Halo!
Saya salah satu yang percaya bahwa setiap orang pasti pernah marah, baik rasa marah yang tersalurkan ataupun sekedar rasa marah yang tidak tersalurkan. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, sewaktu Aliyah masih berusia dua tahun lebih, saya meyakini bahwa sebagai seorang Ibu tidak sepatutnya marah kepada anak. Saat itu saya mencoba untuk mengendalikan emosi, berusaha untuk tidak marah kepada Aliyah. Saya pun sempat menulis artikel yang berjudul Managing Emotions, yang berisi beberapa tips bagaimana cara saya untuk mencoba mengendalikan amarah, terutama kepada Aliyah kecil.
READ: Managing Emotions
Seiring berjalannya waktu, saya semakin memahami bahwa ternyata marah kepada anak merupakan hal yang wajar karena marah juga bagian dari diri kita, emosi kita, perasaan kita. Marah adalah hal yang manusiawi. Apalagi seiring bertumbuhnya anak yang semakin besar, dan kreatifitasnya semakin berkembang. Sesringkali perilaku anak dapat menjadi trigger untuk membuat kita mudah marah. Dan saya semakin paham hal tersebut setelah membaca buku Don't Be Angry Mom ini.
Cover Buku Don't Be Angry Mom, Mendidik Anak Tanpa Marah |
Buku ini sebenarnya adalah buku keempat yang saya baca tahun ini, sebelumnya saya membaca buku Revolusi Makan karya dokter Hiromi Shinya, yang saya pinjam dari @pinjambukuanakdarrel. Buku Revolusi Makan tersebut belum saya review karena saya sendiri belum selesai menjalankan tips makan sehat dari dokter Hiromi Shinya.
READ: PINJAM BUKU ONLINE SURABAYA| @pinjambukuanakdarrel
READ: PINJAM BUKU ONLINE SURABAYA| @pinjambukuanakdarrel
Kembali ke buku Don't Be Angry Mom, buku ini saya pre order dari seorang sahabat. Saya tertarik untuk membaca karena jujur saja, sampai hari ini pun, saya kerap kali marah kepada Aliyah. Rasa marah saya ke Aliyah itu seperti hal yang tidak ingin saya lakukan, tapi sering terjadi di luar kendali saya yang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Karena marah yang sering diluar kendali itu, maka saya merasa perlu lebih belajar lagi untuk mengelola emosi agar rasa marah dapat saya salurkan dengan benar. Salah satunya dengan membaca buku ini. Apalagi mengingat Aliyah yang semakin tumbuh besar, dan semakin paham serta mengerti segala hal yang saya perbuat kepadanya. Saya ingin menjadi contoh teladan yang baik untuk Aliyah, InsyaAllah, meskipun saya bukanlah Ibu yang sempurna dan masih banyak hal yang perlu saya perbaiki dan pelajari.
Buku ini ditulis oleh dr. Nurul Afifah, dikenal juga dengan Bunda Diva, seorang dokter dan ibu dari dua anak, founder @bundatalk dan cukup sering mengisi seminar parenting. Di buku Don't Be Angry Mom ini, Bunda Diva mengajak kita untuk memahami apa itu marah, sebab dan akibat nya, bagaimana cara mengelolanya, serta solusi yang dapat dilakukan jika kita sudah terlanjur marah kepada anak. Yang saya suka dari buku ini adalah kita tidak hanya diajak untuk memahami amarah dari sudut pandang kita sebagai orangtua, tetapi kita juga diajak untuk memahami amarah dari sudut pandang anak. Mengapa anak kita merasa marah, apa yang anak kita rasakan, dan bagaimana solusinya untuk menghadapi anak yang sedang marah. Semua dikupas secara detail di buku ini :) Hal yang menarik lainnya adalah, Bunda Diva tidak hanya mengajak kita untuk memahami amarah secara psikologis, melainkan juga mengajak kita memahami amarah dari sudut pandang ajaran Islam :)
Buku ini terbagi dalam enam bagian utama:
Bagian pertama, For Parents: Salurkan Kemarahan Dengan Benar. Pada bagian ini, Bunda Diva menjabarkan secara detail tentang definisi marah baik dari sisi psikologis maupun dari pandangan ajaran Islam. Definisi yang dijabarkan tidak semata-mata pendapat pribadi penulis, melainkan berdasarkan teori para ahli. Pelajaran yang saya dapatkan setelah membaca bagian pertama buku ini, adalah merupakan hal yang sangat wajar jika kita memiliki rasa marah. Bahkan Rasulullah SAW pernah merasa marah (HR.Muslim: 6627) Saya belajar untuk menerima bahwa, iya, saya Ibu yang kerap kali marah kepada anak, dan itu tidak apa-apa selama saya mencoba untuk menyalurkannya dengan benar :)
Di bagian kedua, Bunda Diva menjelaskan tentang apa saja yang dapat menyebabkan rasa marah pada diri kita. Sebenarnya kurang lebih sama seperti yang dijabarkan oleh mbak Najeela Shibab di dalam Buku Keluarga Kita, Mencintai Dengan Lebih Baik.
