Montessori Play and Learn: Menjadikan Kegiatan Bermain Lebih Bermakna

| on
September 30, 2019


Halo!

Saya sebenarnya kurang mengerti apa itu Montessori. Saya hanya sekedar pernah melihat dan mendengar, tidak begitu paham apa makna dan fungsinya bagi tumbuh kembang anak. Sampai pada saat membaca buku Elvina Liem Kusumo, yang Real Mom Real Journey, disitu saya mulai mengerti sedikit apa sebenarnya Montessori.
Pada dasarnya, sangat banyak pendekatan yang dapat kita adaptasi untuk pola asuh kita kepada anak. Tidak hanya pendekatan Montessori, tetapi juga ada beberapa pendekatan lain. Mau pilih yang mana, mau dikombinasikan seperti apa, fleksibel saja, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan anak kita :)

Nah, kali ini saya ingin berbagi tentang buku Montessori Play and Learn. Buku ini bukan ditulis langsung oleh Maria Montessori, melainkan oleh Lesley Britton, seorang Montessorian dan founder London Montessori Centre.

Lagi-lagi, buku ini tidak saya beli tetapi saya pinjam dari pinjam buku online andalan saya @pinjambukuanakdarrel. Cerita tentang bagaimana meminjam buku di @pinjambukuanakdarrel bisa di klik disini yaa :)

Oke, kembali ke buku Montessori Play and Learn. Buku ini merupakan cetakan tahun 2017, yang merupakan cetakan versi terjemahan dari Montessori Play and Learn terbitan Vermilion,London. Buku aslinya dicetak pertama kali pada tahun 1992. Diawal buku, Lesley Britton sedikit bercerita tentang Maria Montessori. Menjelaskan siapa sebenarnya Maria Montessori, bagaimana jenjang karir dan pengalamannya, sampai bagaimana akhirnya Maria Montessori sangat concern tentang pendidikan dan tumbuh kembang anak, walaupun latar belakang Maria Montessori sebenarnya bukan dari dunia psikolog seperti psikolog pendidikan, namun dari dunia kedokteran.


Kadang, kita ga pernah tau, orang yang ternyata punya latar belakang yang sedikit berbeda, ternyata dapat menjadi ahli di suatu bidang tertentu, kalau mau concern dan serius untuk terus belajar. Ini benar-benar menjadi pengingat dan motivasi bagi saya.

Di bagian berikutnya, Lesley Britton, menjabarkan bagaimana esensi dari metode Monstessori. Disini Lesley Britton menjelaskan bagaimana esensi Montessori  yang seringkali menimbulkan salah kaprah di masyarakat luas. 

Tahapan bagaimana menerapkan metode Monstessori dalam pengasuhan diijabarkan di bagian berikutnya. Semua dijelaskan dengan cukup detail dimulai dari mengembangkan kepribadian anak, bagaimana peran orangtua, dan bagaimana membantu penyesuaian sosial dan emosional anak.

Di bagian berikutnya, Lesley Britton memberi contoh aplikasi pendekatan Monstessori yang dapat kita lakukan di berbagai lingkungan tempat anak tumbuh dan melakukan aktivitas nya sehari-hari. Dimulai dari lingkungan rumah seperti kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga, sampai di lingkungan sekitar rumah, lingkungan sekolah, pedesaan, kota, negara dan alam semesta.

Semua aktivitasnya ternyata cukup sederhana, tidak serumit bayangan saya sebelumnya. Sesederhana bagaimana anak bermain dengan volume air yang ternyata dari sana anak dapat belajar konsep matematika sederhana tanpa perlu belajar konsep yang lebih rumit seperti langsung diajarin 1+1= 2.


