semuanya adalah hasil membeli? Tentu saja tidak :) Sekali waktu kami pernah membaca di perpustakaan keliling yang ada di alun-alun kota kami saat akhir pekan. Belakangan, kami cukup sering meminjam buku secara online yang Alhamdulillah masih satu provinsi dengan kota kami, yang berarti ongkos kirim yang perlu kami bayar juga tidak begitu besar. Dengan modal yang tidak besar, Aliyah sudah bisa mendapatkan bahan bacaan baru yang lebih bervariasi.

Cerita saya diatas sepertinya hanya berputar-putar tentang cara saya mendapatkan buku dan obsesi saya mengenalkan buku kepada Aliyah ya? hehehe. Namun ternyata, kebiasaan yang saya dan Aliyah lakukan sejak ia di usia 1 tahun manfaatnya sangat terasa sampai sekarang ia menginjak usia hampir 5 tahun. Dari kebiasaan-kebiasaan tersebut, ternyata pelan-pelan dapat menumbuhkan minat baca yang begitu besar kepada Aliyah. Ia akan selalu penasaran saat sebuah paket buku pinjaman tiba di rumah kami, dan langsung meminta saya agar membacakan buku tersebut untuknya. Aliyah yang dulunya sempat mengalami keterlambatan dalam berbicara, menjadi kaya akan kosakata karena mendengar saya membacakan buku cerita dengan nyaring untuknya. Belum lagi kebiasaan lain seperti sholat, menjaga kebersihan, berpuasa, mengenal kuman dan virus yang semuanya diketahui dan dipahami oleh Aliyah dari hasil membaca buku yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut. Jika ingin belajar atau mengenalkan suatu kebiasaan pada Aliyah, maka kami akan mulai dengan membaca buku yang berkaitan dengan kebiasaan tersebut :)

Banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dari kebiasaan membacakan anak sebuah buku, apalagi jika dilakukan dengan suara nyaring. Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh AAP (American Academy Of Pediatrics) menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas membaca buku bersama antara orangtua dan anak pada masa awal bayi sampai balita dapat memperkaya kosakata anak hingga 4 tahun kemudian. Kualitas membaca buku pada balita dapat menumbuhkan keterampilan membaca awal sedangkan kuantitas dan kualitas membaca pada balita juga sangat terkait dengan keterampilan literasi yang muncul di kemudian hari seperti keterampilan menuliskan namanya sendiri saat anak berusia 4 tahun. Percaya atau tidak, hal ini juga terjadi kepada Aliyah. Aliyah mulai dapat menuliskan namanya sendiri, meski masih sedikit terbalik :))

Menumbuhkan Minat Baca pada Anak

Semakin kesini, saya semakin menyadari bahwa menumbuhkan minat baca dan budaya membaca kepada anak sangatlah penting dan tidak boleh terlewatkan di dalam pola pengasuhan. Apalagi di era sosial media seperti sekarang dimana segala informasi dapat tersebar dengan sangat cepat, dan diringi pula dengan gerak jempol yang tidak kalah cepat, yang kadang saking cepatnya, tidak lagi sempat berpikir untuk mencari kebenaran informasi tersebut dengan membaca dan mencari tahu.


Dari data Kementrian Pendidikan dan Kebudayan Indonesia, angka buta aksara di Indonesia semakin berkurang namun tidak diiringi dengan tumbuhnya budaya membaca. Ini membuktikan bahwa tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Sedangkan data dari UNESCO menunjukkan tingkat literasi Indonesia menduduki peringkat ke-70 dari 165 negara di dunia.
Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecakapan, akses, alternatif dan budaya. Rata-rata indeks Alibaca nasional adalah 37,32% yang masih tergolong rendah, - Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan-
Tingkat literasi di Indonesia yang masih tergolong rendah ini patut menjadi fokus kita, para orangtua, untuk menumbuhkan minat baca anak dan membentuk pola pikir anak kalau membaca itu menyenangkan.

