REVIEW LIBURAN KE PLANET MOCHI BARENG PADDLE POP: SERUNYA PENGALAMAN ALIYAH MAIN KE PLANET JUPITER!

| on
July 25, 2021



"Mama, aku bosaan...."

Halo!

Apa kabar teman-teman mama? Semoga sehat selalu ya :) Oh iya, omong-omong adakah teman-teman mama yang juga sering mendengar ucapan kalimat di atas? Kalau saya mungkin ada 5 kali dalam sehari mendengar Aliyah mengucapkan kalimat diatas :)) Saya sendiri berusaha untuk mengerti apa yang Aliyah rasakan. Masa pandemi sekaligus pemberlakuan PPKM yang bertepatan dengan liburan sekolah bukanlah hal yang mudah bagi anak-anak.

47 % anak Indonesia merasa bosan di rumah selama masa pandemi 
- Survei Penilaian Cepat Satgas Covid-19 (BNBP 2020), dari Harian Kompas -

Sebelum masa pandemi, saat liburan sekolah biasanya kami isi dengan bepergian ke luar kota atau ke tempat wisata. Berhubung masih dalam masa pandemi serta pemberlakuan PPKM, maka liburan sekolah Aliyah kali ini diisi dengan melakukan aktifitas di rumah saja. Berhubung anak seusia Aliyah memang sedang giat-giatnya melakukan beragam aktifitas, rasa bosan sangat mudah menghampirinya saat aktifitas di rumah terasa begitu monoton baginya. Sebagai ibu, saya perlu pintar-pintar mencari cara untuk membantu Aliyah mengatasi rasa bosannya selama liburan di rumah saja :)

Kebosanan sebenarnya adalah alat yang penting untuk membuat hidup lebih bahagia, lebih produktif dan lebih kreatif. 
- Manoush Zomorodi, di dalam bukunya yang berjudul Bored and Brilliant: How Spacing Out Can Unlock Your Most Productive dan Creative Self -

Dari sebuah artikel yang ditulis oleh psikolog Hertha C. Hambalie, M.Psi, Psikolog. yang sempat saya baca, ada beberapa tips kegiatan yang dapat kita coba lakukan untuk mengatasi rasa bosan pada anak saat beraktifitas di rumah saja, seperti yang tercantum pada gambar :)


Nah, kalau versi saya dan Aliyah yang menjadi favorit kami untuk mengatasi rasa bosan di rumah adalah dengan bermain, seperti membuat prakarya atau membuat diy mainan yang sekaligus dapat menstimulasi area sensori dan motoriknya juga sebagai sarana ia untuk belajar banyak hal :)

Disaat saya merasa buntu dan kehabisan ide harus bermain apa lagi, biasanya saya langsung membuka internet untuk mencari ide bermain ataupun event bermain bersama yang digelar secara online untuk mengisi waktu liburan Aliyah di rumah.

Alhamdulillah, beruntungnya saat saya sedang membuka feeds di akun Instagram saya, saya melihat konten event bermain bersama dari Paddle Pop. Saya pun langsung mendaftarkan diri untuk ikut serta agar dapat bermain bersama Aliyah di rumah :) Syukurnya lagi, event dari Paddle Pop ini dapat saya ikuti secara GRATIS hehehe... Bagaimana caranya? Yuk baca terus sampai bawah ya :))

Paddle Pop #MainYuk

Jadi, sejak bulan Mei 2021 yang lalu, dalam rangka Hari Bermain Sedunia 2021, Paddle Pop sebagai salah satu brand es krim kesukaan anak produksi Unilever Indonesia, menghadirkan rangkaian pilihan aktifitas bermain yang bermanfaat untuk mengisi liburan sekolah anak. Paddle Pop sangat memahami tantangan yang dihadapi orangtua dan anak dalam mengisi liburan di masa pandemi, yaitu bagaimana agar liburan tetap terasa seru, menyenangkan dan tetap dapat mengatasi rasa bosan, stres ataupun berkurangnya intensitas sosial pada anak meski hanya dengan melakukan aktifitas bermain di rumah saja. 

Karena percaya bahwa banyak hal baik dimulai dari bermain, maka bertepatan dengan Hari Bermain Sedunia, Paddle Pop resmi meluncurkan  brand purpose Paddle Pop, #MainYuk, yang mengajak kita, para orangtua, untuk menghadirkan pilihan aktifitas bermain di rumah saja yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Seru ya! :)



Sebagai pembuka Paddle Pop Main Yuk, Paddle Pop mengadakan Paddle Pop Main Yuk Seaventure yang digelar pada bulan April-Juni 2021 (dalam rangka libur puasa dan Hari Raya Idul Fitri) Melalui Paddle Pop Main Yuk Seaventure, kita diajak menikmati wisata virtual dunia bawah laut bareng Paddle Pop Twister Mermaid dan Jakarta Aquarium Safari, sekaligus mengenalkan anak tentang biota bawah laut sambil bermain melalui video interaktif, kuis dan kompetisi berfoto. 