Dari sini saya semakin belajar bahwa untuk mengenalkan sesuatu kepada anak, dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana, secara pelan-pelan dan dilakukan dengan bertahap. Saya, yang masih suka kurang sabar ini, terkadang tidak menyadari hal itu. Penginnya, Aliyah langsung bisa, langsung mengerti apa maksud saya :'(

Tentang belajar dengan pelan-pelan

Saya jadi teringat saat berkunjung ke Klinik Anakku beberapa waktu lalu. Semua stimulasi yang disarankan untuk dilakukan, terutama yang berkaitan dengan aktivitas makan Aliyah, sebaiknya dilakukan dengan bertahap. Menaikkan tekstur makanannya dengan pelan-pelan. Mengganti ukuran sendoknya dengan pelan-pelan, dari sendok kecil, ke sendok yang sedikit lebih besar, sampai ke ukuran yang lebih besar lagi. Semuanya sebaiknua dilakukan secara bertahap.

Saya juga teringat saat sharing session dengan mbak Iput @iburakarayi tentang bagaimana sebaiknya mengenalkan huruf kepada anak. Dimulai dengan mengenalkan bentuk lebih dulu, seperti segitiga, bujur sangkar, lingkaran, sampai akhirnya anak familiar akan bentuk dan kemudian anak akan lebih mudah mengenal huruf. Semua ternyata ada tahapannya :)

Tentang Play and Learn

Di buku Montessori Play and Learn juga terdapat berbagai macam ide bermain yang dapat dilakukan di rumah dengan rentang umur bervariasi. Kalau sebelumnya saya sempat menduga pendekatan Montessori harus dengan aparatus yang banyak dijual dengan harga yang tidak murah,  ternyata saya keliru. Semua bahan bermain dapat dibuat sendiri di rumah dengan bahan-bahan yang ada di rumah :)


Dari buku Montessori Play and Learn ini, saya jadi belajar bagaiamana cara mengajarkan sesuatu kepada Aliyah dengan cara yang lebih seru. Jujur, hal ini sangat membantu saya untuk menyeimbangkan sistem belajar di sekolah Aliyah yang semi konvesional.

Dan akhirnya saya pun kepikiran,  sepertinya saya perlu membeli buku ini untuk sebagai pegangan di rumah, karena benar-benar sangat banyak ilmu yang dapat dipelajari dari buku ini.

Teman-teman mama-mama ada yang sudah membaca buku ini juga ga? Yuk sharing sama-sama disini :)

Semoga sharing saya bermanfaat ya :)


Pengalaman Stimulasi Kemampuan Bicara pada Aliyah

| on
September 20, 2019

Halo!

Bagaimana harinya hari ini teman-teman? Semoga menyenangkan ya :) Di postingan kali ini saya ini ingin berbagi pengalaman saya dan Aliyah dalam hal belajar berbicara. Sebenarnya sudah sejak lama ingin berbagi soal ini, namun maju mundur karena sepertinya teman-teman juga sudah banyak yang tahu dan mengerti bagaimana stimulasi untuk mengajarkan anak belajar berbicara :) Tapi akhirnya, saya berpikir siapa tahu pengalaman saya dan Aliyah ini dapat memberi sedikit tambahan informasi bagi teman-teman :)

Aliyah tergolong anak yang agak terlambat dalam berbicara. Saya tidak tahu pasti apakah Aliyah sudah termasuk dalam anak dengan speech delay atau tidak. Tapi, saat Aliyah berusia 20 bulan, kami sempat ke Klinik Anakku Surabaya, untuk screening tumbuh kembangnya. Saat itu, di samping memberi stimulasi untuk sensorik dan motoriknya, concernnya memang memberi stimulasi untuk kemampuan berbicara Aliyah, karena Aliyah ada indikasi agak terlambat.

Dari hasil screening saat itu, ketahuanlah penyebab Aliyah terlambat berbicara yang tergolong beragam. Kurang lebih sama seperti faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak umumnya, seperti kurang diajak bercerita, pengenalan bahasa secara bilingual, pola makan Aliyah yang kurang tekstur dan, tentu saja kebiasaan menonton televisi/gagdet. 

Fungsi oral motor Aliyah juga belum maksimal, otot-otot di sekitar rahang dan mulutnya masih kurang kuat untuk mendukung Aliyah berbicara.