Beragam penelitian telah membuktikan bahwa membacakan anak buku sedini mungkin mempunyai banyak manfaat bagi anak di kemudian hari. Berdasarkan cerita pengalaman saya diatas, ada beberapa tips yang dapat saya bagi untuk teman-teman mama yang ingin memulai untuk menumbuhkan minat baca anak, membangun budaya membaca dan membentuk pola pikir anak kalau membaca itu menyenangkan.



Berikut beberapa tips dalam menumbuhkan minat baca pada anak:
  • Mengenalkan anak kepada buku dapat dimulai sedini mungkin sejak anak masih bayi/balita. Pada poin ini penting untuk tidak sekedar obsesi belaka namun minim praktika seperti saya yang terobsesi mengenalkan buku kepada Aliyah, namun membacakannya hanya sesekali (yang saya lakukan kepada Aliyah di saat Aliyah berusia 1 tahun). Membacakan anak buku secara intens akan jauh lebih terasa manfaatnya di kemudian hari :) Kalau versi saya dan Aliyah, waktu yang tepat untuk membaca buku adalah di siang hari di sela-sela waktu bermain santai dan di malam hari pada saat menjelang tidur. Lama durasinya pun bervariasi antara 15 - 30 menit.
  • Memilih buku yang sesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembang anak. Buku yang sesuai untuk anak yang masih bayi tentu akan berbeda dengan buku untuk anak di usia balita, anak-anak, hingga remaja. Berikut rekomendasi buku untuk anak yang disesuaikan dengan usia anak:
  • Usia bayi sampai 2 tahun: Di rentang usia ini, buku berisi gambar yang berukuran besar dengan warna yang cerah, serta cerita dengan karakter tertentu yang terbuat dari boardbook tebal atau kain/busa dapat agar buku tidak mudah rusak dapat menjadi pilihan teman-teman mama.
  • Usia 3 sampai 5 tahun: Di rentang usia ini, biasanya anak sudah mulai mengenal huruf, angka dan bentuk. Buku yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari, liburan, bersekolah, kehidupan binatang juga akan menarik minat baca anak usia 3-5 tahun.
  • Usia 5 sampai 8 tahun: Buku dengan alur cerita yang cukup kuat dengan tokoh yang menarik dapat menarik minat baca anak di rentang usia ini. Daya imajinasi anak yang mulai terbentuk akan membuatnya tertarik dengan tokoh dan alur cerita dari buku yang dibacanya. Poin pentingnya adalah, meski anak sudah mulai dapat membaca bukunya sendiri, kita sebagai orangtua tetap perlu menemani anak dalam membaca, menjelaskan maksud dari cerita di bukunya dan pelajaran apa yang dapat diambil dari cerita di buku tersebut :)
  • Usia 9 sampai 11 tahun: Di rentang usia ini, buku tanpa gambar sudah dapat dipilih sebagai bahan bacaan untuk anak. Buku dengan cerita yang detail namun tanpa gambar dapat mengembangkan imajinasi anak yang kelak dapat meningkatkan daya pikir dan kreatifitasnya di kemudian hari.
  • Usia 12 tahun keatas: Anak di usia menjelang remaja umumnya mulai tertarik dengan buku seperti novel yang mempunyai alur cerita tentang keseharian dengan tokoh dalam novel yang memiliki pengalaman yang serupa dengan kehidupan anak sehari-hari. Buku sejenis ensiklopedia juga dapat menarik minat baca anak di usia ini.

