Halo!
Rasanya sudah lama sekali saya tidak berbagi cerita dari buku yang dibaca (yaah ketahuan deh kalau akhir-akhir ini jarang baca buku :')) Terakhir cerita tentang buku yang saya bagi di blog post adalah buku Montessori Play and Learn. Sebenarnya ada lagi buku yang saya saya baca setelah Montessori Play and Learn, namun baru sempat saya bagi di instagram story saja, belum sempat di posting di blog post hehehe.
Nah, tahun ini, sebenarnya ada satu buku yang belum selesai saya baca di awal tahun, lalu tiba-tiba pandemi masuk ke Indonesia, membuyarkan minat baca saya (alesan lagii kan) diiringi dengan sekolah dari rumah, alhasil menambah jauh jarak saya dengan si buku :') Namun, baru-baru ada satu buku yang memaksa saya harus cepat membaca nya karena memang sangat berhubungan dengan aktivitas persekolahan Aliyah.
Oh iya, tahun ini Aliyah Alhamdulillah resmi menjadi murid taman kanak-kanak yang notabene level belajarnya tentu saja meningkat satu level dari saat kelompok bermain. Mungkin sama kebanyakan dengan sekolah lainnya, sekolah Aliyah pun mulai mengenalkan huruf dan teknis membaca kepada anak-anak di usia taman kanak-kanak. Saya sendiri secara personal kurang sepakat, namun ya sudah lah mau mencari alternatif sekolah di tengah pandemi sepertinya kurang memungkinkan, jadi pilihannya masih dicoba dijalani dulu, toh juga masih sekolah dari rumah. Sempat terpikir untuk postpone Aliyah sekolah sementara waktu, namun pada akhirnya saya dan suami sampai di titik nothing to lose, uang pendaftaran lanjut ke taman kanak-kanak yang sudah terbayar membuat kami memutuskan untuk lanjut saja dulu sambil jalan. Kalau ternyata ditengah-tengah kurang efektif, saya dan suami sudah siap untuk mendaftarkan ulang Aliyah kembali menjadi murid taman kanak-kanak di tahun depan.
Kembali ke belajar membaca, seiring berjalannya waktu, kami belajar untuk menerima Aliyah bertumbuh sesuai dengan 'waktunya' sendiri :) Kami, InsyaAllah akan dengan senang hati menanti setiap pencapaian barunya sebagai dirinya sendiri apa adanya :) Begitu pun dengan belajar membaca. Kami berusaha menahan diri untuk tidak memaksa Aliyah agar segera bisa membaca :) Oleh karena itu, belakangan kami jadi suka dengan pendekatan Dr. Montessori di dalam membersamai tumbuh kembang anak, walaupun dalam aplikasinya kami pilih yang paling sesuai dengan kemampuan dan kondisi kami di rumah :)
Baru-baru ini saya membeli buku Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja karya Vidya Dwina Paramita, seorang Montessorian dan Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini. Dari buku ini banyak sekai insight yang didapat tentang bagaiamana membangun minat baca pada anak dan membuat mereka membaca dengan makna :) Buku Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja ini terhitung masih baru sekali, karena baru saja diterbitkan di bulan Maret tahun ini. Lalu bagaimana gambaran isi bukunya secara garis besar?
Mbak Vidya, penulis buku Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja menjabarkan proses bagaimana mengenalkan membaca kepada anak secara detail di dalam bukunya. Diawali dengan cerita tentang latar belakang "tradisi" masa lalu yang membuat anak dapat membaca namun tidak paham akan makna apa yang dibacanya. Setelah membaca bagian ini membuat saya tersadar kalau sangatlah penting untuk memperhatikan tahapan pra membaca pada anak sebelum mereka benar-benar memulai proses belajar membaca itu sendiri.
