Bathing is FUN!

| on
October 31, 2018

Halo!

"Ga mau mama, Yaya ga mau mandi" kira-kira begitu setiap kali saya mengajak Aliyah untuk mandi dan membersihkan diri. Aliyah memang agak kurang suka mandi :') Penolakan saat diajak mandi tidak hanya sekali dua kali, tapi setiap hari dua kali sehari! Mungkin bukan karena Aliyah sepenuhnya tapi bisa juga karena saya salah sendiri yang kurang disiplin. 

Terkadang, saat pagi hari saya sedang repot ini itu, Aliyah bisa tidak mandi sampai siang bahkan sore (parah ya? :')) Tidak jarang Aliyah sampai menangis karena saya paksain mandi. Saya guyur sambil menangis pun pernah (jangan ditiru ya!). Kalau dibiarkan terus-terusan dengan cara seperti ini Aliyah bukannya jadi disiplin, tapi yang ada malah trauma.



Akhirnya, saya pikir ini ga bisa dibiarkan terus-terusan begini. Apalagi Aliyah menjelang usia sekolah yang tiap pagi mengharuskan dia mandi. Jadi saya mencoba mulai berlajar cara bernegosiasi dengan Aliyah saat akan mandi. Toh sebenarnya Aliyah suka saat sudah ketemu air, malah jadinya bisa berendam lama-lama padahal sebelumnya menangis meraung-raung.

Lalu bagaimana saya bernegosiasi dengan Aliyah saat waktu mandi tiba?
Saya berusaha menanamkan kepada Aliyah bahwa mandi itu seperti main-main karena Aliyah suka sekali main.

Beberapa negosiasi yang biasanya saya lakukan dengan Aliyah diantarnya:

1. Menawarkan Aliyah untuk mandi bersama mainannya / memandikan mainannya.
"Yaya, mandi yuk. Yaya mau mandi sama bola ga? Atau sama si Tayo? Atau yang lain?" Sering juga saya ajak untuk memandikan bonekanya.
2. Bermain siram pohon bohongan pakai shower toilet.
3. Mandi di carport sambil berendam di air bubble dan pakai baju berenang.
4. Menawarkan untuk ganti baju.
Aliyah adalah anak yang picky. Selain picky eater, Aliyah juga sangat picky kalau mau pakai baju. Dia hanya punya beberapa baju favorit di rumah. Jadi saya menawarkan Aliyah untuk ganti baju dengan pilihan baju favoritnya. Tapi sebelum itu, Aliyah perlu mandi lebih dulu.
5. Bermain air mancur sambil menyiram tanaman.
Aliyah suka sekali membantu saya menyiram tanaman. Tapi setelahnya bisa dibayangkan dia jadi main air mancur/hujan-hujanan. Setelahnya biasanya langsung saya tawari untuk mandi sekalian. 


Diantara beberapa cara diatas memang seolah-seolah bermain air dan tidak jarang juga kepikiran jadi buang-buang air atau boros air. Agar tidak boros air, biasanya saya memberi waktu untuk Aliyah. Saat saya merasa sudah cukup, saya coba menjelaskan untuk cukup bermainnya dan menawarkan dia untuk bermain/ melakukan aktivitas yang lain setelah dia mandi.

Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, semakin kesini Aliyah sudah suka mandi dan mulai minta mandi sendiri :')

Dari cerita saya diatas, berikut beberapa tips yang dapat saya bagi:

1. Sebaiknya membiasakan disiplin waktu untuk anak. Jangan seperti saya ya, yang cenderung berantakan dalam time management.
2. Ajak anak untuk mandi bersama hal-hal yang anak senangi atau hubungkan kegiatan mandi dengan kesenangan anak yang lain.
3. Sebaiknya tidak memaksakan, karena nantinya akan menyebabkan trauma pada anak. 
4. Diawal-awal, waktu mandi anak masih akan berantakan, terkadang pagi, besoknya bisa saja siang sekali. Seiring berjalannya waktu InsyaAllah anak mulai terbiasa dan ritme mandinya pelan-pelan mulai teratur :)
5. Sesekali ganti sabun, shampoo atau pasta gigi anak dengan merek lain yang menurut Ibu sama amannya dengan yang sebelumnya untuk memberi suasana yang baru pada anak. Trying something new merupakan hal yang menarik bagi anak.