  • Membacakan anak buku dengan suara nyaring secara rutin. Kecintaan anak terhadap budaya membaca tentu tidak serta merta tumbuh begitu saja. Rutinitas membaca buku yang dilakukan sehari-hari lama-kelamaan akan membuat anak jatuh cinta terhadap buku dan menganggap kalau kegiatan membaca itu menyenangkan. Di sisi lain, berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli seperti psikolog anak maupun dokter anak yang menunjukkan bahwa membacakan anak sebuah buku dengan suara nyaring mempunyai banyak manfaat bagi anak dan orangtua.
Orang-orang akan rela mengantri selama berhari-hari dan membayar ratusan dollar jika ada pil yang dapat melakukan segalanya bagi anak-anak seperti yang halnya yang dilakukan dengan membaca nyaring. Membaca nyaring akan memperluas minat mereka terhadap buku, kosakata, pemahaman, tata bahasa dan rentang perhatian. Sederhananya, membaca nyaring adalah 'oral vaksin' bagi literasi
-Jim Trelease, The Read-Aloud Handbook-
Jika kita rutin membersamai anak dalam membaca buku secara nyaring, maka akan banyak manfaat yang kelak dirasakan oleh kita dan anak di kemudian hari. Nah, apa saja sih manfaat yang kita dapat dari membacakan buku secara nyaring?
  • Membaca buku secara nyaring akan membangun bonding yang erat antara orangtua dan anak melalui aktifitas membaca buku bersama. Buku dapat menjadi perantara antara orangtua dan anak untuk saling berkomunikasi secara dekat dan intens.
  • Melalui kegiatan membaca nyaring, anak akan mendapatkan pengalaman untuk merasakan kegembiraan dari kisah cerita yang dibacakan. Hal ini akan membuat anak dapat dengan mudah menyukai cerita dari buku yang dibacakan.
  • Dengan membaca nyaring, kita dapat memberi contoh model membaca lancar dengan benar kepada anak yang kelak dapat mengasah kemampuan membaca anak.
  • Kegiatan membaca dengan nyaring akan memperkaya kosakata anak karena kosakata dari membaca buku tentu akan berbeda dengan kosakata yang digunakan di dalam bahasa sehari-hari.
  • Secara tidak langsung akan membangun kesadaran dan empati serta pemahaman anak-anak kita tentang kemanusiaan dan dunia sekitar.
  • Dalam jangka panjang, membaca nyaring juga dapat meingkatkan kemampuan membaca pada anak.
  • Kalau kita rutin membacakan anak buku dengan nyaring, lama-kelamaan kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan tersebut dapat menumbuhkan minat baca anak dikemudian hari.
  • Anak yang dibacakan cerita dengan nyaring mempunyai aktivitas otak yang lebih signifikan di area asosiasi visualnya, dengan kata lain daya imajinasi anak akan lebih terasah dan membuat mereka menjadi pembaca yang lebih baik di kemuadia hari karena telah terlatih untuk melihat apa yang terjadi di dalam cerita dari sebuah buku.
  • Buku yang dibaca dengan nyaring akan mendukung kemampuan akademis anak di masa depan karena telah terbiasa membaca kisah dari sebuah buku. 
Saya sempat mengobrol dengan seorang sahabat yang berprofesi sebagai psikolog anak di salah satu klinik tumbuh kembang anak tentang manfaat membacakan buku secara nyaring bagi aspek psikologis anak. Dari obrolan tersebut saya jadi tahu kalau ternyata efek suara dari ibu atau ayah yang membacakan buku dapat membuat anak menghayati nuansa emosi dari kisah atau cerita dari buku yang dibacakan. Anak akan lebih mudah peka pada tanda-tanda emosi, lebih peka pada situasi sosial-emosional orang lain dan dapat memberi contoh kepada anak untuk mengekspresikan emosi mereka secara terbuka. Menurut sahabat saya lagi, aktivitas membacakan buku secara nyaring menjadi penting karena sekarang banyak kasus anak bisa membaca dengan baik namun hanya sekedar membaca atau membunyikan kata namun tidak memahami makna dari kata tersebut. Hal senada juga dijelaskan oleh Vidya Dwina Paramita seorang Montessorian di dalam bukunya yang berjudul "Montessori: Kejaiban Membaca Tanpa Mengeja", bahwa penting untuk mengajarkan anak untuk tidak sekedar membaca namun juga paham akan makna apa yang dibacanya.
Menurut aku, membacakan buku secara nyaring itu banyak manfaatnya. Jadi efek suara (intonasi, volume, kecepatan) ketika kita membacakan buku membuat anak menghayati nuansa emosi dari kisah atau cerita yang sedang dibaca itu. Selain membangun emosi antara anak dan orangtua, anak juga bisa lebih peka pada tanda-tanda emosi, peka pada situasi sosial-emosional orang lain, dan tentu saja memberi contoh juga kepada anak untuk mengekspresikan emosi secara terbuka  -Bonifacia Sherlince Lau,M.Psi (psikolog anak di salah satu klinik tumbuh kembang anak Surabaya)
  • Menata buku anak dengan cara tertentu untuk menarik minat baca anak. Di dalam buku Montessori Play and Learn, Lesley Britton menjabarkan cara menata buku anak di rumah ala Montessori agar anak tertarik untuk membaca buku, yaitu dengan meletakkan buku di sebuah rak yang dapat dijangkau dengan mudah oleh anak dengan judul buku menghadap ke depan untuk memudahkan anak mengambil buku yang ingin dibacanya. Kalau pun tidak ada rak khusus, kita dapat menyusun bukunya di sebuah meja kecil yang mudah terlihat oleh anak :)
  • Mengajak serta anak dalam memilih buku yang akan dibacanya. Dari pengalaman saya bersama Aliyah dalam mencari bahan bacaan, tidak semua buku yang kami baca harus didapatkan dengan cara membeli. Itupun kalau dengan membeli, kami mempunyai budget yang telah ditetapkan sebelumnya agar tidak mudah kalap, khususnya saat sedang berkunjung di bazar buku murah. Alternatif lain bagi kami dalam mendapatkan buku untuk Aliyah yaitu dengan sesekali membaca di perpustakaan keliling yang ada di alun-alun kota kami. Alternatif lainnya, biasanya kami meminjam buku secara online di tempat peminjaman online langganan kami. Biasanya saya akan meminta Aliyah untuk memilih buku mana yang membuat tertarik untuk kami beli atau pinjam. Kami akan diskusi mengenai isi buku yang dipilih dan memutuskan yang mana yang akan kami beli atau pinjam. 

