Main-main dengan Buku Crafty Kids, 10 Easy & Fun Projects for Toodlers

| on
April 13, 2018



Akhir bulan Maret kemarin Alhamdulillah saya dapat rejeki hadiah dari Tim #Bikinbikinditamanbikinseminar atas tulisan saya di blog, Yeiy! Hadiah nya Buku Crafty Kids, 10 Easy & Fun Projects for Toodlers untuk Aliyah. Saat mas-mas kurir datang mengantar buku nya, Aliyah happy sekali langsung minta dibukain dan langsung minta main hihi..

Aliyah sedang dalam masa senang-senangnya menempel dan melepas rekatan. Jadi buku nya benar-benar pas untuk Aliyah. Buku untuk khusus di desain untuk anak usia toodlers (antara 2-5 tahun menurut saya). Pada intinya, buku ini melatih motorik halus anak melalui aktivitas menggunting dan menempel. Bagus nya, tiap halaman di desain dengan tema-tema yang berbeda, dan dapat memberi pembelajaran yang berbeda juga bagi anak. Beberapa tema dapat membantu anak belajar mengenal warna, bentuk dan motif (tema ice cream, balon, dan ikan). Halaman dengan tema binatang ( lebah, gajah, kepik dan monyet) dapat membantu anak mengenal bentuk, warna, sekaligus bagian-bagian tubuh binatang. Ada satu tema siang dan malam. Dua tema lain adalah bentuk 3 dimensi (bunga dan balon udara). Setiap tema sudah disediakan templates dan background untuk tempat menempelnya juga :)





Nah, kalau boleh share beberapa tips mainnya, nih..

1. Beberapa tema punya banyak detail yang harus digunting-gunting. Lebih baik jika kita gunting lebih dulu, saat anak tidur misalnya. Jadi kalau anak minta main, gambarnya sudah siap tinggal tempel-tempel saja. Soalnya kalau guntingnya barengan sama anak, seperti saya dan Aliyah, Aliyah keburu bosan menunggu, begitu selesai saya menggunting, Aliyah malah minta main yang lain :') Pada Aliyah case nya belum bisa menggunting dengan baik ya Bu. Jika anak Ibu sudah mahir menggunakan gunting (gunting anak) boleh banget anak yang menggunting sendiri polanya :)







 Tema kepik (lady bug) yang agak banyak detailnya.



 Tema bunga 3 dimensi yang juga banyak detailnya. Dua tema ini belum dimainin sama Aliyah :)







2. Mainnya boleh sambil cerita dan berimajinasi. Tema Ice cream misalnya, saya dan Aliyah berpura-pura menjadi pembeli dan penjual ice cream, bahkan Aliyah sampai pura-pura menjilat ice cream nya hahaha.  Di tema binatang, monyet dengan background pisang, saya dan Aliyah bermain tebak-tebakan menyebutkan bagian wajah monyet sekaligus saya juga cerita ke Aliyah gambar pisangnya karena monyet suka makan pisang. Di tema siang dan malam, kita juga boleh bercerita perbedaan siang dan malam, memberi contoh aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan anak di siang hari dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan di malam hari.



3.Gambar temanya juga boleh ditambahin gambar, misalnya di tema ikan ditambahin gambar mata. Ini gambar mata di ikan, hidung dan mulut di monyet, motif garis di belalai gajah semua Aliyah yang gambar :D Tidak perlu cemas gambarnya tidak sempurna, namanya juga anak masih belajar kan Bu :)





4. Mainnya boleh gantian antara dengan Ibu, Bapak atau orang lain :) Beberapa tema Aliyah main-main dengan Bapaknya. Di tema gajah Aliyah main dengan Ontik nya (adik saya) :) Sedikit banyak In Syaa Allah membantu hubungan kelekatan anak dengan orang lain selain Ibunya :)


5. Kalau sudah selesai, anak boleh tempel hasil karyanya dimana saja (yang dibolehin Ibu pastinya :D ) Aliyah suka tempel hasil karyanya di tembok. Bisa juga dijadikan pajangan di kamar di atas drawer (sebenarnya ingin pajang di tembok  dengan frame, hanya di rumah ada nya frame 4R :'))



Lumayan juga ya, dari satu buku dapat belajar banyak hal :) . Secara keseluruhan menurut saya buku ini cukup recommended untuk mengisi kegiatan anak di rumah :) Jadi kado untuk keponakan atau anak teman juga bagus :)



Semoga sharingnya memberi manfaat ya Bu. Oh iya untuk liat-liat buku yang lain langsung ke akun IG nya Crafty Kids @craftykyids.id ya Bu :)

Selamat bermain! 