Maka, solusinya tentu saja saya perlu lebih banyak mengajak Aliyah bercerita dengan kalimat sederhana, lebih sering berbahasa Indonesia dengannya, meningkatnya tekstur menu makanannya sampai membatasi Aliyah dalam menonton televisi/gadget.

Stimulasi lain yang dapat dilakukan untuk melatih oral motor Aliyah adalah dengan lebih banyak latihan menghisap dan meniup. Beberapa permainan meniup kami coba lakukan di rumah. Seperti, meniup lilin, meniup potongan kertas kecil, meniup terompet, dan meniup bubble/ gelembung sabun. Dari kegiatan meniup, Aliyah memang terlihat cukup kesulitan. Gerakan bibirnya cenderung seperti menyembur, tidak bisa monyong seutuhnya :'D

ALSO READ: Bikin-bikin Di Taman: Tips Stimulasi Bicara Anak dan DIY Table Soccer Game


Untuk mengajak Aliyah bercerita sebenarnya susah-susah gampang bagi saya. Tidak jarang saya bingung harus memulai dari mana bercerita dengan Aliyah :') Saya mulai mencoba dengan membacakannya buku cerita, setiap saat entah siang atau malam. Saran dari psikolog Klinik Anakku untuk memulai mengenalkan kata sederhana dengan memenggal suku kata pun dilakukan. Seperti saat mengajaknya bermain di taman, dan berhitung 1,2,3 ketika akan meluncur di perosotan. Satu, dua,tiii......berhenti sejenak sampai Aliyah menyahut 'ga'. Atau saat Aliyah haus dan ingin minum, maka akan saya ambilkan setelah saya bilang Mii... dan Aliyah berhasil menyebut kata 'num'.

Buku cerita Aliyah yang berbahasa Inggris saya terjemahkan dengan random  menggunakan kata-kata sederhana dalam bahasa Indonesia. Tekstur makanan Aliyah juga mulai ditingkatkan, dari makan daging cincang yang halus, dicoba diganti pelan-pelan dengan daging yang teksturnya lebih kasar atau diiris tipis. Seiring berjalannya waktu, tekstur makanannya terus ditingkatkan sampai sekarang.

Sewaktu Aliyah berusia 2 tahun lebih sebulan, kami kembali ke Klinik Anakku Surabaya untuk kembali screening tumbuh kembang Aliyah. Beberapa aspek sensorik dan motoriknya sudah cukup berkembang saat itu. Namun, untuk kemampuan berbicaranya masih perlu distimulasi. Kali ini, oleh psikolog dari Klinik Anakku, Aliyah diberi sedotan ulir berbentuk hati berwarna pink kesukaan Aliyah. Harapannya, dengan menyedot minuman menggunakan sedotan ulir, otot-otot di sekitar rahang dam mulut Aliyah menjadi lebih kuat :)

Sedotan ulir yang saya beli di @articmediaterapi
Sedotan ulir ini digunakan setiap kali Aliyah minum untuk melatih daya hisapnya. Saya sempat mencoba juga minum dengan sedotan ini, dan memang butuh usaha ekstra untuk menyedot minuman dengan sedotan ini. Mungkin, karena sedotannya cukup eye cacthing, Aliyah sepertinya enjoy-enjoy saja mengggunakannya, hihi.

Selain latihan menghisap dengan sedotan ulir, stimulasi lain untuk melatih oral motor dan kemampuan berbicara Aliyah seperti yang saya sharing diatas tetap terus dilakukan.