Di bagian selanjutnya, Mbak Vidya menjabarkan bagaimana tantangan pengajaran baca tulis yang dihadapi pengajar, orangtua dan anak saat ini. Menurut Mbak Vidya, ada "jembatan yang hilang" di dalam proses pengajaran baca tulis saat ini. Di satu sisi ada pendapat bahwa anak tidak boleh diajarkan baca tulis di usia pra sekolah, namun di sisi lain materi pengajaran di sekolah dasar menuntut anak membutuhkan kemampuan membaca dan menulis. Saya jadi teringat sewaktu saya kecil dulu, saya baru mulai belajar membaca saat menduduki kelas 1 SD. Namun, saat ini, anak kelas 1 SD paling tidak sudah memiliki kemampuan baca tulis. Sungguh, zaman telah berubah begitu cepat ya :')
Pada bagian berikutnya, secara berturut-turut mbak Vidya menjelaskan tentang mengapa kemampuan baca tulis anak usia dini menjadi primadona, lalu bagaimana persepsi dan definisi belajar yang sesungguhnya, kemudian tentang makna membaca yang sebenarnya sampai bagaimanan tahapan belajar membaca pada anak. Dari penjelasan mbak Vidya pada bagian-bagian tersebut, kita benar-benar bisa mendapatkan insight tentang makna membaca yang sesungguhnya. Proses dan tahapan yang kita lalui bersama anak tidak serta merta langsung mengenalkan huruf dan mengeja, namun ada proses panjang di dalamnya yang ternyata dimulai dari aktivitas anak sehari-hari. Rutin membacakan buku dan mengajak anak bercerita adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan sebagai proses pra membaca pada anak.
Tahapan stimulasi sensorik dan motorik sewaktu anak masih usia bayi sampai balita ternyata juga mempunyai peran yang penting di dalam proses pra membaca. Kesemuanya menjadi penting untuk membuat anak cinta pada proses membaca sehingga ia dapat membaca dengan penuh makna, paham akan makna tulisan yang dibaca, tidak sekadar "ini ibu budi". Pemahaman akan hal ini sebenarnya sangat dibutuhkan bagi kita para orang tua anak "zaman now" dimana anak bisa mendapatkan informasi dengan mudah dari segala akses. Menumbuhkan minat baca pada anak menjadi penting agar setiap kali anak mendapatkan informasi singkat, diharapkan mereka akan dengan sadar mencari tahu lebih dulu kebenaran informasi tersebut dengan membaca, lalu pada akhirnya anak dapat memutuskan apakah informasi tersebut baik dan benar bagi mereka atau tidak :)
Di bagian selanjutnya dari buku Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja ini, mbak Vidya memberi tips tahap membaca pada anak yang dapat kita lakukan di rumah, seperti bagaimana awal mula mengenalkan huruf pada anak sampai cara anak dapat membaca sebuah cerita. Dari sini saya kembali mendapatkan insight kalau ternyata anak-anak akan lebih mudah mengenal hal yang konkret lebih dulu daripada hal yang abstrak. Tulisan huruf A diatas kertas merupakan hal yan abstrak bagi anak. Oleh karena itu di dalam metode Montessori, mengenalkan huruf pada anak dimulai dengan bentuk dan raba, seperti membuat sand paper letter (sudah dicoba dibuat untuk Aliyah, Alhamdulillah Aliyah mengajdi lebih mudah mengerti, untuk tip membuat sand paper letter InsyaAllah di blog post berikutnya ya hehe).
Pada bagian terakhir mbak Vidya menjabarkan tentang bagaimana lima area Montessori adalah sebuah benang merah yang saling terhubung satu dengan yang lain. Beragam aktivitas sensorik dan motorik yang sederhana yang dilakukan oleh anak (yang terkadang kita anggap sepele) ternyata merupakan bekal besar bagi anak untuk melakukan tahapan baca tulis. Meraba, menyentuh, menggenggam, menarik, mendorong, melihat, membedakan bentuk besar dan kecil, membedakan warna, menarik garis, dan lain-lain kesemuanya adalah tahapan awal anak mengumpulkan bekal untuk belajar membaca dan menulis. Last but not least, ada rangkuman tanya jawab dan testimonial mengajarkan membaca pada anak yang didapat berdasarkan pengalaman dari para orangtua :)
Secara keseluruhan, buku ini benar-benar sangat membantu kita para orangtua untuk memahami makna membaca yang sebenarnya, tidak hanya anak, namun juga pada diri kita sendiri. Di saat kita ingin anak jatuh cinta pada kegiatan membaca, maka kita pun juga sebaiknya jatuh cinta pada kegiatan membaca :) Bagi saya, hal ini benar-benar membuat saya tersadar kalau memang benar sejatinya orangtua akan selalu menjadi teladan pertama bagi anak :)
Judul Buku: Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja
Penulis: Vidya Dwina Paramita
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal Buku: 192 halaman
Harga: Rp 69,0000
Semoga sharing saya kali ini bermanfaat ya :)
Selamat membaca :)