READ: Review Buku Keluarga Kita, Mencintai Dengan Lebih Baik
Bunda Diva juga menjelaskan tentang beberapa sebab rasa marah lainnya. Salah satu nya adalah kita orangtua yang menginginkan kondisi anak yang ideal. Hal ini merupakan pengetahuan yang baru bagi saya. Saya sendiri secara tidak sadar juga pernah melakukannya kepada Aliyah. Di pikiran saya, seharusnya Aliyah sudah bisa melakukan sesuatu, misalnya seperti buang air kecil ke kamar mandi sendiri. Saya lupa kalau Aliyah masih belajar melawan rasa takutnya, Aliyah masih sedang membangun kemandiriannya. Intinya, terkadang saya seringkali lupa, bahwa kemampuan anak untuk melakukan sesuatu tidak secepat yang saya harapkan karena mereka masih dalam tahap belajar.
Akibat yang ditimbulkan karena kemarahan orang tua yang berlebihan kepada anak, dijabarkan oleh Bunda Diva di bagian ketiga. Selain akibat marah secara psikis, Bunda Diva juga menjelaskan akibat marah secara fisik, mungkin karena Bunda Diva juga adalah seorang dokter dan mengetahui secara pasti akibat marah terhadap kondisi fisik kita dan anak kita. Percaya atau tidak, beberapa akibat psikis dan fisik yang dijabarkan oleh Bunda Diva pernah saya alami, terlepas mungkin juga dipengaruhi oleh hal yang lain.
Bagian keempat adalah Kesabaran dalam Amarah. Boleh dikatakan bagian ini merupakan inti buku Don't Be Angry Mom. Bunda Diva menjelaskan secara detail bagaimana kendali agar kita tidak mudah marah, kendali saat kita ingin marah baik dari sudut pandang psikologis maupun sudut pandang ajaran Islam, kendali saat kita terlanjur marah, dan metode pukul rangkul. Saya sangat suka bagian ini, walaupun awal bagiannya cenderung klise, tapi setelah membaca secara keseluruhan membuat saya belajar untuk lebih legowo, dan let it flow. Saya belajar untuk meyakini bahwa semua akan baik-baik saja jika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan harapan saya, terutama kepada Aliyah.
Selain berisi penjelasan tentang amarah orang tua kepada anak, di buku ini Bunda Diva juga menjelaskan rasa marah yang dirasakan di dalam diri anak pada bagian kelima, Kemarahan pada Anak, Normalkah? Beberapa tanda-tanda kemarahan yang tidak normal pada anak sesuai dengan rentang umurnya dijelaskan pada bagian ini. Saya telah mencoba mengaplikasikan tips Bunda Diva pada bagian ini saat Aliyah marah kepada saya. Marah Aliyah ke saya seringkali dengan berteriak atau menangis kencang. Karena saya sudah mengetahui tipsnya, Alhamdulillah saya lebih woles menghadapi Aliyah yang sedang marah :))
Rasa marah orangtua kepada anak memang seringkali dikaitkan dengan kedisiplinan. Saya pun begitu. Seringkali saya marah kepada Aliyah dengan harapan Aliyah menjadi anak yang lebih disiplin. Dan sudah seringkali pula saya membaca buku parenting yang menjelaskan bahwa amarah tidak akan mendisiplinkan anak, dalam jangka panjang. Di bagian keenam, Bunda Diva menjelaskan tentang bagaiaman cara mendisiplinkan anak tanpa amarah. Tips nya sangat lengkap mulai dari rentang usia anak balita sampai remaja, Satu tips yang paling saya ingat terus adalah bagaimana cara mengatasi anak yang tidak mau mendengarkan orangtua. Saya seperti mendapat jawaban atas pertanyaan saya selama ini, mengapa Aliyah sulit kalau saya bilangin. Aliyah termasuk anak dengan kemauan yang cukup keras. Saya sudah mencoba salah satu tips dari Bunda Diva, yaitu memperbaiki cara saya menyampaikan pesan kepada Aliyah. Alhamdulillah berhasil :))
Cukup banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari membaca buku Don't Be Angry Mom ini. Buku ini seperti menjawab beberapa pertanyaan saya tentang bagaimana mengelola emosi namun dijelaskan dengan lebih detail oleh Bunda Diva. Di tiap sub bagian buku terdapat kolom curhatan dari para orangtua tentang permasalahan rasa amarah yang mereka alami. Di sisi lain, untuk saya yang tidak terlalu suka dengan buku yang agak teoritis, perlu waktu, mood dan suasana yang oke untuk benar-benar dapat meresapi setiap bagian buku ini :))
Diluar konteks buku ini, seperti yang yang saya tulis diawal, saya meyakini bahwa rasa amarah tidak dapat kita hilangkan sepenuhnya dari dalam diri kita. Rasa amarah atau emosi yang terbentuk di dalam diri kita dapat disebabkan oleh banyak hal. Bukan hanya karena sekedar kelelahan, PMS atau terburu-buru. Seiring berjalannya waktu, saya meyakini bahwa lingkungan, perbedaan kondisi masa lalu dan masa kini, pola didik orang tua kita di masa lalu, karakteristik bawaan kita, penerimaan kita terhadap diri sendiri, dan orang-orang di sekitar kita juga dapat menjadi faktor penyebab rasa marah di dalam diri.