Berikut beberapa alternatif dalam menambah variasi buku untuk dibaca oleh anak selain dengan membeli:
  • Mengajak anak mengunjungi perpustakaan daerah atau perpustakaan keliling di kota tempat kita tinggal. Selain mendapatkan variasi buku baru untuk dibaca, suasan yang perpustakaan yang berbeda juga dapat membuat anak lebih antusias dalam membaca buku yang dipilihnya.
  • Tukar pinjam dengan teman sebaya. Kalau teman-teman mama mempunyai anak yang usia nya sebaya dengan anak sendiri, dan juga sama-sama suka membaca buku, tukar pinjam dapat menjadi alternatif untuk mendapatkan variasi bahan bacaan bagi anak. Tapi tentu saja karena bukan milik sendiri, kita perlu menjelaskannya kepada anak kalau buku tersebut adalah pinjaman dan digunakan dengan hati-hati :)
  • Meminjam buku secara online. Saat ini, meminjam buku secara online telah menjadi tren di kalangan ibu-ibu jagad instragram. Saya pribadi sangat terbantu dengan adanya pinjam buku online ini. Biasanya kita tinggal membayar iuran keanggotaan untuk satu tahun (rata-rata iuran ini cukup terjangkau jika dibandingkan dengan membeli buku baru). Sama seperti tukar pinjam, kita perlu menjelaskan kepada anak kalau buku yang dipinjam online bukanlah buku milik sendiri, jadi perlu kehati-hatian dalam menggunakannya :)
  • Mengunduh aplikasi perpustakaan digital. Aplikasi perpustakaan digital salah satu alternatif yang paling praktis dan paling hemat bagi yang ingin mendapatkan ragam bahan bacaan baru. Kalau teman-teman membuka Play Store ataupun App Store dan memasukkan kata kunci 'perpustakaan digital' maka nantinya akan keluar beragam aplikasi perpustakaan digital yang dapat diunduh oleh teman-teman mama. Di tengah kondisi pandemi yang masih serba terbatas seperti sekarang ini, rasanya perpustakaan digital menjadi sangat pas untuk kita dalam mendapatkan bahan bacaan baru, khususnya dalam hal ini bahan bacaan untuk anak.
  • Dari kesemua tips dalam menumbuhkan minat baca pada anak, ada satu poin penting yang juga tidak boleh terlewat bagi kita para orangtua. Kita adalah orang pertama yang akan selalu diteladani, ditiru dan dicontoh oleh anak. Jika kita ingin menumbuhkan minat baca pada anak kita, maka kita pun perlu memberi contoh kepada anak kalau kita juga mempunyai minat baca yang begitu besar. Kalaupun belum begitu terbiasa, kita dapat memulainya dengan pelan-pelan. Kita dapat memilih buku bacaan yang sesuai dengan minat kita. Bukunya tidak harus tebal, bisa dimulai dengan buku yang tipis lebih dulu. Kita dapat membaca buku di depan anak, dan menunjukkan kepada anak kalau ibu atau ayahnya suka membaca karena membaca adalah kegiatan yang menyenangkan.
Aplikasi Perpustakaan Digital "Let's Read"