Sudah dua tahun berlalu sejak screening Aliyah terakhir di Klinik Anakku. Bulan Mei yang lalu, kami kembali ke Klinik Anakku untuk kembali screening tumbuh kembang Aliyah. Alhamdulillah, surprisingly, menurut dokter yang menguji Aliyah saat itu, artikulasi berbicara Aliyah tergolong sangat jelas untuk anak seusianya. Walaupun begitu PR untuk tetap menggunakan sedotan ulir tetap berlanjut untuk memperjelas huruf R dan L pada saat Aliyah berbicara. Dalam hal ini, saya juga tidak tahu apakah Aliyah ada indikasi tongue tie atau tidak karena kemampuannya dalam mengucapkan kedua huruf tersebut belum sempurna (kalau soal tongue tie di periksa atau tidak, saya belum memeriksakannya, karena sebelumnya pernah membaca artikel kalau tongue tie bisa sembuh sendiri seiring semakin besarnya anak, namun memang ada juga yang perlu tindakan lebih lanjut. Saya masih di level observasi dulu, hehe) . Tapi, secara keseluruhan, hasil screening nya kali ini cukup baik. Yaiy!

Barangkali teman-teman mama ada yang ingin memulai stimulasi berbicara pada anak, jangan tunggu sampai seperti saya yaa.. Anaknya terlanjur terindikasi terlambat bicara baru distimulasi :')

Berikut beberapa tips untuk stimulasi bicara  pada anak berdasarkan pengalaman saya dan Aliyah, yang mungkin juga kurang lebih sama seperti pengalaman teman-teman mama yang lain,

1. Sering-sering mengajak anak bercerita. Kalau tipikal orang tua nya pendiam, bisa dimulai dengan membacakan buku cerita :) Sering mengajak anak bertemu dengan orang lain selain orang yang ada di rumah juga cukup membantu, apalagi yang sehari-harinya anak hanya dengan ayah dan ibu saja di rumah :)
2. Mengurangi penggunaan bahasa bilingual di rumah. Beberapa anak mungkin punya kemampuan lebih dalam berbahasa. Namun, beberapa anak lainnya bisa saja terbatas sehingga menyebabkan anak menjadi bingung dalam berbahasa. Kebetulan, Aliyah sepertinya tipikal yang agak bingung dengan dua bahasa.
3. Membatasi waktu anak menonton televisi/gadget. Kalau pun anak menonton, paling tidak tontonan anak dengan satu bahasa dengan gambar gerak yang tidak terlalu cepat. Baby TV Indonesia salah satu yang bisa jadi rekomendasinya :)
4. Berlatih memenggal suku kata untuk mengajak anak berbicara.
5. Meningkatkan tekstur makanan anak.
6. Banyak bermain dengan meniup.
7. Menghisap/menyedot minuman dengan sedotan ulir.

Oiya, untuk dimana bisa mendapatkan sedotan ulir, dari hasil browsingan saya,  tidak banyak toko yang menjual sedotan ulir. Satu-satunya yang saya dapat hanya di @articmediaterapi, toko online yang berjualan berbagai macam alat terapi.

Anyway, bagaimana dengan teman-teman mama? Ada yang punya pengalaman atau cerita tentang stimulasi bicara pada anak juga ga? Yuk sharing sama-sama di sini :)
Semoga sharing saya bermanfaat ya :)

Disclaimer: Setiap kasus terlambat berbicara pada anak bisa saja berbeda. Teman-teman mama dapat menghubungi para ahli seperti psikolog/dokter tumbuh kembang anak untuk mengetahui penyebab pastinya dan untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut :)





Berhenti Untuk Kembali :)

| on
September 13, 2019

Halo!


Apa kabar teman-teman mama? Satu bulan berlalu sejak tulisan terakhir saya di blog ini, sampai akhirnya saya kembali dan membuat tulisan ini :) 

Sebulan terakhir saya tidak update postingan apapun di blog, juga tidak terlalu sering berbagi di sosial media seperti biasanya. Sedang mencoba belajar untuk memahami diri sendiri, bagaimana cara berinteraksi di media sosial dengan baik, dunia blogging dan sejenisnya, bagaimana dampaknya bagi saya secara mental, serta bagaimana pula dampaknya bagi teman-teman mama yang membaca sharing saya selama ini, membuat saya berhenti sejenak. Apakah saya benar-benar berbagi manfaat kepada teman-teman? Atau hanya sekedar sok tahu, dan lupa bahwa diluar sana masih banyak yang jauh lebih tahu banyak daripada saya. 