Oh iya selain melatih Aliyah, saya pun berusaha melatih diri sendiri untuk lebih disiplin dalam waktu, terutama mengatur waktu untuk memandikan Aliyah. Jadi Aliyah dan saya sama-sama berproses disini (padahal sekedar soal mandi doang :'D) 

Anyway ada yang juga punya cara untuk mengajak anak yang susah mandi ga? Yuk share sama-sama di sini :)

Semoga sharing saya bermanfaat yaa..

Have fun

International Day of Girl Child: Let's Girl Get Right Education To Avoid Child Marriage

| on
October 26, 2018

“Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka”
(H.R Muslim 2629)

Tepat pada tanggal 11 Oktober 2018 kemarin, seluruh dunia memperingati  International Day of Girl Child atau Hari Anak Perempuan International. International Day Of Girl Child digagas oleh PBB pada tanggal 11 Oktober 2012. Hari Anak Perempuan Internasional merupakan dukungan agar lebih banyak anak perempuan yang memperoleh kesempatan yang sama di berbagai aspek seperti akses pendidikan, gizi, hak-hak hukum, perawatan media, perlindungan dari diskriminasi, perlindungan dari kekerasan, dan perlindungan dari pernikahan anak secara paksa.

Selain itu, Hari Anak Perempuan Internasional juga merupakan bentuk dukungan terhadap gadis-gadis muda yang telah berprestasi di berbagai bidang pembangunan, penelitian, programming, kampanye, dan lain-lain.

Tidak dapat dipungkiri bahwa memang banyak kejadian fakta tentang diskriminasi, kekerasan, penindasan, tidak diberi hak untuk memperoleh pendidikan tinggi, perdagangan perempuan yang dialami oleh anak perempuan di seluruh dunia. 

Di Indonesia sendiri, sampai saat ini masih sering terjadi hal-hal tersebut, terutama pernikahan paksa pada usia dini. Beberapa faktor penyebabnya antara lain  faktor ekonomi, lalu minimnya pengetahuan orang tua, anak yang putus sekolah, dan kurangnya kepedulian lingkungan di sekitar.





Pada tahun 2015, Michelle Obama mengkampanyekan gerakan #62MillionsGirls untuk mengingatkan kita bahwa diluar sana ada 62 juta anak perempuan di seluruh dunia yang putus sekolah atau tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak!



Sebagai ibu dari seorang anak perempuan saya ikut merasa sedih dengan berbagai isu diatas, terutama tentang pernikahan anak secara paksa dan anak  perempuan yang putus sekolah. Kedua hal tersebut sebenarnya berkaitan, bahwa anak perempuan yang putus sekolah cenderung menjadi korban pernikahan anak secara paksa.

Pernikahan anak secara paksa sendiri  bisa terjadi karena dipaksa oleh kedua orang tuanya, atau terpaksa karena pola pergaulan bebas yang berujung kebablasan. Bagaimanapun pernikahan anak secara paksa ini membawa dampak yang kurang baik bagi kehidupan anak itu sendiri. Anak bisa saja merasa hidupnya kurang beruntung, kebahagiaan nya terenggut, tidak lagi  mendapatkan hak untuk bersekolah, mudah cemas dan depresi, dan berbagai dampak psikologis lainnya.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membantu mengurangi resiko terjadinya pernikahan secara paksa sebagai seorang Ibu yang notabene juga adalah anak perempuan dari orang tua kita?

1. Ikut ambil bagian mendukung gerakan Save Children Stop #PerkawinanAnak

Di social media saya sempat melihat iklan akun Instagram @savechildren_id. Mereka adalah Yayasan Sayangi Tunas Cilik yang memiliki concern pada anak. Tujuan dari yayasan ini adalah bahwa setiap anak berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pada saat Hari Anak Perempuan Internasional kemarin, mereka mengkampanyekan gerakan stop #PerkawinanAnak, karena memang di Indonesia masih marak terjadi #PerkawinanAnak.