 

TOILET TRAINING SEJAK DINI

| on
April 06, 2018

TRAINING POTTY

Halo!

Beberapa hari belakangan kami sekeluarga kedatangan saudara dari Solo. Kakak sepupu saya datang dengan dua anak laki-laki nya Daffa 8 tahun dan Arsa 6 bulan. Mereka menginap di rumah orangtua saya. 

Sejak beberapa waktu lalu saya sudah kepikiran untuk menulis tentang toilet training, dan semakin yakin untuk menulisnya di blog sejak bertemu Arsa. Arsa bayi 6 bulan yang sudah terbiasa tidak memakai popok saat siang hari. Memangnya bisa? Iya In Syaa Allah bisa :) Kakak sepupu saya yang membiasakannya. Bagaimana caranya? Setiap kali Arsa terbangun dari tidur (tidur siang) kakak sepupu saya akan membawa Arsa ke kamar mandi untuk pipis. Apakah langsung pipis saat itu juga? Belum tentu sih.Tapi tetap ditunggui sampai pipis. Mungkin hampir sekitar 3-5 menit. Biasanya Arsa pipis. Kalau pun ternyata tidak, kakak sepupu saya akan mencoba lagi setelah beberapa menit, dan Arsa ternyata benar-benar pipis. Hihi. Memang belum bisa dilihat hasilnya saat ini, namun dengan cara seperti itu In Syaa Allah Arsa bisa selesai toilet training lebih cepat :) Siapa tahu cara seperti ini bisa juga dicoba Ibu di rumah :)

Lalu bagaimana dengan cerita toilet training Aliyah? Alhamdulillah Aliyah saat ini sudah tidak pakai popok sama sekali, kira-kira sejak usia 2 tahun 4 bulan. Sebelumnya Aliyah pakai popok hanya saat bepergian. Bagaimana awalnya mengajari Aliyah toilet training? Saya sebenarnya tipikal Ibu yang kurang telaten. Dalam hal hal mengganti popok basah pun, saya kurang telaten hehehe. Oleh karena itu saya memutuskan untuk mengurangi pemakaian popok sekali pakai pada Aliyah, supaya saya lebih rajin mengganti popok, sekaligus bisa sedikit lebih berhemat ;D. 


CLOTH DIAPERS GLAD BABY

Saat Aliyah usia 10 bulan, saya mengganti popok sekali pakai dengan cloth diapers (popok kain). Seingat saya merek yang saya gunakan Glad Baby, karena lapisan luarnya tidak terlalu tebal, terlepas dari innernya, jadi mudah sekali dicuci. Selebihnya saya membiarkan Aliyah memakai celana biasa, sambil mengompol di tempat tidur, karpet, di lantai bahkan di kursi sofa :D 

Ribet amat ya? Iya benar-benar ribet sekali, tapi dengan cara seperti ini saya dapat mengetahui jam berapa saja persisnya waktu untuk Aliyah pipis. Saya jadi mengerti ritmenya. Saat bangun pagi saya selalu mengajak Aliyah ke kamar mandi untuk pipis. Lalu siang hari di sela-sela waktu main (biasanya sampai beberapa kali tergantung udara, jika udaranya sedang dingin Aliyah bisa bolak balik ke kamar mandi dan malam hari sebelum tidur). Kecolongan Aliyah mengompol pun mulai pelan-pelan berkurang. Sedangkan untuk pup, saya belajar membaca ekspresi Aliyah sedang ngeden atau tidak, haha.