Sayangnya, saya dan Aliyah melewatkan kesempatan untuk ikut serta karena kami terlambat mengetahui informasi event nya :( Menurut teman-teman mama yang sempat ikutan, event nya sangat seru dan anak-anak merasa seperti benar-benar sedang menikmati liburan di dalam Jakarta Aquarium Safari :)

Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi 

Nah, di bulan Juli 2021 ini, Paddle Pop kembali mengajak kita, para orang tua dan anak-anak untuk kembali bermain bersama dalam rangka mengisi liburan sekolah. Kali ini Paddle Pop #MainYuk mengajak kita berlibur ke Planet Mochi! 



Kalau sebelumnya kita dan anak-anak diajak mengenal biota bawah laut melalui aktifitas seru di Paddle Main Yuk Seaventure, di Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi kita dan anak-anak diajak untuk mengenal sistem tata surya dan luar angkasa bareng Paddle Pop Mochi Chocolate Vanila. 

Di event Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi kali ini, selain bermain dengan Paddle Pop Chocolate Vanila, kita diajak bermain bersama: 

  • Mona Ratuliu & Wonderfest sambil membuat Helm Astronot di tanggal 25 juni 2021.
  • Enno Lerian & Rumah Dandelion sambil main ke Planet Saturnus di tanggal 03 Juli 2021,
  • Nana Mirdad & Mungilmu sambil main ke Planet Uranus di tanggal 10 Juli 2021,
  • Melki Bajaj & Buumi Playscape sambil main ke Planet Jupiter di tanggal 17 Juli 2021
Untuk bisa ikutan event Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi caranya mudah sekali. Kita cukup mendaftarkan diri melalui whatsapp ke nomor official Paddle Pop di 0858-1223-1223. Untuk 100 teman-teman mama yang gercep (gerak cepat, hehe) alias pendaftar pertama bisa dapat kotak mainan gratis sesuai dengan program bermain yang dipilih. 

Dan saya kalah gercep dong, hehehe. Saat mendaftar saya sudah tidak kebagian kotak mainan untuk Aliyah. Meski tidak dapat kotak mainan, saya dan Aliyah tetap antusias untuk ikut eventnya :)



Dari rangkaian event Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi, saya dan Aliyah memilih untuk ikut bermain ke Planet Jupiter bareng kak Melki Bajaj dan Buumi Playscape di tanggal 17 Juli 2021. 

Aliyah senang sekali saat saya ajak untuk bermain bersama Paddle Pop #MainYuk kali ini, karena belakangan ia memang sedang suka sekali bermain dan belajar tentang tata surya dan luar angkasa. Kami pun sempat membuat Nebula Calm Down Jar bersama di rumah.

Saat hari H tiba, saya dan Aliyah sudah menyiapkan bahan permainan yang dibutuhkan untuk kami bermain bersama ke Planet Jupiter bareng kak Melki Bajaj dan Buumi Playscape. Instruksi untuk bahan mainan yang perlu disiapkan saya dapatkan saat melakukan pendaftaran melalui whatsapp.  


Serunya Pengalaman Aliyah Bermain Ke Planet Jupiter

Event Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi, Main ke Planet Jupiter bareng kak Melki Bajaj dan Buumi Playscape kami ikuti melalui aplikasi Zoom. 



Sebelum mulai bermain, Kak Nurul dari Buumi Playscape mengobrol bersama kak Melki sekeluarga tentang aktifitas liburan selama di rumah saja. Ternyata, apa yang saya alami juga sama dengan Kak Melki dan mbak Dewi, yang juga harus memutar otak mencari kegiatan yang seru untuk mengisi liburan anak selama di rumah saja :))



Selesai mengobrol dengan kak Melki sekeluarga, langsung deh kami diajak bermain ke Planet Jupiter dengan naik roket lebih dulu lewat tarian bersama kak Lintang dari Buumi Playscape. Saat menari bersama, memori masa kecil saya dengan Paddle Pop tiba-tiba muncul saat mendengar jingle Paddle Pop... Paddle Pop... super duper yummy. Senang sekali es krim favorit saya di jaman kecil masih eksis sampai sekarang dan bisa dinikmati oleh anak saya :) 



Begitu tiba di Planet Jupiter, kami diajak melakukan tiga misi yaitu bermain Moon Dough Pottery, bermain Alien Egg Game dan membuat Mochi Sugar Swirl. Sebelum mulai bermain, kak Nurul menjelaskan beberapa fakta tentang Planet Jupiter. Wah, disini saya dan Aliyah benar-benar dapat pengalaman bermain sambil belajar. 