Saya sendiri tergerak untuk ikut mendukung gerakan ini dengan mendaftarkan diri sebagai pendukung gerakan ini. Saya meyakini bahwa sesuatu yang baik harus dilakukan sekecil apapun itu :)








2. Memberi bekal pendidikan yang layak untuk anak

Pendidikan yang layak merupakan hak semua anak. Kita sebagai orang tua diwajibkan untuk memberi bekal pendidikan yang layak bagi anak. Di dalam agama pun, mewajibkan pendidikan yang layak bagi anak.

"Tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik.” 
(HR. Tirmidzi 1875)

Anak perlu kita didik sejak masih di dalam kandungan sampai akhir hayat kita, sekalipun saat anak telah berkeluarga menurut saya.

Apa saja yang perlu kita lakukan dalam mendidik anak?

- Saat anak masih di dalam kandungan

Janin yang masih di dalam kandungan perlu kita didik dengan baik karena otak bayi telah mulai tumbuh berkembang sejak di dalam kandungan. Kita dapat melakukannya dengan cara berbicara dengan calon bayi, menyanyikan lagu, membacakan ayat-ayat suci, mengelus perut untuk mengajarkan kasih sayang, dan lain-lain. Makan makanan sehat dan bernutrisi juga merupakan bentuk mendidik anak untuk mengenal makanan sehat sejak dini :)


- Saat anak usia dini

Anak usia dini atau dikenal dengan golden age perlu dididik dengan layak karena di usia ini adalah usia emas mereka dimana otak mereka tumbuh berkembang dengan cepat. Berbagai stimulasi sederhana dapat dilakukan di rumah dalam rangka mendidik anak. Bisa dimulai dengan berkegiatan bersama, belajar memahami perasaannya, belajar mengelola emosi, belajar mandiri, belajar disiplin, belajar bertanggung jawab dengan cara sederhana, belajar berdoa dan melakukan adab-adab yang baik, dan belajar mengenal makanan yang sehat dengan harapan kelak anak akan terbiasa dengan makanan sehat dan saat dewasa dan berkeluarga nanti anak akan menjadi Ibu yang juga menyajikan makanan sehat untuk anaknya :)

- Saat anak usia sekolah

Pada usia ini anak dididik untuk belajar bertanggung jawab dan disiplin, mengenal hubungan sebab akibat dari setiap tindakan yang dilakukan atau keputusan yang diambil. Saat usia ini anak juga perlu diberi pendidikan seks dini seperti mengajarkan tentang organ reproduksi dengan menanamkan nilai moral, etika, serta komitmen agar tidak terjadi penyalahgunaan organ seksual.

Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah mengajarkan anak untuk tidur terpisah dari orang tua, belajar bersuci sendiri (membersihkan hadats) tanpa bantuan orang tua, membiasakan anak untuk menutup auratnya, mendidik anak tentang adab pergaulan antara lawan jenis, memberi tahu bagian tubuh tertentu yang tidak boleh dipegang orang lain, menjelaskan tentang tanda-tanda jika anak sudah baligh, dan selalu mendampingi anak serta menjaga komunikasi yang baik dengan anak.



- Saat anak telah dewasa

Anak usia dewasa cenderung mempunyai pemikiran sendiri yang tidak jarang mengakibatkan sering berbeda pendapat dengan orang tuanya. Kita sebagai orang tua dapat bersikap sebagai teman bagi anak agar anak nyaman untuk berbagi pendapat dan pemikirannya dengan kita. Saya sendiri masih cukup merasa nyaman saat Bapak Ibu saya mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi istri yang baik, bagaimana pola asuh anak yang baik dari sudut pandang mereka. Jika saya rasa apa yang mereka katakan ada benarnya, InsyaAllah saya menuruti perkataan mereka. Intinya adalah di usia ini baik orang tua maupun anak bersikap terbuka dan dapat menerima masukan orang lain tapi perlu merasa salah satu pihak yang paling benar :) 

