THINGS I LEARNED FROM CATATAN NAJWA SHIHAB WITH MAUDY AYUNDA

| on
March 26, 2019

Halo!

Sudah menjadi rahasia umum betapa hebohnya dunia maya, saat Maudy Ayunda, aktris multi talenta dengan paket lengkapnya, cantik dan pintar, memposting soal dirinya berhasil lolos di dua universitas terbaik di dunia, Stanford University dan Harvard University untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Saya adalah salah satu yang terbawa euforia nya ;') karena jujur i adore her so much. Saya tidak memandang keaktrisannya, atau kecantikannya, tapi betapa dia tidak pernah berhenti untuk belajar, melakukan berbagai hal semampu dia dengan semaksimal mungkin untuk memberi manfaat di lingkungan sekitarnya. She's an ambisious enough yet very humble too. Saya sendiri sangat banyak belajar dari Maudy Ayunda walaupun sebatas melihat berbagai updates nya di Instagram.

Saya juga salah satu yang ikut-ikutan reshare blog post Puty Puar tentang kelulusan Maudy Ayunda di dua universitas terbaik di dunia ini. Bahwa apa-apa yang diraih bisa juga karena previllege yang dimiliki oleh Maudy Ayunda, seperti dia aktris, dia dari keluarga yang sangat mampu, dia lulusan dari British International School sehingga aksesnya untuk sekolah ke Oxford jauh lebih tebuka dibandingkan lulusan sekolah negeri :'), dll. Memang, bahasan di blog tersebut tidak fokus kepada Maudy Ayunda nya, melainkan mengenai makna previllege itu sendiri.  Saya salah satu yang sepakat dengan Puty Puar tentang previllege yang dimilik oleh Maudy Ayunda, sampai saat saya menyaksikan tayangan channel Youtube mbak Najwa Shihab, Catatan Najwa Shibab, dengan Maudy Ayunda sebagai tamu/narasumber nya.

Tayangan yang berdurasi kurang lebih 27 menit itu, membuat saya belajar banyak hal. Banyak sisi lain yang dapat saya pelajari dari seorang Maudy Ayunda dan juga mbak Najwa Shihab. Terutama tentang bagaiamana previllege yang dimiliki oleh Maudy Ayunda ternyata tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan betapa keras usaha yang dilakukannya untuk meraih itu semua. 

Ada beberapa hal yang dapat saya ambil sebagai pembelajaran setelah menyaksikan tayangan tersebut, baik untuk diri saya sendiri maupun untuk Aliyah kelak:

1. Memvisualisasikan apa yang menjadi impian kita, agar energi, usaha, doa-doa yang terpanjat mengiringi setiap langkah kita untuk meraih mimpi itu. If we believe it, we can do it for sure, InsyaAllah :)

2. Authenticity dalam berkarya. Keaslian, kejujuran atas karya kita. Karya yang asli berasal dari ketulusan dari dalam hati  Motivation letters yang ditulis Maudy Ayunda untuk Stanford University benar-benar berasal dari kejujurannya pada diri sendiri. Saya jadi belajar bagaiamana menjadi diri sendiri tanpa harus terpengaruh oleh orang lain. Saya pun juga belajar untuk menulis blog post yang benar-benar dari dalam hati karena terkadang di beberapa postingan saya lebih ke 'sekedar' menulis :') 

3. Research, research, and research. Melakukan banyak riset atas tujuan/ mimpi yang ingin kita raih. bisa dilakukan dengan belajar dari banyak hal atau pengalaman kita sebelumnya, bertanya kepada banyak orang yang telah berpengalaman sebelumnya, serta membaca dari berbagai sumber. 

4. Lebih banyak baca buku. Saat kecil, buku adalah hiburan satu-satunya yang dimiliki oleh Maudy Ayunda karena di rumahnya tidak ada televisi. Ayahnya bahkan sampai rela ke Singapura khusus untuk membelikan anak-anaknya buku! Diawal tahun ini, saya baru menyadari bahwa saya sangat miskin literasi, dan mulai belajar lebih rajin membaca buku, juga membacakan buku untuk Aliyah. Ternyata memang benar, lebih banyak membaca buku tidak sekedar menambah pengetahuan, tetapi juga membentuk pola pikir serta wawasan kita menjadi semakin luas.