Fakta pertama, Jupiter adalah planet terdekat kelima dari Matahari. 
Kedua, nama Planet Jupiter diambil dari raja para dewa dalam mitologi Romawi karena merupakan planet yang terbesar. 
Ketiga, ternyata Jupiter memiliki cincin seperti planet Saturnus namun cincinnya sulit untuk dilihat. 



Saya sendiri baru tahu nih tentang fakta ketiga dari planet Jupiter. Saat kak Nurul menceritakan tentang fakta Planet Jupiter, Aliyah sangat antusias sampai-sampai tanpa sadar ia telah menyimak dengan jarak mata yang begitu dekat. Meski begitu, saya senang karena secara tidak langsung Aliyah belajar tentang Planet Jupiter dengan cara yang lebih fun melalui Paddle Pop Mochi Chocolate Vanilla ini.

Bermain Moon Dough Pottery

Setelah belajar tentang fakta dari Planet Jupiter, langsung deh kami diajak melakukan misi pertama di Planet Jupiter yaitu bermain Moon Dough Pottery yang dipandu langsung oleh Kak Ninda dari Buumi Playscape. Saya dan Aliyah langsung mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk bermain Moon Dough Pottery. 



Serunya, sebelum membuat Moon Dough Pottery, Kak Ninda membagi informasi fakta tentang bulan yang mengelilingi Planet Jupiter. Ternyata ada 79 bulan yang mengelilingi Planet Jupiter, wow! Jumlah ini terbanyak kedua setelah Planet Saturnus yang memiliki 82 bulan. 

Dari 79 bulan milik Planet Jupiter, ada 4 bulan dengan ukuran terbesar yang pertama kali dilihat oleh Galileo bernama IO, Europa, Ganymede dan Callisto. Fakta tentang bulan planet Jupiter disampaikan oleh kak Ninda dengan cara yang menyenangkan dan sangat jelas.

Setelah menyampaikan fakta tentang bulan di Planet Jupiter, kak Ninda langsung memandu kami untuk membuat Moon Dough Pottery, yang nantinya akan seperti replika bulan dan benda angkasa lainnya. 



Cara membuat Moon Dough Potter juga mudah, semua bahan dicampurkan satu persatu sampai menyerupai adonan kue. Setelah adonan tidak terasa lengket, adonan digilas dengan rolling pin dan dicetak menggunakan cetakan kue. Aliyah sangat menikmati membuat Moon Dough Pottery ini :) 

Dari bermain membuat Moon Dough Pottery Aliyah jadi bisa belajar tentang bulan, sekaligus melatih sensori dan motorik kasar serta halusnya dari membuat adonan, belajar berhitung dari menakar jumlah bahan yang dibutuhkan dan menghitung jumlah bintang dan bulan dari adonan yang dicetak, meningkatkan kreatifitasnya dan daya imajinasinya dari mencetak adonannya.

Bermain Alien Egg game

Begitu misi pertama di Planet Jupiter selesai, langsung lanjut deh menyelesaikan misi kedua yaitu bermain Alien Egg Game. Tapi, sebelum mulai misi keduanya, kak Nurul mengajak kami bermain tebak-tebakan lebih dulu yang tentu saja tebak-tebakannya seputar informasi tentang Planet Jupiter. Kami benar-benar jadi makin tahu banyak tentang Planet Jupiter dari ikutan event Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi, Main ke Planet Jupiter ini.


Setelah bermain tebak-tebakan bersama kak Nurul, kami langsung dipandu oleh Kak Ninda untuk bermain Alien Egg Game. Ceritanya, kami diajak untuk menyelamatkan telur-telur alien. Bahan untuk membuat Alien Egg Game sederhana saja, hanya butuh 5-10 balon, air, glitter dan 2 buah ember.



Nantinya balon akan diisi air secukupnya lalu diikat, sehingga seolah-olah balon adalah telur alien. Telur dari balon ini kemudian dimasukkan ke dalam ember yang sudah berisi air dan glitter. Setelah siap, kak Ninda memandu kami untuk bermain Alien Egg Game dengan cara memindahkan balon menggunakan kaki dari ember 1 ke ember 2. 

Ternyata main Alien Egg Game ini seru sekali. Stimulasi yang didapat anak juga banyak, mulai dari kegiatan mengisi air ke balon, menghitung jumlah balon, mengenal warna balon, dan melatih koordinasi gerak kaki dari memindahkan balon.

Membuat Mochi Sugar Swirl

Dua misi sudah selesai. Kami pun dipandu kak Ninda untuk menyelesaikan misi terakhir bermain di Planet Jupiter yaitu membuat Mochi Sugar Swirl dari menghias Paddle Pop Mochi Chocolate Vanilla menggunakan gula halus, susu cair dan pewarna makanan. 



Caranya membuat hiasannya dengan mencampur gula halus, susu cair dan pewarna makanan. Setelah jadi, dihias deh diatas Paddle Pop Mochi Chocolate Vanilla menggunakan piping bag. 