Semakin besar, intensitas Aliyah pipis pun semakin berkurang. Lalu jika anak mengompol apakah rumahnya tidak bau pesing? Ya sesekali. Paling tidak kita berusaha jaga kebersihan untuk tetap bisa dipakai sholat :) 

Alhamdulillah sampai saat ini jika ingin pipis atau pup Aliyah akan selalu bilang, atau kadang jika Aliyah terlalu asyik main, dia hanya sekedar menggoyang-goyangkan kakinya. Saat itu saya mengerti Aliyah sedang kebelet hihi. Sesekali juga masih kecolongan saat tidur Aliyah mengompol mungkin pas mimpi ke toilet :D. Nah supaya kasurnya tidak bau pesing Ibu bisa pakai seprai waterproof dan di lapisi lagi dengan kain seprai biasa :) 

Di rumah saya menyediakan training potty untuk Aliyah. Training potty nya saya beli yang bergambar tokoh kartun favorit Aliyah, Hello Kitty. Jadi tiap kali ingin pipis, Aliyah selalu ingat training potty nya, "Ma, pipis, di Titi ma" gitu hihi. Saat sedang bepergian, di mall misalnya, saya akan melihat kebersihan toilet nya lebih dulu. Jika cukup bersih, saya lap dudukannya lebih dulu dengan tisu basah (ada juga cairan antiseptik khusus dudukannya toilet), lalu Aliyah duduk untuk pipis. Jika toiletnya kurang bersih, saya memilih toilet jongkok dengan posisi Aliyah pipis berdiri. 

Basicly, memulai toilet training sebaiknya dilakukan sejak usia dini karena sedikit banyak berkaitan dengan kebiasaan. Bisa dimulai dengan pelan-pelan mengurangi pemakaian popok sekali pakai. Pada Aliyah, saat Aliyah tidak memakai popok dan mengompol, otomatis Aliyah akan merasa kurang nyaman dengan celananya yang basah. Aliyah jadi peka terhadap keadaaan basah atau kering. Mengerti konsep basah atau kering juga salah satu tahapan tumbuh kembang anak (saya baca di buku sih :)). Lalu bagaimana memulai untuk anak usia toodlers? Kurang lebih sama, kita bisa coba untuk tidak memakaikan anak popok sekali pakai. Di awal mungkin anak akan mengompol, nah saat itu kita bisa memberi pengertian ke anak "Jika ingin pipis bilang sama Ibu ya, nanti Ibu antar ke kamar mandi/toilet. Pipisnya di kamar mandi/toilet". Usaha anak untuk belajar terbiasa plus kesabaran Ibu, In Syaa Allah membuahkan hasil :)

Semoga cerita saya bisa membantu Ibu yang akan atau sedang mencoba toilet training yaa. 

Semoga sharingnya bisa memberi manfaat :)

Oh iya, kalau Ibu punya pengalaman berbeda yuk feel free share di comment :)

Have a nice day!


Ssst... jangan menyerah ya Bu, kalau Ibu merasa lelah, tenang Ibu tidak sendirian,  saya juga cukup sering mengepel lantai, mencuci seprai, karpet bahkan sofa :)





Bikin-bikin di Taman Seminar: Memilih Sekolah untuk Anak

| on
March 20, 2018

Hari Sabtu yang lalu, tepatnya tanggal 17 Maret 2018 saya mengikuti Bikin-bikin di Taman: Seminar Memilih Sekolah di Graha Prodia Surabaya. Seminar ini diadakan oleh Mbak Putri Sari (@iburakarayi) dan teman-teman tim Bikin-bikin di Taman. Saya memutuskan untuk ikut seminar ini karena beberapa bulan terakhir saya sedang bingung mencari sekolah untuk Aliyah. Tidak hanya bingung mencari sekolahnya, tapi bahkan basic keputusan apakah Aliyah sudah siap untuk bersekolah pun, saya juga masih bingung. Pengalaman menyekolahkan anak saya belum punya. Saya hanya berbekal pengalaman saya  bersekolah di masa lalu saat masih kecil, beberapa input dari teman, dan pengetahuan seadanya tentang kesiapan anak bersekolah.

Saat ini Aliyah berumur 2 tahun 7 bulan. Awalnya saya berencana untuk menyekolahkan Aliyah di PAUD, dengan pertimbangan Aliyah dapat lebih mandiri dan semakin baik dalam bersosialisasi. Saya pun mulai melihat-lihat alternatif sekolah yang pas untuk Aliyah. Mulai dari yang dekat dari rumah, sampai yang agak jauh tapi dekat dengan rumah orangtua saya. Mulai dari yang biayanya masih dapat terjangkau oleh kami sampai yang biayanya ulalalalalala :') 

Lalu, apa saja yang saya dapatkan dari Seminar Memilih Sekolah? Saya akan cerita detail nya di tulisan ini. Semoga tulisan ini bisa membantu Ibu-Ibu yang mengalami kebingungan seperti saya :)