Saya pun percaya bahwa ketika kita mencoba untuk menghilangkan atau belajar untuk mengendalikan rasa marah itu butuh waktu yang tidak sebentar. Tidak hanya dengan membaca dua sampai tiga buku. Tidak hanya dengan sekali dua kali mengikuti kelas mengelola emosi. Tapi bisa saja perlu waktu bertahun-tahun untuk kita melewati berbagai prosesnya. Satu hal yang dapat kita lakukan hanyalah menikmati setiap prosesnya :)
Anyway, ada yang sudah membaca buku ini juga ga? Share yuk :)
Judul Buku: Don't be Angry Mom, Mendidik Anak Tanpa Marah
Penulis: dr. Nurul Afifah
Penerbit: Ikon
Tebal Buku: 164 halaman, full color
Harga: Rp 60,000
Disclaimer: Saya bukanlah seorang yang expert di bidang psikolog, parenting dan sejenisnya. Semua tulisan diatas saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan sama sekali tidak berniat untuk menjadi sok tahu :) Teman-teman mama-mama dapat menghubungi para ahli untuk mengetahui secara detail tentang bagaimana cara mengendalikan amarah dengan benar :)
Semoga sharing saya bermanfaat ya!
Buku ini terbagi dalam enam bagian utama:
Di bagian kedua, Bunda Diva menjelaskan tentang apa saja yang dapat menyebabkan rasa marah pada diri kita. Sebenarnya kurang lebih sama seperti yang dijabarkan oleh mbak Najeela Shibab di dalam Buku Keluarga Kita, Mencintai Dengan Lebih Baik.
READ: Review Buku Keluarga Kita, Mencintai Dengan Lebih Baik
Bunda Diva juga menjelaskan tentang beberapa sebab rasa marah lainnya. Salah satu nya adalah kita orangtua yang menginginkan kondisi anak yang ideal. Hal ini merupakan pengetahuan yang baru bagi saya. Saya sendiri secara tidak sadar juga pernah melakukannya kepada Aliyah. Di pikiran saya, seharusnya Aliyah sudah bisa melakukan sesuatu, misalnya seperti buang air kecil ke kamar mandi sendiri. Saya lupa kalau Aliyah masih belajar melawan rasa takutnya, Aliyah masih sedang membangun kemandiriannya. Intinya, terkadang saya seringkali lupa, bahwa kemampuan anak untuk melakukan sesuatu tidak secepat yang saya harapkan karena mereka masih dalam tahap belajar.
Akibat yang ditimbulkan karena kemarahan orang tua yang berlebihan kepada anak, dijabarkan oleh Bunda Diva di bagian ketiga. Selain akibat marah secara psikis, Bunda Diva juga menjelaskan akibat marah secara fisik, mungkin karena Bunda Diva juga adalah seorang dokter dan mengetahui secara pasti akibat marah terhadap kondisi fisik kita dan anak kita. Percaya atau tidak, beberapa akibat psikis dan fisik yang dijabarkan oleh Bunda Diva pernah saya alami, terlepas mungkin juga dipengaruhi oleh hal yang lain.