Tentang berhenti sejenak

Berbagi pengalaman dan berusaha membuat konten yang bermanfaat awalnya dibuat dengan tujuan sederhana untuk sekedar untuk berbagi siapa tahu ada yang juga related dengan pengalaman yang saya alami. Namun, seiring berjalannya waktu, tujuan sederhana itu kemudian berubah menjadi tuntutan. Saya menuntut diri sendiri untuk terus update agar tidak ketinggalan dengan yang lain. Lalu menjadi lupa akan tujuan diawal.

Proses yang berulang, kebuntuan akan ide sampai pada titik membuat saya menjadi sedikit bosan dalam melakukannya. Berusaha untuk tidak ketinggalan membuat mental saya menjadi kurang sehat. Saya menjadi lebih mudah marah kepada siapa pun. I'm getting stuck! Lalu saya berpikir, mungkin mundur sejenak, berhenti sebentar akan membuat saya merasa jauh lebih baik. Kembali mengkaji apakah yang dilakukan selama ini benar-benar bermanfaat atau tidak. Mencoba tidak menulis sampai rindu menulis. Membaca buku yang tidak disuka, sampai rindu untuk membaca buku kesukaan. Tidak berbagi sampai rindu untuk berbagi. 

Tentang berbagi

Berbagi kepada teman-teman mama-mama merupakan alasan utama mengapa saya mencoba untuk kembali. Berbagi adalah tujuan awal saya yang sempat terlupakan. Berbagi bukan untuk sok-sokan karena saya pun masih perlu banyak belajar, dan masih banyak teman-teman mama-mama yang lebih tau dari saya.

Berbagi melalui akun media sosial sebaiknya memang memberi kebaikan untuk pemiliknya dan teman-teman yang membacanya sekecil apapun itu. Karenanya, mencoba menjadi lebih berhati-hati untuk membuat postingan pun dipertimbangkan. Dan memikirkan bagaimana caption yang tepat agar tidak menyakiti siapapun. Repot? Iya, repot.

Tidak jarang, setelah repot-repot membuat konten yang kira-kira bermanfaat, ternyata respon yang didapatkan terkadang tidak sesuai harapan. Sedikit yang membaca, sedikit yang suka, sedikit yang sharing. Then, am i feeling down about it? Yes, sometimes. I'm just a human :)

Dan pagi ini, di tengah-tengah perhentian saya, saya membaca postingan dan tulisan Puty Puar berjudul "Karena Proses Mungkin Tentang Hal-Hal Yang Membosankan". Seperti biasa ciri khas Puty Puar yang menulis tanpa bertele-tele  namun sangat berarti, saya mendapat poin penting yang saya cari selama ini, setelah membaca tulisan tersebut. Ternyata memang saya sedang berproses. Rasa bosan dan stuck itu adalah bagian dari proses. Dan saya tidak sendirian. Puty Puar, pun pernah mengalaminya. I'm 1000% related with it. Sangat banyak orang sukses yang mengingatkan untuk sabar menjalani setiap proses menuju kesuksesan, namun sangat sedikit yang menjelaskan seperti apa prosesnya. Mengalami naik turun sudah pasti. Tapi, tentang bertahan pada rasa bosan, saya baru saja mengetahuinya setelah membaca tulisan Puty Puar diatas. 

Jadi, ya! Saya kembali ke blog ini. Mengelap debu-debu yang sedikit menempel. Mencoba kembali berbagi, dan sudah siap dealing dengan segala respon yang kelak diterima nanti. Apapun responnya, saya percaya bahwa saya dan teman-teman dapat saling menerima :) Semoga nanti apa yang coba saya bagi dapat membawa manfaat untuk teman-teman, dan semoga tidak lagi menjadi terlalu sok tahu seperti yang dulu :)

*mohon maafkan saya yang lalu, yang terkadang masih suka menjadi terlalu sok tahu :)