Seminar Memilih Sekolah menghadirkan Bapak Bukik Setiawan sebagai narasumber. Pak Bukik adalah penulis buku "Panduan Memilih Sekolah Anak Zaman Now" (ini buku Pak Bukik yang ketiga, sebelumnya ada buku Anak Bukan Kertas Kosong dan Bakat Bukan Takdir), sekaligus dosen kampus guru Cikal (Sekolah Cikal didirikan oleh Ibu Najeela Shihab). Dulunya, Pak Bukik juga sempat menjadi dosen di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Jadi seminar-nya benar-benar menghadirkan narasumber yang tepat menurut saya.  


Sebelum seminar oleh Pak Bukik, acara dibuka lebih dulu oleh Mbak Dian Tantri. Senang sekali karena mbak Dian adalah senior saya sewaktu kuliah dulu. Lalu, dilanjutkan dengan presentasi dari pihak tempat acara diadakan, Laboratorium Prodia. 




Prodia mengenalkan Prodia Child Lab (Prodia Children's Health Centre), yaitu Laboratorium khusus anak-anak. Saya baru tahu juga ternyata ada Lab khusus untuk anak-anak dan didesain dengan sangat menarik sesuai dengan kebutuhan anak. Fasilitas yang disediakan antara lain:


1. Ruang pemeriksaaan Fisik dan Pengambilan Darah didesain khusus agar lebih menyenangkan dan tidak menakutkan.



2. Tersedia Playground, Nursery room dan Toilet khusus anak.





3. Pengambilan Darah anak dilakukan oleh pertugas yang dilatih khusus untuk anak untuk mengurangi rasa sakit ketika anak diambil darahnya.


Sangat recommended menurut saya untuk memeriksakan anak kita di Prodia Child ini.





Setelah presentasi dari pihak Laboratorium Prodia, Seminar Memilih Sekolah pun dimulai oleh Pak Bukik. Bagaimana memilih sekolah yang tepat untuk anak zaman now, agar kita tidak merasa salah memilih sekolah bagi anak? Menurut Pak Bukik, sebelum memilih sekolah, sebaiknya kita memahami lebih dulu karakter anak zaman now, yang jelas berbeda karakternya dengan zaman kita orangtuanya. 




Ada lima langkah yang lebih dulu harus kita pahai sebelum memilih sekolah untuk anak, yaitu:

1. Memahami anak zaman now.
Anak kita anak generasi zaman now, bahkan ada yang ketika lahir pun sudah langsung bertemu dengan gawai/gadget. Kita orangtuanya, yang mengenal gawai/gadget mulai saat usia SMP sampai kuliah termasuk anak zaman milenial.
2. Memahami cara belajar anak zaman now.
3. Memahami sekolah anak zaman now.
4. Memilih sekolah untuk anak zaman now.
5. Strategi Alternatif

Apa saja ciri-ciri anak zaman now? Menurut Pak Bukik, dari hasil riset ciri-ciri anak zaman now antara lain:

1. Otonomi mengelola diri.
2. Peka terhadap perubahan.
3. Mudah mengalihkan fokus.
Gaya hidup yang dekat dengan gawai/gadget membuat anak mudah mengalihkan fokusnya. Misalnya saat anak sedang mengerjakan PR, lalu sebentar-sebentar cek notifikasi di gawai/gadget nya. Lalu lanjut lagi mengerjakan PR. Mengapa? Karena bagi anak PR mereka cenderung membosankan, dalam kasus ini PR yang dikerjakan adalah seperti hanya menyalin apa yang ada di buku bacaan ke buku tulis anak.
4. Kebutuhan teman bicara.
Bagi anak zaman now, segala sesuatu butuh dikonfirmasikan. Misalnya saja gaya berpakaian mereka, mereka akan memikirkan apa yang saya pakai ini bagus/tidak menurut teman-teman saya. Hal ini biasanya karena cenderung pengaruh dari sosial media.