Satu bulan yang lalu, saya baru saja mengetahui kalau ada aplikasi perpustakaan digital yang khusus berisikan buku cerita digital bagi anak-anak. Aplikasi tersebut adalah Let's Read (Ayo Membaca), aplikasi perpustakaan digital yang diprakarsai oleh Books for Asia dari The Asia Foundation sejak tahun 2017. Bagi saya, Let's Read menjadi sedikit berbeda dengan aplikasi perpustakaan digital lainnya, karena ragam buku cerita digital di dalamnya sangat kaya unsur budaya, kearifan lokal dan budi pekerti. Oleh karena itu, jika membaca buku di Let's Read kita dapat memilih bahasa yang ingin kita gunakan mulai dari bahasa Indonesia, Inggris sampai bahasa daerah seperti Jawa dan Bali.

Buku-buku cerita digital yang ada di Let's Read sebagian besar merupakan hasil kolaborasi dengan para pegiat literasi dan masyarakat umum yang memiliki tujuan yang sama yaitu mengembangkan buku cerita yang kaya akan  nilai budaya bangsa. Kolaborasi tersebut telah melibatkan penulis, ilustrator, desainer, penerbit serta organisasi dari beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat, Denmark, Korea, India, Kamboja, Filipina, Myanmar, Vietnam, Nepal, Jordania, Belanda, Panama, Afrika Selatan, Thailand, Singapura dan ibu pertiwi kita, Indonesia.


Saya mengunduh Let's Read secara gratis dari Play Store sebagai alternatif untuk mendapatkan variasi buku cerita bagi Aliyah dalam rangka menumbuhkan minat baca dan budaya membaca kepada Aliyah. Syukurlah ukuran file dari aplikasinya tidak begitu besar, hanya 2,8 MB, sehingga tidak memakan ruang penyimpanan pada gawai milik saya yang telah penuh sesak :') Meski ukuran file nya tidak begitu besar, namun ragam buku cerita di dalamnya ternyata lumayan banyak. Dengan mengunduh aplikasi Let's Read saya merasa sangat terbantu dalam mendapatkan variasi bahan bacaan untuk Aliyah di tengah pandemi yang serba terbatas seperti sekarang ini. 