Secara tidak langsung, motorik halus Aliyah jadi terlatih dan daya imajinasi dan kreatifitas nya pun terasah dengan membuat Mochi Sugar  Swirl. Oh iya indera perasa anak juga terstimulasi dari rasa manis gula berpadu dengan tekstur kenyal dari Paddle Pop Mochi Chocolate Vanilla :) 


Selesai membuat Mochi Sugar Swirl, sebagai penutup kami diajak untuk berfoto bersama dan kembali menari bersama kak Lintang. Saya sempat bertanya ke Aliyah apakah Aliyah senang mengikuti acaranya? Alhamdulillah kata dia senang sekali dan suka bikin-bikin mainannya, hihi.



Secara keseluruhan, saya dan Aliyah sangat enjoy bermain bersama dan ikutan event Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi, Main ke Planet Jupiter bareng kak Melki Bajaj dan Buumi Playscape. Acara nya dikemas dengan sangat menarik serta edukatif. Anak-anak benar-benar diajak bermain sambil belajar dengan cara yang seru. 

Runtutan acaranya juga disusun dengan sangat baik mulai dari menari bersama lebih dulu untuk membangkitkan mood anak-anak agar semangat dan ceria, lalu mengedukasi anak dengan bercerita tentang fakta Planet Jupiter serta memberi stimulasi untuk sensori, motorik, kemampuan berhitung serta daya imajinasi dan kreatifitas anak melalui tiga permainan diatas. 

Kak Melki Bajaj beserta keluarga juga sangat menyenangkan. Tim kakak-kakak dari Buumi Playscape juga memandu dengan sangat ceria dan ekspresif. Jadi, anak-anak jauh dari rasa bosan selama mengikuti acaranya :)
 
Bagi saya, acara ini benar-benar dapat mengisi waktu liburan sekolah anak selama di rumah saja dengan cara yang menyenangkan. Terimakasih untuk Paddle Pop yang sudah menginisiasi acara seperti ini. Jujur acaranya membantu saya sebagai orangtua untuk dapat mengatasi rasa bosan anak selama liburan di rumah dengan memberi kegiatan yang bermanfaat.

Paddle Pop Pilihan Cemilan Yang Baik Untukmu

Paddle Pop sebenarnya sudah cukup lekat dengan keluarga saya sejak lama. Sewaktu saya masih usia kanak-kanak, setiap kali ikut ibu saya ke supermarket untuk berbelanja, saya pasti minta dibelikan Paddle Pop Rainbow, hehe. Ternyata kebiasaan ini menurun ke anak saya, Aliyah. 

Aliyah sangat suka dengan Paddle Pop. Saya tidak khawatir jika Aliyah mengonsumsi Paddle Pop karena Paddle Pop dibuat dari bahan alami dengan memerhatikan batasan kandungan gula serta kalori sesuai dengan saran WHO, yaitu  tidak lebih dari 12 gr gula dan tidak lebih dari 110 kkal dalam sekali konsumsi.

Jadi, kandungan gula di setiap es krim Paddle Pop benar-benar diatur secara ketat agar tidak melebihi Angka Kecukupan Gizi Anak.

Yuk, kita coba cek, berapa jumlah gula dan kalori di dalam Paddle Pop Mochi Chocolate Vanilla :)



Selain dibuat dengan memerhatikan batasan kandungan gula dan kalori, Paddle Pop Mochi Chocolate Vanilla dibuat dari kebaikan susu dan tanpa tambahan pengawet :) Insya Allah aman deh untuk dikonsumsi anak-anak seusia Aliyah :) 

Oh iya,  rasa Paddle Pop Mochi Chocolate Vanilla menurut saya enak dan tidak begitu manis. Tekstur mochinya punya kenyal dan tebal :)

Beberapa varian Paddle Pop lainnya yang mungkin teman-teman mama sudah cukup familiar, juga dibuat dari bahan alami seperti buah-buahan serta susu, dan InsyaAllah lebih aman untuk dikonsumsi anak-anak.



Demikianlah cerita pengalaman saya dan Aliyah mengisi liburan kali ini dengan ikutan Paddle Pop #MainYuk Liburan Ke Planet Mochi, Main ke Planet Jupiter bareng kak Melki Bajaj dan Buumi Playscape. Kalau ditanya mau ikut lagi atau tidak jika ada acara serupa dari Paddle Pop, tentu saja saya dan Aliyah mauu hehehe.