Dari hasil riset di Amerika Serikat dan diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, anak-anak zaman now perlu memiliki empat keterampilan penting antara lain:

1. Berpikir kritis
Saya teringat salah satu peserta seminar yang bertanya tentang "Apakah kemampuan anak menyelesaikan soal matematika dan logika, membuat anak dapat berpikir kritis?" Ternyata jawabannya belum tentu. Berdasarkan hasil penelitian, anak-anak di Indonesia memiliki kemampuan berpikir kritis cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain.
2. Kreativitas
Di masa depan, berbagai pekerjaan manusia akan mudah digantikan oleh robot. Dua hal yang tidak dimiliki oleh robot adalah kreativitas dan kecerdasan emosional. Oleh karena itu, anak kita perlu memiliki kreativitas karena kelak mereka akan bersaing dengan robot. Memiliki kemampuan yang tidak bisa dilakukan oleh robot adalah salah satu kunci untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan.
3. Komunikasi
4. Kolaborasi
Saat ini banyak sekolah-sekolah yang mengklaim bahwa mengajarkan kolaborasi ke anak, namun ujung-ujungnya adalah kompetisi. Terus-terusan berkompetisi juga ternyata kurang baik dampaknya bagi anak. Anak menjadi cenderung suka membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain, padahal sebaiknya anak membandingkan dirinya dengan dirinya sendiri, sudah melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya atau belum.

Tentang dunia perkerjaan anak zaman now pun menurut Pak Bukik telah mengalami pergeseran. Di masa depan akan punah beberapa pekerjaan lama yang akan digantikan oleh robot. Lalu beberapa pekerjaan baru akan lahir, contoh saat ini adalah misalnya manajer media sosial. Terjadi pula pergeseran makna karir, yang dulunya karir adalah loyalitas di tempat kerja, di masa depan karir adalah kesetiaan terhadap passion


Lalu bagaiamana memilih sekolah untuk anak zaman now? Saat ini masih sering terjadi salah kaprah dalam memilih sekolah untuk anak. Umumnya orangtua akan memilih sekolah berdasarkan fasilitas bukan pada penggunaannya. Meilih berdasarkan piala bukan pada suasana belajar. Memilih berdasarkan kesempurnaan tampilan dan memilih berdasarkan gengsi bukan berdasarkan kebutuhan anak. Sekolah yang terlalu rapi tampilannya misalnya, umumnya dikelola oleh manajemen sehingga guru dan murid tidak punya kesempatan untuk kreatif terhadap ruang kelas. Paling sederhana biasanya kita meilih sekolah cukup yang dekat dengan rumah dan 'terjangkau' oleh kondisi ekonomi kita.



Tampilan,  praktik dan prinsip nilai sangat perlu kita perhatikan jika akan memilih sekolah untuk anak. Dari segi tampilan misalnya,  apakah dinding kelas dipenuhi dengan hasil karya anak sekalipun karya tersebut tidak sempurna?  Jika ya, menurut pak Bukik berarti ada pembelajaran di dalam sekolah itu . Bagaimana dengan praktiknya ? Kita sebaiknya lebih dulu melakukan observasi bagaimana para guru dan murid beraktifitas.  Lalu kemudian kita melihat prinsip nilai yang diterapkan di sekolah tersebut apakah 'menanamkan atau menumbuhkan'. Sekolah yang menanamkan adalah cenderung mengajarkan dengan pendekatan direct instructions (di dikte), sedangkan sekolah yang menumbuhkan adalah sekolah yang melakukan pendekatan konstruktif yang melakukan aktifitas kreatif yang melibatkan anak. Contoh sederhananya, Aliyah yang sedang belajar mengenal huruf. Pendekatan direct instructionnya adalah saya langsung mendikte Aliyah untuk menghafalkan huruf A,B,C, dan seterusnya. Sedangkan dengan pendekatan konstrufktif, saya mengenalkan Aliyah huruf A,B,C melalui bernyanyi, menempelkan huruf di benda-benda yang ada di rumah, seperti huruf M di meja. 

Para peserta seminar juga sempat berdiskusi membentuk kelompok untuk belajar melakukan observasi terhadap sekolah. Seru sekali diskusi nya karena saya bertemu dengan para orangtua yang benar-benar sudah terbuka pikirannya :)







Beberapa tips lain dari Pak Bukik dalam memilih sekolah anak, antara lain:


1. Jangan terjebak dengan mahal atau murah. Jauh atau dekat. Sekolah yang mahal tidak selalu bagus, sekolah yang murah tidak selalu kurang bagus. Banyak sekolah yang terjangkau yang sangat peduli untuk 'menumbuhkan' anak.