5. Berpikir kritis terhadap sesuatu. Saat Maudy Ayunda kecil, sang Ibu selalu mengajaknya berdiskusi secara dalam tentang berbagai hal. Ibunya sering meminta pendapatnya tentang apapun, salah satunya menu makanan apa yang sebaiknya disajikan saat lebaran, mengapa harus menu tersebut, mengapa menganggap menu ini cocok dengan menu itu, dan berbagia pertanyaan mendetail lainnya. Ternyata benar kata akun-akun parenting :) bahwa penting untuk mengajarkan anak berpikir kritis sedini mungkin. Saya jadi belajar untuk mencoba mengajak Aliyah berdiskusi seperti ini. Namun, jawaban Aliyah masih sebatas "iya, engga, iya, engga" dengan diselingi "ndak mau", :'))

6. Belajar mengambil keputusan sedini mungkin. Dari cerita mbak najwa Shihab, mbak Najwa sudah dibebaskan untuk memilih akan bersekolah dimana saat masih SMP oleh orang tuanya. Sedangkan saya, memilih jurusan untuk kuliah masih melibatkan kedua orang tua saya :') Tidak ingin membandingkan karena saya yakin sudah jalanNya saya seperti itu, namun saya ingin belajar untuk mencoba cara yang berbeda kepada Aliyah. Saya ingin Aliyah dapat mengambil keputusan apapun itu atas dasar keinginannya sendiri, dan bertanggung jawab sepenuhnya atas manfaat, resiko, dampak yang mungkin akan timbul dari keputusan yang diambilnya. Harapannya, kelak dia tidak akan menyalahkan kedua orangtuanya atas apa yang telah dipilihnya :)  Saya pun belajar untuk melatih Aliyah dalam mengambil keputusan sejak lama, mulai saat membeli pakaian, memutuskan ingin makan apa hari ini, ingin bermain apa hari ini, ingin pergi kemana, kalau Aliyah memilih ini resikonya seperti ini, kalau begitu resikonya seperti itu, dll. Namun terkadang lingkungan di sekitar saya yang justru keberatan, anak kecil kok ditanyain begitu menurut mereka. Saya tetap pada pendirian saya, tetap mengajak Aliyah berdiskusi, :))


Kurang lebih 6 hal diatas adalah pembelajaran yang dapat saya ambil setelah menyaksikan tayangan channel Youtube Catatan Najwa Shihab bersama Maudy Ayunda. Blog post saya kali ini bukan berarti saya, Aliyah atau kita belajar untuk menjadi seperti Maudy Ayunda ataupun mbak Najwa Shihab.,tetapi paling tidak kita dapat mengadaptasi nilai positif yang ada pada mereka dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari sebagai diri kita sendiri :)


Bagaimana menurut teman-teman mama?


Semoga sharing saya bermanfaat ya :)

Have a nice day!





6 comments on "THINGS I LEARNED FROM CATATAN NAJWA SHIHAB WITH MAUDY AYUNDA"
  1. berarti orang tua Maudy ini termasuk yang demokratis ya. kadang sebagai orang tua kita memang memiliki banyak ketakutan akan pilihan masa depan anak makanya kesannya ikut campur yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa betul banget mbaa, dan seperti nya zaman sekarang tren nya sedang bergeser ke orang tua yang lebih demokratis agar anak ga ketinggalan dengan yang lain, btw terimaksih sudah mampir mba Antung ;)

      Delete
  2. Yang hebat itu orangtuanya. Tapi bukan berarti ortu lain tidak ya, karena tiap keluarga punya tujuan sendiri-sendiri dan gambaran tentang arti sukses. Dan tidak sesederhana itu juga prosesnya spt di mata najwa. Maudy dari kecil sudah disekolahkan di sekolah internasional british jadi goals (dan modalnya hehe) jelas. Semua ada plus dan minus..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mba Phebie, mungkin karena harus diceritakan sesingkat mungkin karena durasi, jadi seolah terlihat sesederhana itu kali ya :) menurutku memang previllege nya Maudy juga, hanya dia bisa memanfaatkan previllege itu dengan sangat baik. Ga sedikit juga yang punya previllege tapi ga bisa memanfaatkannya dengan baik :) terimakasih sudah mampir ya mba :)

      Delete
  3. Dari Maudy yg diterima di dua universitas ternama dan wawancaranya dgn Najwa, maupun cara orangtuanya mendidik. Mereka mendidik anaknyapun berdasarkan pengalaman yg mereka dapatkan dimasa kecil dgn melihat kelebihan dan kekurangannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul mas, orangtua nya pun pasti mendidik Maudy berdasarkan pengalaman mereka di masa lalu, tentunya pasti jg disertai pembelajaran di masa kini yang relevan :) Terimakasih sudah mampir mas Aris :)

      Delete