Omong-omong, ada yang sempat ikutan acaranya juga tidak? Yuk, share cerita serunya sama-sama di sini :)

Nah, bagi teman-teman mama yang belum sempat ikutan acaranya, dan penasaran seperti apa, acaranya dapat ditonton ulang di Youtube Official Channel Paddle Pop :)


Paddle Pop Indonesia
Instagram: @paddlepop.idn | Youtube Official Channel: Official Paddle Pop Indonesia


Semoga bermanfaat ya :)
















 



 











Dari Membaca Artikel Di Ibupedia, Saya Belajar Berdamai Dengan Inner Child Yang Terluka

| on
July 12, 2021

 

Saya sadar saya bukan ibu yang sempurna. Saya masih seringkali kelepasan marah ke anak. Sekali waktu saya marah besar ke Aliyah. Hari-hari berlalu, ternyata ia masih mengingat kejadian itu. Satu hal yang selalu ditanyakannya, "Mama, kenapa waktu itu mama marah sekali ke Yaya?" Saya terdiam. Hati saya patah mendengar ucapannya. Pengalaman masa lalu saya terulang kembali"

Halo!

Bagaimana kabarnya teman-teman mama? Semoga sehat selalu ya :) Cerita saya diatas adalah satu dari cerita yang cukup menyedihkan bagi saya dalam menjalankan peran sebagai orangtua. 

Saya percaya tidak ada orangtua yang senang memarahi anaknya, bahkan sampai membuat anaknya trauma dan meninggalkan bekas di dalam ingatan sang anak. Saya pun demikian. Saya sangat sedih ketika sekali waktu saya marah kepada Aliyah, ternyata peristiwa itu meninggalkan bekas di dalam ingatannya. Saya mungkin telah menjadi penyebab trauma masa kecil yang kurang baik bagi Aliyah :'( 

Kondisi ini semakin diperburuk dengan pola pikir saya yang menyalahkan pola asuh kedua orang tua saya di masa lalu yang membentuk saya menjadi ibu yang mudah marah. 

"Tidak salah saya menjadi seperti ini, karena dulu orang tua saya mendidik saya seperti ini" pikir saya waktu itu.


Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai sadar kalau saya tidak boleh terus-terusan seperti ini. Saya merasa ada yang salah dengan pola pikir saya. Tidak seharusnya saya membenarkan tindak amarah saya kepada Aliyah. Apalagi sampai meninggalkan trauma baginya.

Tindak amarah saya kepada Aliyah adalah tanda kalau saya belum bisa memutus mata rantai pola asuh yang kurang baik di masa lalu. 

Saya merasa harus melakukan sesuatu. Memperbaiki apa yang telah terjadi, sebelum benar-benar terlambat. Saya ingin belajar untuk menjadi ibu yang jauh lebih baik untuk Aliyah. 

Belajar Berdamai dengan Inner Child

Sebagai orang awam saya tidak tahu pasti apa istilah untuk trauma masa kecil yang kurang baik. Karena ketidaktahuan ini, maka saya putuskan untuk mencoba mencari tahu apa dan bagaimana cara mengatasi trauma masa kecil. 

Saya lalu membuka situs Ibupedia, sebuah platform dimana saya biasanya mendapatkan berbagai informasi tentang dunia parenting, keluarga, kesehatan anak, bayi dan info seputar kehamilan. Siapa tau ada artikel yang membahas tentang mengatasi trauma masa kecil disini, pikir saya waktu itu.



Akhirnya saya sampai pada sebuah artikel di Ibupedia,  tentang inner child yang berjudul 7 Langkah Mudah Mengelola Inner Child Dalam Mengasuh Anak  Saya pun mulai mengerti atas apa yang saya rasakan dan alami selama ini. 

"Alhamdulillah, akhirnya saya mendapatkan petunjuk bagaimana cara mengatasi trauma masa kecil seperti yang saya alami selama ini setelah membaca artikel tentang inner child di Ibupedia "

Trauma masa kecil yang saya alami ternyata adalah inner child yang terluka yang tersimpan di dalam diri saya.

Ya, menurut pakar, inner child adalah pengalaman di masa lalu, tidak hanya di masa kecil melainkan di semua tahap kehidupan yang telah kita lalui.

Pengalaman ini yang kemudian tersimpan menjadi memori positif ataupun negatif di dalam diri kita, yang tanpa kita sadari ternyata mempengaruhi diri kita dalam mengekspresikan diri saat dewasa.

Saat menjalankan peran sebagai orangtua, inner child saya yang tersimpan selama ini menjadi sering muncul ke permukaan. 

Misalnya seperti, saya menjadi ibu yang mudah marah, karena saya merasa sering dimarahi sewaktu kecil dulu, yang mungkin dapat membuat Aliyah juga tumbuh menjadi orang yang mudah marah.

Atau, trauma lain seperti tidak ingin memiliki anak dengan kelahiran jarak dekat karena khawatir Aliyah kurang mendapatkan perhatian seperti yang saya rasakan dulu sebagai anak sulung dari 3 bersaudara dengan jarak kelahiran yang berdekatan. Padahal, mungkin disisi lain, keputusan ini dapat membuat Aliyah merasa kesepian karena tidak ada saudara yang dapat diajak bermain bersama di rumah. 

Jika saya tidak berusaha berdamai dengan trauma-trauma saya diatas, mungkin saja tanpa saya sadari saya  menurunkan trauma tersebut kepada Aliyah. Dan mata rantai trauma masa kecil saya akan terus terjalin bahkan mungkin bisa sampai ke cucu saya kelak.

Pada akhirnya, saya mencoba belajar untuk berdamai dengan inner child saya agar dapat memutus mata rantai trauma masa lalu yang kurang enak ini.


Apa saja sih yang sebenarnya menjadi penyebab inner child kita terluka?

Sebelum memulai untuk berdamai dengan trauma masa kecil, saya lebih dulu mencoba memahami lebih dalam apa yang kira-kira menjadi penyebab seseorang mengalami trauma di masa kecil nya. Apakah benar pola asuh orang tua dan pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan dapat menjadi penyebab inner child dalam diri saya terluka? 

Pada gambar adalah beberapa kemungkinan kejadian di dalam hidup yang menjadi penyebab inner child dalam diri yang terluka dilansir dari Ibupedia dan Better Help,


Kejadian-kejadian diatas mungkin pernah dialami sebagian dari kita yang tanpa kita sadari ternyata bisa jadi  menjadi penyebab trauma masa kecil. Mengetahui penyebab dari trauma masa kecil yang dialami adalah langkah awal untuk berdamai dengan trauma masa kecil. Saya sendiri berusaha belajar untuk menerima bahwa kejadian di masa lalu yang meninggalkan trauma bagi saya merupakan bagian dari perjalanan hidup saya.

Sama seperti memori masa kecil yang menyenangkan yang seringkali dianggap sebagai pengalaman yang berharga, saya pun belajar untuk mengganggap trauma di masa kecil saya sebagai pengalaman yang sama berharganya :) Harapannya, dengan belajar menerima, langkah saya untuk berdamai dengan trauma masa kecil saya menjadi lebih mudah.


Lalu, bagaimana cara untuk berdamai dengan trauma masa kecil?

Saya salah satu yang percaya bahwa setiap orang memiliki "waktu" nya masing-masing untuk dapat berdamai dan pulih dari traumanya di masa kecil :) Meski mungkin tidak secepat apa yang diharapkan, perlahan tapi pasti, tentu usaha untuk berdamai dengan trauma masa kecil ini akan berbuah manis, InsyaAllah :)

Di artikel Ibupedia, 7 Cara Mengelola Inner Child Dalam Mengasuh Anak yang saya baca, ada beberapa tips yang diberikan yang bisa kita lakukan untuk mulai berdamai dengan inner child yang terluka.  Apa saja ketujuh tips nya? Saya sharing garis besarnya saja ya :) Untuk detailnya, teman-teman dapat langsung klik di judul artikelnya ya :)



  1. Berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu terlebih dulu.
  2. Mencoba memaafkan kesalahan pola asuh orang tua di masa lalu.
  3. Memberi perhatian penuh dengan tulus kepada anak kita sebagai bentuk self healing dari inner child yang terluka.
  4. Mengindentifikasi inner child yang kita miliki. Inner child yang negatif yang kita miliki sebaiknya tidak diturunkan ke pola asuh kita ke anak, sebaliknya inner child yang positif dapat kita adaptasi di dalam pola asuh kita.
  5. Mengurangi intensitas berada di dalam lingkungan yang menjadi penyebab trauma di masa kecil.
  6. Mengapresiasi diri sendiri atau melakukan re-parenting sebagai wujud mencintai diri sendiri.
  7. Berbagi cerita kepada orang terdekat yang dapat dipercaya, atau berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog.

Oh iya, saya juga membaca artikel lain yang terkait dengan inner child di Ibupedia. Artikelnya berjudul Berdamai Dengan Inner Child, Atasi Luka Yang Tertinggal Tips untuk berdamai dengan inner child di kedua artikel di Ibupedia inilah yang kemudian saya gunakan untuk pelan-pelan belajar berdamai dengan trauma masa kecil, ditambah juga dengan beberapa referensi lain dari jurnal tentang inner child.

Pada intinya saya perlu merangkul inner child saya dan membangun koneksi dengannya agar saya dapat lebih mudah untuk berdamai dengan inner child saya yang terluka.

Tips dari Ibupedia ini menjadi awal bagi saya untuk akhirnya bisa menerima inner child yang terluka sebagai bagian dari diri saya. Ia telah bertumbuh bersama bagian dari diri saya yang lain. Belajar menerima kenyataan ini membuat saya merasa jauh lebih baik :) 


Lalu bagaimana caranya saya dapat berdamai dengan trauma di masa kecil?

Selama ini ada beberapa cara saya coba lakukan untuk mencoba berdamai dengan trauma masa kecil saya. 

Pertama, seperti cerita saya diatas saya mencoba untuk menerima pengalaman masa lalu sebagai bagian dari perjalanan hidup, baik itu pengalaman yang menyenangkan ataupun yang kurang menyenangkan seperti trauma di masa kecil. Saya benar-benar berterimakasih pada Allah atas apa-apa yang sudah saya lalui selama ini, dan dari ini rasa ikhlas atas apa yang telah terjadi mulai tumbuh di dalam hati saya.

Kedua, memaafkan kejadian masa lalu yang telah terjadi. Setelah dapat menerima pengalaman masa lalu sebagai bagian dari perjalanan hidup saya, pelan-pelan saya mulai dapat memaafkan kejadian di masa lalu yang meninggalkan trauma bagi saya. 

Dari pengalaman saya, untuk dapat lebih legowo dalam memaafkan, mencoba untuk bercerita dari hati ke hati dengan orang-orang terdekat yang ada di sekitar saya seperti suami, orang tua dan adik saya sangat membantu proses ini.

Dari bercerita dengan orang terdekat, saya menjadi lebih mengerti dan memahami jika apa yang menjadi trauma di masa kecil saya bukan sepenuhnya kesalahan dari kedua orang tua saya. Kedua orang tua saya bahkan tidak pernah berniat untuk melukai perasaan saya. 

Yang sebenarnya terjadi adalah mata rantai pola asuh di masa lalu (dari kakek nenek) yang diturunkan kepada kedua orang tua saya, lalu orang tua saya menurunkan pola asuh yang kurang lebih sama kepada saya dan kedua adik saya.

Inilah kenapa, saat ini menjadi penting untuk belajar memutus pola asuh di masa lalu yang kurang baik agar kita tidak menurunkannya ke anak-anak kita, agar tidak menjadi trauma masa kecil anak kita. Mungkin memang bukan hal yang mudah, tapi jika kita mencoba semampu kita, InsyaAllah akan berbuah manis di kemudian hari, Aamiin :)

Ketiga, menulis jurnal tentang apa yang menjadi trauma masa kecil saya, atau apa yang sebenarnya saya rasakan selama ini. Menulis jurnal sebenarnya bukan kebiasaan yang biasa saya lakukan. Namun, setelah mencoba menulis jurnal untuk lebih mengenali diri sendiri, ternyata saya dapat lebih mengerti apa yang saya rasakan. Meski sebelumnya saya sudah mencoba untuk mengerti diri saya dengan cara berpikir dan merenung, namun ternyata dengan menulis jurnal, rasanya menjadi jauh lebih baik dan lebih menyentuh. 




Jika teman-teman mama juga ingin mencoba untuk mulai menulis jurnal, berikut beberapa hal yang dapat ditulis di jurnal yang disadur dari Ibupedia dan artikel di Phsychology Today.com, yang juga saya coba aplikasikan dalam proses berdamai dengan inner child :)
  • Mulai menulis dari hal yang sederhana untuk mengenal diri sendiri seperti aku pencemas karena...
  • Menulis sebuah surat untuk sosok anak kecil yang ada di dalam diri kita. Isinya dapat berupa ucapan terima kasih, atau pernyataan kalau kita sayang padanya.
  • Menulis tentang apa yang kita rasakan dan apa yang menjadi penyebab dari perasaan tersebut.
  • Menuliskan apa yang sebenarnya kita inginkan.
  • Menulis tentang apa yang sebenarnya ingin kita ubah dan bagaimana langkah yang dapat kita tempuh untuk mencapai perubahan itu.
Keempat, belajar mencintai diri sendiri dan berterima kasih ke diri sendiri karena sudah melalui kejadian di masa lalu dan masih mau berjuang sampai sekarang. Tadinya saya tidak begitu tahu bagaiamana cara untuk mencintai diri sendiri. 

Dari tips di artikel Ibupedia, saya mencoba mengaplikasikan bentuk mencintai diri sendiri dengan berbicara kepada diri kalau saya mencintainya dan mau mendengarkan apa yang dirasakannya. Biasanya dilakukan sembari memeluk diri sendiri sambil berbicara dari hati :)

Bentuk lain mencintai diri sendiri juga bisa dengan melakukan 'me time' dan mengisinya dengan hal-hal yang kita senangi agar tangki cinta kita terisi penuh hingga cukup untuk dibagi ke diri sendiri dan orang lain, seperti suami dan anak :)



Apa perubahan yang dirasakan dan manfaat yang didapatkan setelah belajar berdamai dengan trauma masa kecil?