2. Jika tidak ada sekolah yang sepenuhnya menumbukan paling tidak pilih yang paling sedikit menanamkan.
3. Selalu ada pilihan sekolah untuk anak kita. Tidak perlu khawatir tidak ada sekolah yang menumbuhkan. Jika anak sudah terlanjur sekolah di sekolah yang menanamkan, paling tidak kita sebagai orang tua sudah mengerti konsekuensinya, sehingga di rumah kita mengajarkan anak dengan cara menumbuhkan. Jadi beban anak di sekolah tidak telalu berat.

Lalu tentang kesiapan anak bersekolah, kapan anak siap untuk bersekolah?


1. Perhatikan usia anak

Ada seorang ibu, peserta seminar juga yang bertanya kepada Pak Bukik (yang sebenarnya juga pertanyaan saya), usia berapa anak sudah siap untuk bersekolah. Menurut Pak Bukik, usia anak di psikologi terbagi dua, yaitu usia kronologis (pada Aliyah yaitu 2 tahun 7 bulan) dan usia psikologis (pada Aliyah usia 2 tahun harusnya sudah bisa berbicara 2 kata). Jadi sebaiknya kita melihat usia psikologis anak. Jika ada tahapan tumbuh kembang di usia nya yang belum selesai, maka sebaiknya diselesaikan lebih dulu. 

2. Perhatikan kemandirian anak

Agar anak mandiri dan mau ditinggal saat sekolah nanti, sebaiknya latihan berpisah dengan anak 1-2 jam beberapa kali dalam seminggu misalnya. Guru di sekolah biasanya lebih menyukai anak yang mandiri. Anak mandiri yang sering diperhatikan oleh guru akan tumbuh menjadi anak yang lebih mudah fokus. Selain itu, di usia sekolah paling tidak anak sudah menguasai toilet training dengan baik, dapat makan dan minum sendiri dengan baik.

3. Harus mencoba trial class

Saran dari Pak Bukik, sebelum memlih sekolah, sebaiknya anak mencoba trial class lebih dulu di sekolah yang menjadi pilihan kita. Kemudian setelah trial class, kita sebaiknya bertanya kepada anak, bagaimana tadi sekolahnya? Gurunya baik atau tidak? Teman-temannya bagaimana? Ada yang menarik menurut kamu tidak? Saya sempat bertanya pada Pak Bukik, anak saya masih 2 tahun lebih pak, bagaimana cara saya bertanya kepada Aliyah? Masukan dari Pak Bukik, saya sebaiknya bertanya ke Aliyah dengan menggunakan emoticon. Misalnya, Aliyah senang tidak tadi di sekolah? Gurunya senyum tidak sama Aliyah? Temannya Aliyah ada yang lucu tidak? Kurang lebih seperti itu tipe pertanyaannya.

4. Melakukan tes kesiapan sekolah di kilnik tumbuh kembang anak.




Nah, kurang lebih seperti diatas gambaran memilih sekolah anak zaman now dari Pak Bukik. Detailnya katanya sih bisa dibaca di bukunya Pak Bukik 'Panduan Memilih Sekolah Anak Zaman Now' yang senangnya kita semua peserta seminar dapat bukunya. Yeiy!


Oiya satu lagi pesan dari Pak Bukik, saat anak lulus SD sebaiknya anak paling tidak sudah menguasai satu keterampilan khusus, karena saat menginjak usia remaja, masuk masa puber anak cenderung suka pamer atau menunjukkan keterampilannya di depan teman-temannya atau bahkan lawan jenisnya. Hal ini penting agar anak dapat menunjukkan hal positif yang dimiliki. Jika tidak memiliki keterampilan khusus, dikhawatirkan anak akan cenderung menunjukan hal yang negatif. Semoga tidak terjadi pada anak-anak kita ya Aamiin :)


Seminarnya dapat apa lagi selain ilmu? Alhadulilah dapat banyak! Selain dapat buku 'Panduan Memilih Sekolah Anak Zaman Now' karya Pak Bukik, dkk, kita yang ikut seminar juga dapat goodie bag lucu!





Ini punya saya dapat gambar kucing, senang sekali karena favorit Aliyah. Goodie bag nya bisa diwarnai juga. Gemas ya! Goodie bag nya dikasih sama @ruangdolanan :)

Di dalam goodie bag nya ada apa?




Ada voucher check up dari Lab Prodia yang potongannya lumayan sekali.