Bagian keempat adalah Kesabaran dalam Amarah. Boleh dikatakan bagian ini merupakan inti buku Don't Be Angry Mom. Bunda Diva menjelaskan secara detail bagaimana kendali agar kita tidak mudah marah, kendali saat kita ingin marah baik dari sudut pandang psikologis maupun sudut pandang ajaran Islam, kendali saat kita terlanjur marah, dan metode pukul rangkul. Saya sangat suka bagian ini, walaupun awal bagiannya cenderung klise, tapi setelah membaca secara keseluruhan membuat saya belajar untuk lebih legowo, dan let it flow. Saya belajar untuk meyakini bahwa semua akan baik-baik saja jika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan harapan saya, terutama kepada Aliyah.
Selain berisi penjelasan tentang amarah orang tua kepada anak, di buku ini Bunda Diva juga menjelaskan rasa marah yang dirasakan di dalam diri anak pada bagian kelima, Kemarahan pada Anak, Normalkah? Beberapa tanda-tanda kemarahan yang tidak normal pada anak sesuai dengan rentang umurnya dijelaskan pada bagian ini. Saya telah mencoba mengaplikasikan tips Bunda Diva pada bagian ini saat Aliyah marah kepada saya. Marah Aliyah ke saya seringkali dengan berteriak atau menangis kencang. Karena saya sudah mengetahui tipsnya, Alhamdulillah saya lebih woles menghadapi Aliyah yang sedang marah :))
Cukup banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari membaca buku Don't Be Angry Mom ini. Buku ini seperti menjawab beberapa pertanyaan saya tentang bagaimana mengelola emosi namun dijelaskan dengan lebih detail oleh Bunda Diva. Di tiap sub bagian buku terdapat kolom curhatan dari para orangtua tentang permasalahan rasa amarah yang mereka alami. Di sisi lain, untuk saya yang tidak terlalu suka dengan buku yang agak teoritis, perlu waktu, mood dan suasana yang oke untuk benar-benar dapat meresapi setiap bagian buku ini :))
Diluar konteks buku ini, seperti yang yang saya tulis diawal, saya meyakini bahwa rasa amarah tidak dapat kita hilangkan sepenuhnya dari dalam diri kita. Rasa amarah atau emosi yang terbentuk di dalam diri kita dapat disebabkan oleh banyak hal. Bukan hanya karena sekedar kelelahan, PMS atau terburu-buru. Seiring berjalannya waktu, saya meyakini bahwa lingkungan, perbedaan kondisi masa lalu dan masa kini, pola didik orang tua kita di masa lalu, karakteristik bawaan kita, penerimaan kita terhadap diri sendiri, dan orang-orang di sekitar kita juga dapat menjadi faktor penyebab rasa marah di dalam diri.
Saya pun percaya bahwa ketika kita mencoba untuk menghilangkan atau belajar untuk mengendalikan rasa marah itu butuh waktu yang tidak sebentar. Tidak hanya dengan membaca dua sampai tiga buku. Tidak hanya dengan sekali dua kali mengikuti kelas mengelola emosi. Tapi bisa saja perlu waktu bertahun-tahun untuk kita melewati berbagai prosesnya. Satu hal yang dapat kita lakukan hanyalah menikmati setiap prosesnya :)
Anyway, ada yang sudah membaca buku ini juga ga? Share yuk :)
Judul Buku: Don't be Angry Mom, Mendidik Anak Tanpa Marah
Penulis: dr. Nurul Afifah
Penerbit: Ikon
Tebal Buku: 164 halaman, full color
Harga: Rp 60,000
Disclaimer: Saya bukanlah seorang yang expert di bidang psikolog, parenting dan sejenisnya. Semua tulisan diatas saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan sama sekali tidak berniat untuk menjadi sok tahu :) Teman-teman mama-mama dapat menghubungi para ahli untuk mengetahui secara detail tentang bagaimana cara mengendalikan amarah dengan benar :)
Semoga sharing saya bermanfaat ya!
Wah saya jadi pengen punya bukunya juga nih Mbak. Secara selama ini saya memang blm bisa mengendalikan amarah. Setiap kali marah tidak jarang saya melampiaskan kepada anak. Bahkan apa saja yang dekat. Saya ingin bisa memanage rasa marah ini...
ReplyDeleteNah iya bener. Orangtua memang perlu memahami arti marah dari sudut pandang anak ya mba.
ReplyDeleteKendalikan amarah memang nggak dibilang gampang tapi sebenarnya gak susah kalau hati dan pikiran tetap tenang
ReplyDeleteJadi mau baca bukunya juga nih, pas buat kendalikan amarah ke anak..