Pengalaman Membaca Buku Cerita di Let's Read



Setelah mengunduh aplikasi Let's Read, saya kemudian menunjukkannya kepada Aliyah di saat waktu membaca bersama kami tiba. Aliyah sangat antusias saat kali pertama saya mengajaknya membaca buku cerita digital di Let's Read. Seperti kebiasaan kami yang sudah-sudah, saya meminta Aliyah untuk memilih cerita mana yang ia inginkan untuk saya bacakan. Pilihan Aliyah jatuh pada buku yang berjudul COVIBOOK karya Manuela Molina. Buku ini bercerita tentang si virus Corona dengan cara yang lucu dan khas anak-anak. Aliyah yang sebelumnya juga sudah pernah membaca cerita tentang virus Corona, sangat menyukai isi cerita dari COVIBOOK. "Ma, mama.. koronanya jalan-jalan pakai tas, hihihi" katanya waktu itu sambil tertawa karena ia gemas sendiri dengan ilustrasi bukunya, hahaha. Bagian yang juga seru dari COVIBOOK, ada satu halaman dimana anak diminta menggambar ekspresinya saat mengetahui tentang virus korona. Bagian ini menjadi salah satu favorit Aliyah karena ia dapat mengungkapkan ekspresinya melalui gambar sederhana. Bagi saya, buku cerita ini sangat komunikatif dengan alur cerita korona yang seolah mengajak anak kita mengobrol bersama si korona.


Buku cerita digital lain di Let's Read yang menjadi favorit Aliyah adalah buku yang berjudul Lihat Ke Atas. Buku Lihat Ke Atas bertemakan alam dan lingkungan sekitar namun disertai dengan aktivitas melibatkan anak untuk mencari perbedaan yang ada pada gambar ilustrasinya. Misalnya di halaman pertama yang bercerita tentang sekelompok burung, dan meminta anak untuk mencari burung mana yang telah membawa cacing di mulutnya. Bagi saya dan Aliyah, membaca sambil menggambar ataupun mencari perbedaan adalah hal yang sangat seru. Kami dapat tertawa bersama, saling menuangkan ide dan pikiran bersama, dan saling bercerita. Momen membaca buku seperti ini yang kelak akan membuat bonding kami sebagai ibu dan anak terasa semakin erat, InsyaAllah. Omong-omong, Aliyah saking sukanya Aliyah dengan buku ini, ia selalu meminta saya untuk membacakannya berulang kali, bisa 3 sampai 4 kali dalam sekali waktu :'))


Tidak hanya Aliyah yang sangat suka dengan cerita dari buku-buku digital yang ada di Let's Read. Saya sendiri yang notabene adalah orang dewasa sangat suka membaca buku cerita di Let's Read, hehehe. Ilustrasi dari buku-bukunya sangat bagus sih menurut saya, belum lagi cerita nya yang mengusung kearifan lokal, budaya, dan bahasa daerah. Salah satu buku cerita yang menjadi favorit saya adalah buku yang berjudul Jarit Yang Mana? Dari judulnya sudah kelihatan jelas ya kalau buku cerita ini mengusung budaya dari Jawa :) Jarit yang biasanya di Jawa digunakan untuk menggendong anak bayi atau balita menjadi isi dari cerita di buku ini. Kita juga dapat memilih opsi membaca dalam bahasa Jawa di buku cerita ini. Bagi saya, opsi pilihan bahasa daerah di Let's Read sangat membantu dalam mengenalkan budaya dan bahasa daerah kepada anak. Hal ini juga memungkinkan Let's Read menjadi mudah dijangkau bagi anak-anak di pelosok daerah yang lebih sering menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-harinya. Para aktivis pegiat literasi ataupun pendongeng di yang ada di daerah akan semakin mudah menyampaikan cerita kepada anak dengan adanya opsi bahasa daerah ini.