3. Memiliki perencanaan keuangan yang baik


Kita sebagai orang tua perlu memiliki perencanaan keuangan yang baik demi memberi fasilitas pendidikan yang layak bagi anak. Harapannya, orang tua yang matang dalam pengelolaan dan perencanaan keuangannya dapat menyekolahkan anaknya di tempat yang layak sampai ke jenjang yang tinggi. Anak yang putus sekolah dan yang mengalami pernikahan paska kebanyakan juga berasal dari orang tua yang keadaan ekonominya kurang dan perencanaan keuangan yang tidak matang. Kalau belum merasa mampu memberi pendidikan yang layak untuk dua orang anak, tidak ada salah menunda kehamilan untuk anak kedua :)

Kurang lebih, ketiga poin diatas adalah sebagian kecil yang mulai dapat kita lakukan untuk menghindari anak putus sekolah dan mengalami pernikahan secara paksa. 

Bagaimanapun, hal-hal yang saya share diatas bukan apa-apa tanpa kehangatan keluarga yang diiringi doa kepada Sang Pencipta agar anak perempuan kita dapat terhindar dari pernikahan secara paksa.


Yuk mulai bergerak paling tidak dari diri kita sendiri dan keluarga kita :)

Semoga sharing saya bermanfaat ya :)


Sekali lagi Happy International Day of Girl Child! 




KIDS MENUS: QUICK COOK SOUP #2

| on
October 21, 2018

Halo!

Apa kabar? :) Tidak terasa sebentar lagi kita memasuki musim hujan. Makanan hangat sejenis sup selalu jadi favorit di kala musim hujan untuk menghangatkan tubuh. Siapa yang juga suka bikin sup kalau pas hujan-hujan? (Saya!) Hehehe. Saya sangat sering masak sup selain karena sup memang favorit Aliyah, sup juga memang pas buat musim hujan nanti untuk menjaga tubuh tetap hangat :)
Nah, kali ini saya ingin share lagi dua resep sup favorit Aliyah. Siapa tau bisa dicoba di rumah :) (kali-kali juga bisa buat menu alternatif anak GTM)


Fish & carrot soup

Di resep ini sup nya pakai bahan utama ikan. Sejak bayi bahkan sejak masih di dalam kandungan, Aliyah saya biasakan untuk makan ikan. Kandungan omega di dalam ikan sangat bagus untuk tumbuh kembang anak :) Ikan yang bisa digunakan di dalam resep sup ini adalah ikan laut seperti kerapu, kakap, salmon ataupun ikan air tawar seperti gurami dan mujair. Pastinya kalau ikan laut akan  lebih gurih rasa sup nya :)

Bahan-bahan:

Ikan 2-3 potong
Wortel 2 buah, potong sesuai selera
Bawang putih 2-3 siung, digeprek
Bawang merah 2-3 siung, diiris
Bawang Bombay 1/2 buah, potong dadu
Serai 2 batang, digeprek
Jahe -/+ 2 cm, digeprek
Daun bawang 1 batang, iris
Daun jeruk 3-4 lembar
Daun salam 2 lembar
Tomat 1 buah, bagi 4-6 bagian
Daun kemangi -/+ 1 cup kecil
Jeruk nipis untuk perasan ikan
Garam
Lada halus

Cara membuat:

1. Bersihkan ikan, beri perasan air jeruk nipis agar ikan tidak amis saat dimasak.
2. Didihkan air -/+ 750-1000 ml
3. Masukkan wortel, jahe, dan bawang putih.
4. Setelah wortel agak lunak, masukkan serai, bawang merah, dan bawang bombay.
5. Masukkan potongan ikan, daun jeruk, daun salam dan daun bawang. Rebus sebentar sampai ikan agak matang
6. Masukkan tomat dan daun kemangi. Masak sampai tomat dan daun kemangi agak layu agar sup tidak mudah basi.

Jadi deh Fish & carrot soup nya :)


Corn & mushrooms in a cup soup

Sup ini sebenarnya penyajiannya tidak harus di cup juga sih, bisa juga pakai mangkok. Saya pas lagi iseng aja, hehee.

Bahan-bahan:

Ayam kampung 2-3 potong fillet, potong dadu (saya pakai bagian paha,menurut saya daging bagian paha cenderung lebih lunak  daripada bagian dada)
Jagung 1 bonggol, pipil
Jamur champignon 5-6 buah ukuran sedang
Bawang putih 3 siung cincang kasar
Bawang Bombay 1/2 buah potong dadu
Minyak wijen
Garam
Lada halus
Kaldu jamur (optional)
Tepung maizena 1 sdm (optional)

Cara membuat:

1. Tumis bawang putih dan minyak wijen di dalam panci. Masukkan air secukupnya atau  -/+ 750-1000 ml
2. Didihkan air, masukkan tulang ayam sisa fillet an. Lalu masukkan jagung yang telah dipipil. Masak sampai jagung agak matang.
3. Setelah jagung matang, masukkan ayam fillet , bawang bombay dan jamur yang telah diiris.
4. Rebus -/+ 10 menit atau sampai daging ayam cukup lunak.
5. Seasoning dengan garam, lada halus, dan kaldu jamur.
6. Larutkan tepung maizena dengan sedikit air. Masukkan larutan tepung maizena ke dalam sup.
7. Aduk rata, kecilkan api. Setelah sup agak kental, tes rasa kembali. Kalau rasa nya sudah oke sesuai selera, matikan api.

Jadi deh Corn & mushrooms in a cup soup!

Campuran sup ini juga bisa ditambahkan telur kocok lepas (atau sekedar putih telur kocok), hanya karena Aliyah alergi telur jadi saya ga pakai telur :) Makannya bisa pakai roti bruchetta (ngiler kan saya jadinya :')) atau digado juga enak! Pakai nasi juga enak :))

Oh iya, ada sedikit tips untuk memasak jamur champignon nya. Sebelum dicampur ke dalam sup, sebaiknya jamur direbus lebih dulu. Jadi, saat dimasukkan ke dalam sup, jamur dalam kondisi matang. Jamur champignon mempunyai rasa yang cukup kuat. Jika kita merebus jamur champignon bersamaan dengan sup, rasa sup nya akan menjadi 'terlalu' jamur  dan sup nya akan berasa kurang gurih :)

Selamat mencoba kedua resep diatas ya!

Anyway, ada yang juga punya resep sup andalan di rumah? Yuk share sama-sama disini :)

Semoga sharing saya bermanfaat :)

Happy Cooking!





DIY: RAINBOW TRACK

| on
October 19, 2018

Halo!

Siapa yang anaknya fans berat sama si Tayo The Little Bus? Aliyah juga salah satu fans berat nya Tayo, nih. Setiap hari selalu ikutin serial nya Tayo di tivi. Terus punya juga dia baju Tayo, sandal Tayo (beli di pasar 5 ribu perak wkwk!), ransel Tayo, bahkan mainan mobil-mobilannya pun punya dia :')

Nah, kapan hari waktu dia nonton opening song nya film Tayo, ada si Tayo lagi jalan di pelangi gitu, trus saya lah jadi korbannya disuruh bebikinan jalanan pelangi macam di filmnya.

Kebetulan di rumah lagi ada stok kardus susu nya Aliyah, ya sudah saya coba buatkan jalan pelanginya. Lumayan lah hasilnya bisa buat si Tayo wara wiri kesana kemari, melaju melambat Tayo selalu senang~ (jangan nyanyi!)

Rainbow Track


Bahan-bahan dan alat:

Kardus bekas susu/cereal
Cutter
Pensil
Penggaris
Crayon/cat acliryc
Selotip



Cara membuat:

1. Potong salah satu sisi kardus -/+ 2-2,5 cm kedalam
2. Buat gambar garis untuk tanda pemisah antara satu warna dengan warna lainnya pada bagian dalam kardus.
3. Warnai garis per garis dengan warna pelangi yang berbeda dengan  menggunakan crayon atau cat acliryc. Bikin dua track juga bisa, yang satu nya biarkan si anak yang mewarnai :)
4. Rekatkan salah satu bagian pinggir kardus dengan selotip dan biarkan bagian yang lainnya tetap terbuka.
5. Tempel track di mana saja, bisa di tembok atau sekedar buat main di lantai :)



Jadi deh Rainbow Track nya! Mudah kan buatnya :D

Semoga sharing saya bermanfaat ya!

Selamat bermain!