ReplyDeleteJadi sedih, suka nyesel kalau marahin anak. Habis itu minta maaf sih. Tp tetep aja nyesel kenapa gabisa sabar dan tahan amarahnya. Setuju bgt dg metode pukul rangkul.rangkulan bisa meredakan membuat suasana cair antara ibu dan anak sehingga situasi penuh marah berkurang dan ortu bisa menyelesaikan masalah dg anak secara tenang. Jd kepo dg bukunya
ReplyDeleteBukunya bisa dibeli dimana ya? Pas banget nih, sy terkadang suka marah2 sama anak. Walaupun ga marah yang besar atau memukul, tetap aja nyesel setelahnya. Harus banget belajar kelola emosi, takut dicontoh anak kala besar nanti.
ReplyDeleteSalam
Mutiara Fhatrina
Amarah kadang sulit untuk dihindari, oleh karena itu buku ini penting banget buat dibaca
ReplyDeleteDuh mba, aku masih suka sumbu pendek nih sama anak. Apalagi kalo lagi banyak kerjaan di kantor dan ada masalah juga. Gak baik kan ya kayak gitu, masih belajar buat melatihn sumbu pendeuk ini jadi lebih panjang gitu
ReplyDeleteIni isi bukunya bagus banget ya, jadi pengen baca buku ini deh. Kalau beli sekarang masih adakah mbak? Kadang memang untuk mengendalikan amarah ini penting banget apalagi sama anak.
ReplyDeleteAih, buku ini bagus, ya? Kujuga seeing marah sama anak. Hiks, kalau dipikir, alasannya mungkin karena udah lelah aja seharian berjibaku sama kerjaan rumah, atau kalau Badmood. Kasihan juga jadinya anakku. Seringnya sebelum tidur kuusap kepalanya sambil minta maaf kalau udah maafin dia. Duh, kalau lihat Mata bening anak, suka luluh jadinya. Harus banyak belajar mengendalikan emosi, nih.
ReplyDeleteHadeuh...mengendalikan rasa marah...masih sulit aq rasakan, terimakasih infonya...
ReplyDeleteHuwah kyknya aku harus cari buku ini nih mom. Tapi sbnrnya aku tau kalau lg marah sama anak tu pas kondisi emamg capek, jd kyknya emang sikap ibunya yg perlu diperbaiki dan belajar sedikit cuek biar gak kecapekan shg lbh mudah menahan emosi #imho. Makasih rekomendasi bukunya yaa
ReplyDeletewah kereeeen banget mba review nya! Lengkap dan jadi mudah d mengerti! Ak jd mau beli bukunya deh mba, karea aku type yg mudah meledak-ledak nih kalo pas marah, padahal jg sebenernya gamau marah-marah :(
ReplyDeletebelum baca mba tapi setuju sama ulasannya marah ya dikeluarkan daripda ditahan bikin sakit kepala wkwkwk..memang masalah kedisiplinan sih yang bikin pemicu alias pencetus marah..
ReplyDeletebuat aku kalau sudah marah ya ada fase cooling down buat sama2 saling berjanji dan biasanya aku suka kembali tanya ke anakku "suka bundanya marah apa bundanya baik?" mau diulangi lagi ga? meskipun ntar juga diulangi lagi wkwkwk *sabarrrrrr
Wah ini buku emang bagus ya mom. Aku reseller buku ini dan PO laku puluhan eksemplar hehe aku pribadi beluk baca haha tp mengagendakan utk membacanya.
ReplyDeleteBagus banget bukunya, jadi banyak belajar banget nih buat jadi ibu. Jadi pengen baca deh, soalnya pas banget buat aku..
ReplyDeletePerihal marah ini memang kendalinya sepenuhnya ada dalam diri kita sendiri yaa..
ReplyDeleteJadi memang idealnya untuk selalu praktek setelah mendapat ilmunya.
**pas masih punya anak satu, memang rada susah mempraktekkannya, namun setelah punya dua anak, malah lebih mudah. Mungkin karena standar mulai dikurangi sedikit demi sedikit yaa..
mashaAllah, dikirimin sama kakak, link blog bunda ajeng...
ReplyDeleteterharu, terimakasih untuk review yang sangat lengkap dan luar biasa untuk Dont be angry mom...inshaAllah awal tahun depan segera launching sequelnya, mohon doanya ya bunda...
semoga selalu bahagia membersamai aliya,
bunda diva.
MasyaAllah Tabarakallah, ga nyangka juga tulisan saya dinotice sama bunda Diva :') Semoga dilancarkan segala proses untuk buku sequel nya ya bunda, Aamiin InsyaAllah :)
DeleteMbak, hatur nuhun yaa sudah mereview buku ini. Memberikan gambaran pada kami bagaimana isi dan manfaat ilmu di dalamnya. Oiya mbak, izin shaare juga ya ^^
ReplyDelete