Di Let's Read, ragam buku cerita yang tersedia sangat banyak dan variatif. Judul buku cerita favorit saya lainnya adalah Mencari Pluto. Buku yang bercerita tentang planet Pluto yang hilang ini menyisipkan pengetahuan akan alam semesta dengan cara yang ringan bagi anak. Berhubung tingkat kesulitan bacaan Mencari Pluto di tingkat 5, jadi saya belum membacakannya untuk Aliyah, hehehe. Eh, iya saya belum cerita ya kalau di Let's Read, setiap halaman pertama bukunya selalu berisikan beberapa informasi yang dapat membantu kita untuk mengetahui detail tentang buku cerita tersebut.  Mulai dari label buku seperti science, nature, animalsadventure, health, family, friendship, critical thingking dan masih banyak lagi. Label ini akan memudahkan kita untuk mengetahui tema yang akan kita pilih sebagai pesan pembelajaran bagi anak kita.


Lalu ada informasi tingkat kesulitan bacaan yang memudahkan kita untuk memilih buku cerita yang sesuai dengan usia anak kita saat ini. Kalau versi Aliyah sih, tingkat kesulitan bacaannya masih di tingkat 2, hihi. Setelah informasi mengenai tingkat kesulitan bacaan, ada informasi tentang karya asli seperti siapa penerbitnya, pengarang cerita, ilustrator, lisensi dan url yang terkait. Buku-buku di Let's Read dapat kita unduh secara gratis sehingga meski dalam keadaan offline pun, kita tetap dapat membacakan bukunya untuk anak kita :)

Fitur bahasa, tingkat kesulitan bacaan dan label  juga dapat teman-teman temukan dengan menyentuh simbol search yang ada di bagian pojok kanan atas aplikasi. Nantinya, kita tinggal menyaring buku yang sesuai dengan minat dan usia anak kita :)


Berhubung aplikasi Let's Read dalam penggunaaanya perlu menggunakan gawai, ada baiknya tetap memperhatikan durasi, tingkat kecerahan layar dan tetap mendampingi anak dalam membaca agar anak tetap nyaman dan aman dalam bergawai :) Lama durasi bergawai sangat bervariatif tergantung kebijakan teman-teman mama masing-masing ataupun bisa mengacu pada anjuran lama durasi bergawai sesuai dengan rentang usia anak :)

Secara keseluruhan bagi saya dan Aliyah, membaca buku cerita digital di Let's Read sangat menyenangkan. Aliyah dengan tipikal anak yang mudah bosan jadi punya beragam bahan bacaan yang kelak akan membantunya untuk semakin cinta dengan budaya membaca karena baginya membaca itu menyenangkan.


Teman-teman mama dapat mengunduh aplikasi Let's Read di Play Store secara gratis dan mari mulai membacakan cerita secara nyaring untuk anak-anak kita :) Jangan lupa follow juga akun Let's Read @letsread.indonesia di sosial media instagram untuk mendapatkan informasi terbaru dari Let's Read :)

Semoga anak-anak kita kelak tumbuh menjadi anak-anak yang cinta dengan budaya membaca :)

Aamiin.

Semoga bermanfaat ya :)

Disclaimer: Tulisan ini adalah tulisan yang ditulis berdasarkan pangalaman pribadi dan diikutsertakan di dalam lomba blog Let's Read x Blogger Perempuan "Pengalaman Pribadiku dalam Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak". Semua tulisan dan konten di dalamnya adalah di luar tanggung jawab Let's Read Indonesia dan Blogger Perempuan.




Foto dan Infografis: Ajeng Natassia

Referensi:

https://reader.letsreadasia.org
https://sahabatkeluarga.kemendikbud.go.id
https://databoks.katadata.co.id
https://www.melbournechildpsychology.com
Taylor, Melisa. The Important To Big Kids Reading Aloud
Britton, Lesley. Montessori Play and Learn
Paramita, Vidya Dwina. Montessori Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja