DRAMA GTM ALIYAH

| on
January 23, 2018

Selamat pagi,Ibu :)

Biasanya kalau pagi-pagi begini Ibu-ibu pasti sedang repot menyiapkan sarapan plus bekal untuk anak-anak dan suami, benar tidak bu? :)

Saya juga sama, menyiapkan sarapan juga, hanya untuk Aliyah saja karena suami saya tidak terbiasa sarapan terlalu pagi :D Nah, berhubungan dengan keterbiasaan makan dan soal selera makan, saya ingin sharing tentang GTM (Gerakan Tutup Mulut) Aliyah, sekaligus memenuhi saran seorang sahabat saya yang menyarankan saya menulis tentang GTM  :) 
Saya sama sekali tidak expert dalam hal mengatur pola makan yang baik bagi anak, karena saya juga sampai saat ini masih belajar memperbaikinya. Sedikit banyak kesalahan yang saya lakukan di masa lalu- saat Aliyah MPASI- yang akhirnya mempengaruhi pola makan Aliyah. Semoga kita bisa belajar bersama ya Ibu :)

Sebenarnya GTM pada anak dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena anak bosan, sedang sakit, merasa tidak lapar, sedang mau tumbuh gigi, atau adanya trauma terhadap makanan atau proses makan itu sendiri. Dalam beberapa kasus, juga karena memang anaknya yang bukan tipe pemakan –sekedar makan untuk bertahan hidup, dan ini adalah tipe Aliyah sekali :D-.




Saya dan Aliyah akrab sekali dengan GTM haha. Bisa  lah kalau mau dikatakan bersahabat :D. Kurang lebih 65% nafsu makan Aliyah dipenuhi dengan GTM. Lumayan juga yaa hihi. Ada yang mengalami hal yang sama ga Bu? Sejak masih MPASI sekitar umur 7 bulan, Aliyah mulai GTM. Saat itu jenis makanan Aliyah adalah bubur tepung beras yang saya mix dengan berbagai macam sayuran- biasanya wortel,brokoli, bayam merah- diselingi juga dengan puree buah.



Jujur saja saat itu fokus saya terbagi karena bersamaan dengan saya kehilangan salah satu adik saya. Dalam keadaan berduka, saya mencoba tetap memberi Aliyah makanan dan gizi yang sesuai dengan usianya. Setiap saya memasak untuk Aliyah, Aliyah menolak seperti kehilangan selera. Di tengah keadaan yang kepepet, saya memberi Aliyah bubur organic yang biasanya dijajakan setiap pagi di kompleks rumah orangtua saya, dan Aliyah makan dengan lahap. Senang sekali rasanya. Kesalahan selanjutnya, saya lalu terus memberi bubur organic itu. Saya tidak punya ide untuk menyiapkan masakan saya sendiri. 

Berjalannya waktu Aliyah menjadi bosan dengan menu yang itu-itu saja. Saya juga mencoba dengan teknik BLW (Baby Led Weaning), wortel saya rebus sampai agak lembek, dan membiarkan Aliyah makan sambil bermain. Dia suka, tapi tidak banyak yang masuk ke mulutnya.



Lalu saya memberi buah-buahan yang bisa Aliyah pegang sendiri seperti semangka dan buah naga. Alhamdulillah Aliyah suka- saya tidak memberi jeruk  dan apel karena Aliyah alergi jeruk dan apel-. Makanannya saya ganti juga akhirnya, saya masak sendiri dengan tekstur yang lebih kasar dan Alhamdulillah Aliyah mau makan. Saya kemudian mulai memahami sebab-sebab mengapa Aliyah GTM. Terkadang karena memang Aliyah sedang sakit, sedang tumbuh gigi atau sekedar ingin ganti suasana makan –seperti bosan dengan nasi, lalu saya ganti dengan mi organic, pasta atau roti-. Satu hal yang saya pertahankan, saya selalu berusaha tetap memberi kombinasi sayur dan ikan pada makanan Aliyah, harapan saya ketika besar nanti Aliyah sudah familiar dengan rasa sayur dan ikan.

Semakin besar Aliyah menjadi semakin picky terhadap makanan. Aliyah hanya suka dengan menu-menu tertentu seperti sup yang berkuah atau malah sekalian yang kering seperti nasi goreng. Ketika dalam satu minggu Aliyah terus-terusan makan makanan berkuah, maka minggu berikutnya dia akan meminta nasi goreng haha. Menu yang kaya bumbu seperti soto atau rawon juga Aliyah tolak –padahal kan enak ya :D- . Alhamdulillah, sampai saat ini Aliyah masih suka makan sayur dan ikan :)

Sebenarnya, jika dilihat lebih dalam lagi sebagian besar ke-GTM-an dan ke-picky-an Aliyah terhadap makanan dipengaruhi beberapa faktor external, terutama dari saya, ibunya. Kesalahan saya yang utama adalah, saya kurang konsisten terhadap waktu makan Aliyah. Aliyah bisa saja sarapan pagi jam 7 pagi atau bahkan brunch saat jam 10 pagi. Di siang hari Aliyah bisa saja makan saat jam 1 siang, atau bahkan sore hari saat jam 3 siang. Malam hari terkadang Aliyah makan jam 6 sore, atau bahkan jam 8 malam. Kebiasaan seperti ini kurang bagus untuk pola makan anak.

Faktor yang lain adalah, ternyata saat saya kecil dulu, saya juga bukan anak yang tipe pemakan. Suami saya pun begitu. Jadi, saya akhirnya memahami mengapa Aliyah agak sulit makan, sehingga saya memutuskan untuk tidak memaksa Aliyah makan terus-menerus.

Ada salah satu artikel tentang GTM yang pernah saya baca, yaitu tentang mengganti asupan nasi/karbo anak dengan memberi biskuit favorit atau sekedar minum susu. Mungkin Ibu juga sudah cukup familiar dengan hal ini, karena cukup sering juga di share di berbagai sosial media. Di artikel yang lain, ternyata hal ini kurang bagus untuk anak. Bagaimanapun makanan padat tetap dibutuhkan oleh anak sebagai sumber energi yang utama. Berdasarkan artikel tersebut saya mengusahakan Aliyah untuk tetap dapat karbo walaupun hanya 5 sendok nasi atau setengah potong roti.



Alhamdulillah, setelah disapih pada usia 2 tahun 3 bulan, nafsu makan Aliyah membaik. Saya dan suami juga tidak menyangka hal ini, karena Aliyah terkadang sampai meminta-minta makan, padahal perutnya masih lumayan besar- tanda dia masih agak kenyang-. Walaupun begitu, masih ada sedikit sisa-sisa ke GTMan Aliyah :D. Tidak apa-apa lah toh move on selalu butuh waktu :D.

Oh iya, Aliyah juga makannya tidak bisa sambil duduk diam. Aliyah akan makan dengan lahap dengan menyambi kegiatan yang lain seperti bermain di taman, naik sepeda, nonton nursery rhymes, bahkan sambil jumping-jumping di tempat tidur. Saya mengerti bahwa kebiasaan ini kurang baik. Pelan-pelan saya belajar untuk menguranginya, dan saya meyakini bahwa ketika Aliyah masuk usia 3 tahun nanti In Syaa Allah, Aliyah akan mengerti cara makan yang baik seperti apa.

Dari pengalaman saya menghadapi drama GTM Aliyah, berikut beberapa hal yang bisa saya share ke Ibu :)

1.    Tidak perlu panik
Kepanikan Ibu biasanya datang bersamaan dengan ke GTM-an anak. Sebenarnya yang membuat panik biasanya adalah pihak ketiga (kakek,nenek, tante,dll) yang khawatir dengan anak kita. Mungkin karena mereka memang sayang. Tapi kita tidak perlu ikut panik :). Berusaha tetap tenang dan mencari solusi dari GTM anak akan jauh lebih baik :)
2.    Tetap utamakan makanan yang sehat seperti sayuran, buah, dan ikan.
Sebaiknya tetap berusaha memasak makanan dengan gizi seimbang untuk anak, entah akan dimakan atau tidak. Sering juga saya masak sampai 3 menu sehari khusus untuk Aliyah saat GTM nya sedang parah-parahnya. Walaupun sedikit yang masuk ke mulut anak, tapi paling tidak kewajiban kita sebagai Ibu –memasak untuk anak- telah kita lakukan.
3.    Konsisten dan disiplin terhadap jam makan anak.
Konsisten dan disiplin terhadap jam makan anak masih menjadi PR besar bagi saya. Jam makan yang kurang teratur seperti yang Aliyah alami bisa mengganggu pola makan anak.  Mungkin lebih ke membentuk pola pikir anak seperti ini:, “oh aku ga makan nih jam segini, berarti tidak apa-apa kalau aku tidak makan”. Hal ini sebenarnya tidak mudah dilakukan karena saya yakin kita sebagai Ibu juga punya keriwehan yang lain. Tapi pelan-pelan dengan konsisten saya yakin kita pasti bisa :)
4.    Memahami anak
Saya berusaha memahami Aliyah soal selera makan. Saya sering berkaca pada diri sendiri dan mengingatkan diri saya bahwa Aliyah adalah anak saya, sedikit banyak kebiasaaan saya di masa lalu –ketika saya masih kecil- juga bisa menurun ke Aliyah. Saya tidak bisa menuntut Aliyah menjadi anak yang chubby dan gemuk dan memaksanya makan yang banyak, karena saya di masa lalu juga sama seperti Aliyah, susah gemuk dan malas makan :D.
5.    Berdoa
Ketika segala ikhtiar telah dilakukan, maka kita pun harus berdoa meminta kepada Allah SWT. Perkara lain saja kita juga meminta kan kepada Allah SWT, maka mengapa jalan keluar anak GTM tidak kita minta juga kepada Allah SWT? Saya selalu berusaha meminta kepada Allah SWT agar Aliyah sehat selalu dan GTM nya berkurang. Alhamdulillah setelah berdoa, hati jauh lebih tenang dan ikhlas menikmati drama proses GTM nya Aliyah :)

Satu hal lagi yang belum saya share diatas, saat ini sudah cukup banyak tersedia media untuk membantu mengatasi GTM pada anak. Bisa berupa kalung bebatuan atau pun minyak esensial. Saya sendiri belum pernah mencoba keduanya, tapi kalau Ibu memang menyediakan budget berlebih boleh dicoba juga alternatif seperti ini :) Dari testimonial teman-teman saya yang mencoba sih katanya cukup berhasil :)

Nah, selesai deh sharing saya soal GTM kali ini. Semoga bisa memberi manfaat ya Ibu :)

Have a nice day,Bu! :)

Disclaimer: Foto-fotonya diambil dari hasil ubek-ubek galeri HP,  dengan stok yang ada dan kualitas seadanya :')





MANAGING EMOTIONS

| on
January 11, 2018

Halo Ibu apa kabar?  :) Bagaimana liburannya kemarin?  Liburan kemarin saya tidak kemana-mana dan menghabiskan waktu di rumah menyortir beberapa pakaian Aliyah yang sudah kekecilan,  memilah peralatan dapur yang sudah tidak bisa dipakai lagi,  dan beberapa hal beberes lainnya.  Alhamdulillah rumah saya agak lega sekarang walaupun luas nya tetap segitu gitu saja :D. 
Saya juga sempat sharing di insta-story saya bertanya untuk topik blog berikutnya enaknya sharingnya tentang apa. Beberapa sahabat direct mesaage ke saya. Ada yang menyarankan untuk sharing tentang GTM (Gerakan Tutup Mulut) , ada yang menanyakan juga pernah tidak saya emosi ke Aliyah sampai kebablasan dan menyesal kemudian. Keduanya cukup menarik bagi saya,  dan kali ini saya ingin share tentang hal yang kedua,  emosi yang kebablasan. 
Saya adalah seorang ibu yang tidak sempurna bagi Aliyah. Saya masih banyak kekurangan disana sini dalam mengasuh anak. Marah pada anak pun pernah,  sampai berteriak juga pernah. Setelahnya sudah bisa dipastikan saya sangat menyesal telah marah yang berlebihan ke Aliyah.  Hal ini tidak terjadi sekali dua kali,  seingat saya kurang lebih 4 kali saya seperti itu. Saya menyadari emosi saya ke Aliyah dapat mempengaruhi kondisi psikologis saya dan Aliyah baik secara langsung atau tidak langsung,  dan ini adalah penyebab rasa menyesal yang paling mendasar. Saya khawatir Aliyah tumbuh dengan keadaan emosi yang labil,  menjadi pemarah karena Ibunya memberi contoh seperti itu. 
Agar tidak kebablasan dan keterusan,  saya mencoba belajar, mencari tahu penyebabnya, mencari beberapa referensi untuk solusinya.  Saya mencoba mengingat kembali apa yang membuat saya sangat emosi saat itu. Satu kata kunci yang saya dapat. Saya akan menjadi mudah emosi secara berlebihan ketika merasa sangat kelelahan. Di salah satu buku yang saya baca  juga menyebutkan bahwa kelelahan atau kurang tidur merupakan salah satu sebab orangtua sulit mengendalikan emosi. Jadi saya mencoba untuk tidak terlalu kelelahan -hal ini sebenarnya tidak mudah bagi saya karena bagaimana bisa tidak terlalu kelelahan dengan aktivitas rumah tangga yang berbagai macam, belum termasuk menemani anak main :D- 
Bagaimana agar tidak terlalu kelelahan?  Saya akan memilah pekerjaan mana yang akan saya lakukan hari ini, yang mana yang akan saya tunda besok hari. Gambarannya seperti menentukan skala prioritas yang utama lebih dulu.  Menyiapkan makanan untuk Aliyah adalah yang paling utama.  Kemudian bermain dengan Aliyah yang kedua.  Ketika Aliyah lebih banyak ingin bermain dengan saya,  maka saya akan meninggalkan pekerjaan rumah yang lain. Biasanya setelah itu mood Aliyah akan bagus sepanjang hari, dan lebih mudah saya ajak negosiasi untuk saya tinggal melakukan pekerjaan yang lain, dan Alhamdulillah Aliyah juga ikut membantu -dalam skala anak kecil- :)
Sebelum kita mencari tahu penyebab apa yang anak lakukan sampai kita membuat kita sangat marah, ada baiknya kita mencari tahu penyebab mengapa sampai kita marah sekali pada anak. Saya rasa anak usia toodlers tidak pernah sengaja untuk membuat kita sangat marah. Mereka belum cukup tahu banyak hal.  Mungkin mereka hanya ingin sesuatu dan kita belum bisa mengerti apa maksud mereka :). Saya mencoba mengerti apa yang Aliyah inginkan. Saya akan bertanya,  Aliyah mau apa?  Mau main?  Main apa? Kalau hal yang anak inginkan adalah hal yang membahayakan,  maka saya mencoba memberi pengertian mengapa tidak boleh. 
Saya pernah membaca sebuah artikel tentang bagaimana cara agar kita tidak berteriak marah ke anak. Di artikel tersebut mencantumkan kurang lebih 21 cara,  beberapa yang cukup menarik bagi saya diantara nya: 
1. Kita bisa menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan untuk mengontrol emosi yang akan keluar. 
2. Diam sejenak dan memeluk anak juga bisa dilakukan untuk mengendalikan emosi kita saat itu. Pelukan memang obat yang mujarab untuk menimbulkan rasa nyaman dan aman :)
3. Melakukan hal favorit yang membuat kita senang.  Seperti memanggang kue atau membuat kerajinan tangan. Saya belum pernah mencoba cara ini,  tapi mungkin ini cara meredam emosi secara kontinyu,  bukan instan saat itu juga. 
4. Pergi ke kamar tutup muka pakai bantal dan berteriak sekencang mungkin. Ini salah satu cara untuk meluapkan emosi tapi dengan cara aman. Anak tidak perlu melihat marah nya kita,  dan kita juga bisa sedikit merasa lebih lega. :)
Di salah satu buku yang ditulis oleh mbak Najelaa Shihab saya juga membaca tentang bagaimana mengelola emosi. Menurut mbak Najelaa Shihab, emosi adalah hal yang wajar, dan yang membuat berbeda adalah kemampuan memilih tingkah laku yang sesuai. Kita sebagai orang tua perlu selesai dulu dengan diri sendiri agar bisa sensitif dan responsif terhadap kebutuhan anak. Kita yang perlu lebih dulu mengelola emosi pribadi agar kemudian dapat membantu anak mengelola emosinya. Salah satunya ya seperti saya sebut diatas, kita perlu mengenali diri sendiri di saat lelah atau situasi lain yang mudah menyulut emosi –saya juga mudah emosi saat sedang terburu-buru, dan karenanya saya jadi belajar untuk melakukan persiapan dengan lebih baik agar tidak terburu-buru dalam melakukan sesuatu-. Pada prinsipnya ketika sedang dalam tekanan emosi, ada baiknya kita refleksi sejenak, tarik nafas yang dalam dan hembuskan lalu berpikir ulang mengenai tindakan apa yang akan kita ambil sebagai respon terhadap anak. Apakah tindakan tersebut untuk kepentingan kita atau memang karena kebutuhan anak :) Jadi kalau dipikir-pikir lagi, mengapa harus emosi sekali terhadap anak? Saya juga sering bertanya hal ini pada diri sendiri. Setelah membaca referensi ini itu In Syaa Allah bisa lebih saling mengerti lagi antara Ibu dan anak.
Semoga sharing saya ini bisa memberi manfaat yaa, Ibu.. Boleh diambil yang baiknya dan dibuang yang buruknya :) Have a nice day!

Disclaimer: saya bukan seorang ahli atau praktisi profesional. Saya hanya seorang Ibu yang sedang belajar dan In Syaa Allah terus belajar :)