Ada voucher juga dari Klinik Anakku Surabaya untuk tes kesiapan anak sekolah. Yeiy!





Eh, ternyata ada bonus lagi buat saya, dapat rejeki doorprize juga. Alhamdulillah! 


Asupan gizi para peserta seminar juga terjamin sekali sabtu kemarin. Sebelum seminar dimulai kita boleh cicip-cicip snack enak-enak for FREE! Pulangnya masih dibekali nasi bakar pula! Senangnya..




Sayang sekali saya tidak ajak Aliyah untuk ikut padahal mbak Iput dan tim Bikin-bikin di taman menyediakan ruang khusus playground untuk anak. Playgroundnya dari Smart Shin's House (Childrens Day Care and Learning Center ) Seminarnya benar-benar paket lengkap. :) Pulang ke rumah saya senang sekali karena saya telah dapat jawaban dari kebingungan saya tentang bagaimana memilih sekolah untuk Aliyah nanti. Well done untuk mbak Iput dan tim Bikin-bikin di taman :) Terimakasih banyak! 


Next time ingin ikut lagi kalau ada seminar lagi,  In Syaa Allah. Ibu juga ikut yuk! Follow saja IG nya mbak Iput @iburakarayi supaya dapat info terus :)


Semoga sharingnya bermanfaat ya Ibu!


Have a nice day :)












Belajar Warna, Bentuk, dan Menempel dengan kertas Origami

| on
March 13, 2018

Akhir-akhir ini saya sering bingung akan bermain apa lagi dengan Aliyah di rumah. Setiap hari Aliyah semakin aktif,  semakin menuntut untuk melakukan berbagai aktifitas,  indoor maupun outdoor. Terinspirasi dari acara televisi bayi yang mengenalkan bentuk dan warna,  saya kepikiran membuat juga. Kali ini dari bahan murah meriah kertas origami.  Selain Aliyah lebih mengenal warna dan bentuk,  melalui permainan ini Aliyah juga melakukan aktifitas menempel (karena Aliyah suka sekali menempel,  dan kalau beli buku stiker melulu,  bisa tekor mamanya :D).
Permainan ini juga membuat saya dan Aliyah saling berkomunikasi dengan cara sederhana. 
Selain itu,  aktifitas ini juga dapat melatih anak untuk lebih siap ketika masuk usia sekolah nanti,  karena kurang lebih aktifitas seperti ini juga diajarkan di sekolah. 

Berikut step by step membuatnya ya Ibu,  siapa tahu bisa dicoba juga dirumah :) Saya rekomendasikan aktifitas ini untuk anak usia pra sekolah :)

1. Siapkan bahan kertas origami berbagai warna. Saya membuat bentuk buah,  jadi saya pilih warna-warna sesuai buah-buahan saja.  Kertas origami yang saya gunakan ukuran 16x16 cm. 

2. Siapkan pensil,  gunting dan lem kertas. 

3. Lipat kertas origami menjadi 4 bagian, lalu digunting. Tujuannya sederhana,  supaya lebih hemat saja pakainya.  Haha. 



4. Gambar bentuk buah sesuai keinginan. Gambar juga detail daunnya ya.  

5. Beri lem di balik kertas untuk ditempel anak di media yang telah Ibu sediakan. Saya dan Aliyah menempel di tembok supaya Aliyah bisa lihat terus hasil karyanya. Kalau pakai lem kertas In Syaa Allah mudah untuk dilepas kembali.  Tapi kalau Ibu merasa sayang di tembok boleh juga di buku gambar atau papan tulis :)

6. Biarkan anak yang memberi lem,  dan menempel sesuai dengan keinginannya.  Miring sedikit juga tidak apa-apa :)




7. Beri titik-titik dengan spidol pada gambar buah agar lebih terkesan real.  Biarkan anak yang melakukannya :).

Jadi deh buah-buahan dari kertas origami nya. Jangan lupa, mainnya sambil bercerita ya Ibu, agar sekalian dapat mengembangkan daya imajinasi anak :) Kita juga dapat menjelaskan pada anak tentang bentuk dan warna buah-buahan, seperti bentuk lingkaran pada jeruk, setengah lingkaran pada buah semangka, pisang yang berwarna kuning, dan seterusnya :)

Semoga sharingnya memberi manfaat ya Ibu. 

Selamat bermain :)