Saya sangat menyadari kalau tiap-tiap individu memiliki trauma masa kecilnya masing-masing dan membutuhkan waktu untuk pulih yang tidak sama satu dengan yang lainnya :) Versi saya, setelah berberapa bulan terakhir mencoba belajar berdamai dengan trauma masa kecil saya dengan keempat cara yang saya sebutkan diatas, saya merasa ada perubahan yang cukup berarti di dalam diri saya dan orang-orang di sekitar saya. Beberapa perubahan yang saya rasakan diantaranya;

  • Menjadi tidak mudah marah kepada anak 
Saya tidak lagi membenarkan tindakan marah saya kepada Aliyah sebagai bentuk dari akibat pola asuh orangtua saya di masa lalu. Saya sadar  jika saya perlu belajar untuk mengelola emosi dengan lebih baik lagi agar tidak mudah marah kepada Aliyah.
  •  Hubungan dengan keluarga menjadi lebih hangat dari sebelumnya.
Belajar tentang inner child membuat saya menjadi lebih mengerti jika orang lain pun punya inner child dan trauma nya masing-masing. 

Saya menjadi lebih sering berbagi cerita dengan suami tentang trauma masa kecil yang ia rasakan dan saya rasakan. Kami tidak lagi mudah untuk bertengkar dan menjadi lebih mengerti satu sama lain. 

Begitu pula dengan kedua orang tua saya. Sekali waktu, Bapak saya bercerita bagaimana kerasnya pola asuh kakek terhadap bapak sewaktu kecil. Dari cerita ini lah saya jadi mengerti kalau orang tua saya tidak pernah benar-benar sengaja untuk membuat saya merasa trauma.

Dan dari adik saya, yang biasanya diantara kami ada siblings rivalvy, setelah kami melakukan pillow talk dan berbagi cerita pengalaman di masa kecil masing-masing, kami akhirnya menyadari siblings rivalvy tidak seharusnya ada diantara kami. Hubungan kami yang tadinya lebih sering diisi dengan pertengkaran, belakangan menjadi lebih hangat karena kami mencoba belajar untuk saling mengerti satu sama lain :)

  • Belajar memperbaiki pola asuh untuk menjadi orang tua yang lebih baik
Setelah belajar berdamai dengan trauma di masa kecil, saya belajar untuk memperbaiki pola asuh saya kepada Aliyah. Sekali waktu saya dan suami mengobrol santai dan saling berbagi tentang hal yang tidak kami harapkan dari pola asuh orang tua kami di masa lalu terjadi kepada Aliyah, misalnya trauma masa kecli suami yang dulu jarang diberi ruang untuk menyampaikan pendapat dan perasaannya, dari sini kami belajar untuk menjadi orang tua yang terbuka bagi Aliyah untuk berbagi cerita ataupun tentang apa yang sedang dirasakannya.
  • Tidak mudah menjudge atas sikap atau keputusan yang diambil oleh orang lain
Karena mulai memahami jika setiap individu punya pengalaman di masa lalu yang berbeda, maka saya percaya setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang sedikit banyak dipengaruhi oleh pengalamannya di masa lalu. Tidak ada yang salah atau benar dalam setiap obrolan atau berbagi pendapat :)



  • Lebih sering mengajak anak mengobrol dan memahami apa yang dirasakannya
Lebih sering mengajak Aliyah mengobrol dan memahami apa yang dirasakannya menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagi saya setelah belajar berdamai dengan trauma masa kecil. Karena pengalaman yang kurang menyenangkan bisa saja muncul di dalam kehidupan Aliyah sampai ia dewasa kelak, yang bisa datang dari mana saja seperti lingkungan pertemanannya atau sekolahnya. 

Sejak peristiwa marah saya kepada Aliyah tempo hari, saya jadi lebih sering mengajaknya mengobrol dan bertanya apa kejadian yang kira-kira selalu ia ingat dan membuatnya merasa sedih. Dari obrolan ini paling tidak, ia tahu ada saya yang menjadi tempat ia berbagi cerita. Harapannya, peristiwa yang kurang menyenangkan yang ia alami tidak meninggalkan trauma yang mendalam baginya.



Pada akhirnya, inilah cerita parenting versi saya, belajar berdamai dengan inner child yang terluka dari membaca artikel di Ibupedia. Ibupedia telah membantu saya belajar tidak hanya untuk menjadi ibu yang lebih baik, tapi  juga menjadi istri, anak dan kakak yang InsyaAllah lebih baik :)

Semoga cerita saya bermanfaat ya :)


Ibupedia
Pusat Informasi Kehamilan, Ibu dan Anak

Situs: www.ibupedia.com | Instagram: @ibupedia.id | Facebook: Ibupedia


Disclaimer:

Cerita saya semata-mata berdasarkan pengalaman pribadi. Saya bukanlah seorang ahli di bidang inner child maupun psikologi. Teman-teman dapat menghubungi ahli untuk mendapatkan penanganan  trauma masa kecil lebih lanjut. :)